Mubadalah.id – Sebagian besar dari kita pasti pernah melihat atau bahkan bersinggungan dengan penyandang disabilitas psikososial. Agaknya penyebutan disabilitas psikososial merupakan penyebutan yang lebih ramah ketimbang menyebutnya dengan istilah orang gila atau ODGJ.
Pada dasarnya penyandang disabilitas psikososial merupakan mereka yang sedang berjuang dengan kesehatan mentalnya. Artinya mereka juga berhak mendapat akses kesehatan, berhak hidup layak, dan diperlakukan sebagaimana non disabilitas.
Penyandang disabilitas psikososial sering mendapatkan diskriminasi bahkan tak jarang perlakun diskriminatif itu pelakunya adalah keluarganya sendiri. Memandang disabilitas sosial sebagai aib membuat banyak dari mereka mengalami diskriminasi seperti diusir atau bahkan dibuang oleh keluarga sendiri.
Keluarga seharusnya menjadi tempat ternyaman bagi para penyandang disabilitas. Namun karena anggapan bahwa disabilitas adalah aib, banyak penyandang disabilitas psikososial yang kehilangan keluarga tercintanya dan hidup terlunta-lunta di jalanan.
Jangan Memberi Stigma Negatif
Disabilitas psikosisal yang terlantar di jalanan tentu saja perlu mendapat perhatian. Karena bagaimanapun juga mereka memiliki hak-hak yang harus terpenuhi.
Ada beragam cara yang dapat kita lakukan ketika berinteraksi dengan mereka. Namun hal pertama yang harus kita lakukan adalah jangan memberi stigma negatif.
Pada dasarnya mereka para disabilitas psikososial juga manusia dan sudah selayaknya mendapat perlakuan sebagai manusia seutuhnya. Anggapan buruk yang selama ini melekat kepada mereka, akan membuat mereka semakin terpinggirkan.
Maka dari itu jangan memberi stigma negatif kepada mereka. Karena mereka seperti halnya kita ketika sedang terjatuh, dan kita membutuhkan bantuan orang lain untuk bangkit kembali.
Lakukan Pendekatan yang Baik
Melansir dari halodoc.com hal paling penting yang perlu kita lakukan ketika berinteraksi dengan penyandang disabilitas psikososial adalah lakukan pendekatan yang baik.
Pendekatan yang baik dengan tidak memaksa mereka untuk menjawab pertanyaan atau melakukan sesuatu yang kita inginkan. Mengutarakan maksud serta menunjukan empati kita terhadap mereka.
Kemudian, ketika mereka mulai terbuka dan berkenan untuk berbicara kepada kita. Kita perlu menjadi pendengar yang baik untuk mereka. Biarkan mereka mengutarakan seluruh kegundahan yang sudah lama terpendam. Setelah itu barulah kita bisa memberikan akses yang mereka butuhkan.
Memberikan Ruang Aman
Kelompok disabilitas psikososial yang termarjinalkan pada dasarnya tidak memiliki ruang aman. Sewaktu-waktu mereka bisa menjadi objek diskriminasi seperti bulliying oleh siapapun. Ironisnya masih jarang orang yang peduli bahkan lebih banyak menghindar ketika bertemu mereka.
Kita perlu memberikan ruang aman kepada mereka dengan cara memberikan akses kesehatan serta tempat yang layak bagi para disabilitas psikososial. ruang aman adalah tempat mereka bisa menjadi manusia seutuhnya bukan bahan tertawaan atau objek diskriminasi.
Namun kita juga perlu memperhatikan ruang aman bagi diri kita sendiri. Jangan sampai niat baik kita untuk memberi akses kepada mereka justru membuat kita dalam kondisi yang tidak aman.
Memberi Kemanfaatan
Pada dasarnya manusia yang paling baik adalah mereka yang memberikan kemanfaatan terhadap sesama. Jika kita tidak mampu untuk memberikan kemanfaatan, maka sikap yang patut kita lakukan adalah jangan melakukan kejahatan.
Disabilitas psikososial adalah manusia utuh yang memiliki hak hidup yang layak dan perlu kita penuhi haknya. Mereka adalah bagian dari keragaman ciptaan Tuhan yang maha sempurna. maka dari itu kita harus menghargai keberagaman yang Tuhan ciptakan.
Sudah sepatutnya kita berempati dengan menyediakan akses serta ruang aman bagi disabilitas psikososial. Segala bentuk diskriminasi serta peminggiran terhadap mereka harus kita perhatikan bersama. []











































