• Login
  • Register
Jumat, 4 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Aku Punya Ayah, Tapi Aku Kehilangan Perannya

Seorang ayah adalah salah satu sayap yang mampu membawa anaknya terbang lebih tinggi untuk meraih mimpi-mimpi

Laela Azka Laela Azka
08/12/2023
in Keluarga
0
Peran Ayah

Peran Ayah

4.6k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Aku adalah anak perempuan yang beranjak remaja, namaku Asti umurku 16 tahun. Kegiatan sehari-hari ku seperti anak seusiaku pada umumnya, pagi hari berangkat sekolah dan menjelang sore pulang ke rumah untuk membantu ibu menyelesaikan pekerjaan rumah. Lantas di mana peran ayah di rumah yang bisa aku bantu?

Anak Pintar yang Kurang Beruntung

Ada yang satu hal yang membedakan nasibku dengan teman-temanku yang lain. Bukan, bukan soal ekonomi yang kurang mendukung. Justru aku adalah anak yang selalu terpenuhi segala keinginan dan kebutuhan.Bukan juga soal nilai akademik di sekolah yang membuatku harus mendapat sanksi oleh guru. Aku salah satu siswa berprestasi yang berhasil mempertahankan peringkat 3 dari 35 siswa yang ada di kelas.

Sudah beberapa kali juga aku mengikuti olimpiade sains tingkat kabupaten dan berhasil membawa pulang piala. Bukankah semua itu pantas mendapat apresiasi?

Sejak duduk di sekolah dasar, aku sudah terbiasa menceritakan kepada ibuku hal sekecil apapun yang aku alami, karena memang ibu setiap hari memilih untuk di rumah dengan mengerjakan pekerjaan rumah tangga, sedangkan ayahku memilih untuk bekerja.

Beliau adalah seorang pekerja keras yang pergi untuk bekerja saat aku belum bangun dan pulang saat aku sudah tidur. Sampai hari libur pun ayah lebih memilih memainkan ponselnya setiap waktu.

Baca Juga:

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

Kiat-kiat Mewujudkan Keluarga Maslahah Menurut DR. Jamal Ma’mur Asmani

Fiqhul Usrah: Menanamkan Akhlak Mulia untuk Membangun Keluarga Samawa

Jadi, jarang sekali aku punya kesempatan untuk sekedar bertukar cerita dengannya layaknya peran ayah yang menjadi tempat cerita untuk anak perempuannya.

Kebutuhan Lahirku Terpenuhi, tapi tidak dengan Kebutuhan Batinku

Orang-orang menganggapku sebagai anak paling beruntung karena semua keinginan dan kebutuhanku akan terkabul dengan sekali ucap. Terlebih, dengan segala prestasi yang ku punya membuatku tak lepas dari perhatian orang-orang di sekeliling.

Aku tak kekurangan suatu apapun, bahkan tak jarang temanku merasa iri dengan kenikmatan yang aku punya.

Suatu ketika aku berhasil meraih juara 1 olimpiade sains tingkat provinsi kategori SMA/sederajat untuk pertama kalinya. Satu sekolah memujiku. Gambar wajahku tersenyum memegang piala terpasang di setiap sudut sekolah.

Bahkan semua guru tak henti memamerkan prestasiku kepada siswa lain dengan tujuan memotivasi, hingga Mak Yaroh (ibu kantin paling popular di sekolah)  juga mengucapkan selamat dan memberiku makan gratis sepuasnya.

Tak jauh beda dengan reaksi teman, guru, dan Mak Yaroh di sekolah, ibu di rumah juga memberi pelukan hangat dan ucapan haru yang membuatku merasa sangat berharga. Selain itu, ibu senantiasa mengapresiasi atas segala pencapaian yang aku dapat.

Tapi, sampai sini perasaan itu muncul kembali. Ya, perasaan bahwa sebenarnya aku tak benar-benar menang, aku tak pantas mendapatkan pujian itu semua, dan teman-temanku tak pantas iri terhadapku. Karena sekali pun dalam hidupku selama 16 tahun, aku tak pernah menang di hati ayahku.

Dengan apa Seorang Anak Tumbuh Bahagia?

Jika seorang ayah sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga, lantas dengan kasih sayang siapa seorang anak bisa tumbuh dengan bahagia dan bernilai keberadaannya?

Ketika layaknya ayah mengantar jemput anaknya, tetapi tidak dengan ayahku. Pak Tani (Supir Ayah) yang selalu sedia mengantar jemput kemanapun aku pergi.

Ketika ayah yang lain pernah menanyakan kepada anaknya “Bagaimana tadi sekolahnya? Belajar apa saja?” Ayahku tidak pernah melakukannya walau sekali. Aku yang serba berkecukupan adalah anak paling kurang beruntung karena tak pernah mendapat perhatian dari ayahku.

Pemahaman ayah mengenai tugas orang tua dalam membesarkan anak terbatas hanya pada pemenuhan materi agar anak istrinya tidak kekurangan sandang pangan. Tetapi lebih dari itu seorang ayah adalah salah satu sayap yang mampu membawa anaknya terbang tinggi meraih impian.

Jika kedua sayap ini berjalan beriringan, maka seorang anak akan mendapatkan kebahagiaan yang sempurna. Meskipun tidak memiliki pencapaian besar sama sekali. Tetapi jika salah satunya tiada, seorang anak akan pincang secara batin dan emosional, walaupun secara lahir ia bahagia.

Tugas Seorang Ayah tidak hanya Bekerja

Apalah arti pujian dan sanjungan dari semua orang di dunia jika seorang ayah tak mengucap sepatah kata pun. Kewajiban dan peran penting Ayah dalam mendidik anak tercantum dalam Al-Qur’an Surat Luqman ayat 17 yang berbunyi:

يٰبُنَيَّ اَقِمِ الصَّلٰوةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوْفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلٰى مَآ اَصَابَكَۗ اِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ

Artinya: “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah.” (QS. Luqman ayat 17).

Dalam ayat tersebut, aku sebagai anak perempuan masih belum merasakan pendidikan yang cukup dari figur seorang ayah. Ayah masih sibuk dengan dunianya sendiri. Padahal aku butuh seorang ayah dihidupku. Ayah memang mampu memenuhi kebutuhan lahiriyah, tapi tidak dengan kebutuhan batiniyah.

Begitupun aku kepada ibu. Ibu dan ayah sebaiknya dapat memberikan pendidikan kepadaku dengan cukup. Sehingga aku tidak merasa haus pendidikan dan kasih sayang dari keduanya. Karena dari ayah dan ibu dapat menjadikan aku hidup menjadi anak yang bermanfaat dan bahagia. []

Tags: Hak anakkeluargaparentingPeran Ayahpola asuh
Laela Azka

Laela Azka

Tidak suka membaca apalagi menulis. Tapi katanya hal baik itu harus "dipaksa, terbiasa, dan akhirnya bisa"

Terkait Posts

Marital Rape

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

2 Juli 2025
Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
Peran Ibu

Peran Ibu dalam Kehidupan: Menilik Psikologi Sastra Di Balik Kontroversi Penyair Abu Nuwas

1 Juli 2025
Geng Motor

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

29 Juni 2025
Keluarga Maslahah

Kiat-kiat Mewujudkan Keluarga Maslahah Menurut DR. Jamal Ma’mur Asmani

28 Juni 2025
Sakinah

Apa itu Keluarga Sakinah, Mawaddah dan Rahmah?

26 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Poligami atas

    Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI
  • Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi
  • Pak Bahlil, Kritik Tambang Bukan Tanda Anti-Pembangunan
  • Mengapa Islam Harus Membela Kaum Lemah?
  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID