• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Film

Adakah Nilai-nilai Perspektif Mubadalah dalam Novel Hati Suhita?

Membaca Hati Suhita, membuat pembaca mengenal kembali sejarah dan istilah filsafat Jawa terutama di dalam membangun bahtera rumah tangga

Karimah Iffia Rahman Karimah Iffia Rahman
29/05/2023
in Film
0
Novel Hati Suhita

Novel Hati Suhita

966
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Senang sekali ketika tahu bahwa novel Hati Suhita akan tayang di bioskop 25 Mei 2023. Saya sendiri sebetulnya sudah tahu novel Hati Suhita ini sejak ramai menjadi perbincangan di Whatsapp group pada 2019 silam. Namun baru bisa membacanya sekali dudukan ketika dalam perjalanan pulang di kereta dari Jogja ke Jakarta. Yakni setelah usai mengambil data di lapangan sebagai pemenuhan tugas akhir perkuliahan di tahun ini.

Tahu saya membaca begitu cepat, suami saya bertanya apakah novel ini bagus. Saya jawab, ya. Pasti akan saya ulas. Tetapi saya memang menunggu versi visualnya tayang di Bioskop. Ketika ada informasi di instagram bahwa film ini akan tayang, suami langsung bertanya apakah saya ingin menontonnya. Tentu lagi-lagi jawaban saya, ya.

Disclaimer artikel ini mengandung spoiler.

Mengenal Tradisi di Lingkungan Pesantren

Dengan latar belakang yang mengisahkan tentang cinta segitiga antara Ning Alina, Gus Birru dan masa lalunya Rengganis yang secara visual pemerannya oleh Nadya Arina, Omar Daniel, dan Anggika Bolsterli. Bagi saya, novel Hati Suhita adalah cara penulis mengajak pembaca untuk mengenal beragam tradisi di lingkungan pesantren, dan peran perempuan di dalamnya.

Seperti yang kita ketahui, biasanya jika ada pondok pesantren yang terkenal, pasti yang tampak di permukaan adalah kiai atau gusnya yang artinya adalah sosok laki-laki. Namun pada karya apik ini, justru yang menjadi sorotan adalah Alina Suhita.

Baca Juga:

Film Pendek Memanusiakan Difabel: Sudahkah Inklusif?

Komunikasi Empati dalam Film Aku Jati Aku Asperger

Film Pengepungan di Bukit Duri: Bagaimana Sistem Pendidikan Kita?

Film Indonesia Menjadi Potret Wajah Bangsa dalam Menjaga Tradisi Lokal

Sosok perempuan yang tidak hanya cantik tetapi juga hafal al-Qur’an dan pintar mengelola pondok pesantren. Sehingga ia pun digadang-gadang sebagai mantu idaman Abah dan Ummik dari Gus Birru sejak menjadi santri di Pondok Pesantren al-Anwar.

Bahkan secara visual, Starvision memperlihatkan pula bahwa selama Alina mengelola pesantren, Ia selalu menekankan nilai-nilai kesetaraan kepada para santri dan juga staf pengajar. Seperti diskusi bersama antara santri putra maupun putri. Serta fasilitas yang sama tanpa membedakan gender.

Tidak hanya Alina, peran perempuan di dalam pesantren juga terlihat oleh ibu mertua Alina yang Desy Ratnasari perankan,  saat menyimak hafalan al-Qur’an para santri.

Mengingat Kembali Sejarah Filsafat Jawa

Membaca Hati Suhita, membuat pembaca mengenal kembali sejarah dan istilah filsafat Jawa terutama di dalam membangun bahtera rumah tangga. Seperti kisah kasih antara Prabu Duryudana-Banowati dan Arjuna yang getirnya seakan terasakan pula oleh Alina-Birru dan Rengganis.

Meski perjodohan dan pernikahan mereka tidaklah seindah yang nampak. Namun Alina mencoba untuk bertahan lantaran nilai-nilai kehidupan yang telah tertanam,dan kakek dan neneknya ajarkan. Di mana kita bisa menemukannya hampir di setiap subbab Hati Suhita.

Istilah filsafat Jawa ini tervisualkan pada beberapa adegan. Seperti di hari pernikahan Alina dan Birru. Alina diberi nasihat oleh Mbah Putrinya yang diperankan oleh Widyawati Sophiaan untuk senantiasa mikul duwur mendem jero. Artinya senantiasa menjaga harkat dan martabat di dalam diri dan keluarga.

Dalam perspektif Mubadalah, mikul duwur mendem jero masuk dalam pilar mitsaqan ghalidzan. Artinya baik suami maupun istri harus melakukan aktivitas bersama di dalam rumah tangga dengan cara yang bermartabat. Baik yang dilakukan di tempat umum maupun yang hanya keduanya ketahui. Karena akan dipertanggung jawabkan pada Allah SWT sebagai janji pokok di dalam pernikahan untuk berlaku baik, dan menjaga harkat dan martabat.

Meski Birru di awal pernikahan belum bisa melupakan Rengganis dan belum bisa dikatakan melakukan hal yang baik kepada Alina. Namun salah satu hal yang Birru lakukan untuk mikul duwur mendem jero bersama Alina adalah nampak saling mencintai dan menghormati di depan banyak orang.

Termasuk di hadapan Abah, Ummik, dan Rengganis sebagai penerapan dari hunna libasun lakum wa antum libasun lahum. Meskipun lagi-lagi, ketika berdua di dalam kamar, perang dingin kembali berlangsung.

Mu’asyarah Bil Ma’ruf

Nilai kesalingan yang ketiga dalam Hati Suhita yang nampak pada novel maupun film adalah mu’asyarah bil ma’ruf. Meski selalu menerima pertanyaan tentang momongan, namun Birru dan Alina tidak melakukan hubungan intim selayaknya suami istri. Hingga keduanya sama-sama menyadari bahwa di antara mereka saling mencintai.

Meskipun tentu hal ini tidak mudah untuk mereka lalui karena ada banyak rintangannya. Seperti saat adegan Alina yang tiba-tiba memakai baju dinas, atau Birru yang meminta berhubungan badan saat dilanda emosi.

Sebetulnya masih ada banyak nilai-nilai perspektif Mubadalah dan makna kehidupan yang dapat kita temukan dalam Hati Suhita. Tetapi akan lebih afdhal jika teman-teman melihat film atau membaca novelnya secara langsung. []

 

 

 

 

 

Tags: Film Hati SuhitaFilm IndonesiaKhilma AnisNovel Hati SuhitaSastra Pesantren
Karimah Iffia Rahman

Karimah Iffia Rahman

Alumni Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta dan Kebijakan Publik SGPP Indonesia. Karya pertamanya yang dibukukan ada pada antologi Menyongsong Society 5.0 dan telah menulis lebih dari 5 buku antologi. Founder Ibuku Content Creator (ICC) dan menulis di Iffiarahman.com. Terbuka untuk menerima kerja sama dan korespondensi melalui [email protected].

Terkait Posts

Film Pendek Memanusiakan Difabel

Film Pendek Memanusiakan Difabel: Sudahkah Inklusif?

7 Mei 2025
Film Aku Jati Aku Asperger

Komunikasi Empati dalam Film Aku Jati Aku Asperger

5 Mei 2025
Film Pengepungan di Bukit Duri

Film Pengepungan di Bukit Duri: Bagaimana Sistem Pendidikan Kita?

3 Mei 2025
Otoritas Agama

Penyalahgunaan Otoritas Agama dalam Film dan Drama

25 April 2025
Film Indonesia

Film Indonesia Menjadi Potret Wajah Bangsa dalam Menjaga Tradisi Lokal

17 April 2025
Film Bida'ah

Film Bida’ah: Ketika Perempuan Terjebak Dalam Dogmatisme Agama

14 April 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version