• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Anak Tak Diterima di Sekolah Favorit, Apa yang Harus Orangtua Lakukan?

Muhammad Hamdan Muhammad Hamdan
27/06/2019
in Publik
0
Tak Diterima di Sekolah Favorit
58
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dunia pendidikan tahun ajaran 2018-2019 telah usai. Kemendikbud mencatat ada 8,3 juta orang yang mengikuti Ujian Nasional pada tahun ini.

Sekolah dari mulai tingkat dasar sampai menengah ke atas sudah mengumumkan hasil ujian dan kelulusan siswa-siswinya.

Siswa-siswi yang dinyatakan lulus ini harus segera menentukan pilihan kemana ia hendak melanjutkan studinya. Bahkan banyak sekolah yang sudah membuka pendaftaran sebelum kelulusan.

Tahun ini, terjadi permasalahan baru dalam proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), yaitu dengan diberlakukannya sistem zonasi. Dil dari perdebatan itu, Kemendikbud menyebutkan bahwa salah satu alasan diterapkannya sistem zonasi adalah ingin menghapus imej “sekolah favorit”.

Sekolah yang mempunyai label favorit akan ramai didatangi peserta didik baru, sebaliknya sekolah yang tidak favorit akan cenderung lebih sepi.

Baca Juga:

Navigasi Parenting di Era Digital

Negara Harus Menjamin Hak Pendidikan bagi Anak

Kekerasan di Sekolah Marak Terjadi, Bagaimana Mencegahnya?

Siti Rahmani Rauf: Literasi Berbudi Luhur

Pelabelan ‘sekolah favorit’ diberikan oleh masyarakat dengan berbagai alasan, mulai dari sarana prasarana sekolah sampai kualitas tenaga pengajar.

Orangtua selalu menginginkan yang terbaik bagi anaknya, mereka rela mengantri repot berdesakan memperjuangkan nasib pendidikan anaknya.

Label “sekolah favorit” memudahkan para orang tua untuk menentukan sekolah mana yang terbaik untuk anaknya.

Namun, ada dampak negatif yang ditimbulkan dengan adanya pelabelan sekolah favorit ini, diantaranya:

1. Praktik jual beli kursi
2. Kesenjangan sosial
3. Pelabelan anak bodoh dan pintar hanya berdasar nilai UN
4. Mindset yang salah bahwa kesuksesan ditentukan oleh dimana ia sekolah
5. Tekanan psikologi bagi anak yang tak diterima di sekolah favorit, dll.

Perjuangan orang tua memastikan kualitas pendidikan anaknya sangat melelahkan, orang tua sangat bangga jika anaknya ternyata diterima oleh sekolah favorit, dan sangat menyedihkan jika anaknya tak diterima di sekolah favorit. Kesedihan itu juga dirasakan oleh anaknya.

Selama ini banyak orang tua menuntut buah hatinya bersekolah di sekolah favorit. Hal ini dikhawatirkan dapat menyebabkan anak tertekan dan memicu depresi.

Disampaikan DR. Dr Margarita Maria Maramis, SpKJ (K) dari RSUD Dr Soetomo, Surabaya, trauma akibat tekanan memilih sekolah favorit memang bisa menyebabkan depresi namun efeknya berbeda setiap individu.

“Ketika anak merasakan trauma dari kecil akibat terlalu banyak dituntut menurut ekspektasi orangtua maka bisa saja anak akan mengalami depresi berat ketika beranjak dewasa. Kasus depresi di remaja itu bisa sampai 4-5 persen. Biasanya lebih karena putus cinta, dibully atau urusan sekolah,” ujar dr Margarita dalam konferensi pers ‘Simposium Regional Lundbeck’ di Jakarta, Sabtu (22/6/2019).

Jika anak tak masuk ke sekolah favorit, maka apa yang harus dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya. Coba lakukan cara ini:

1. Jangan bandingkan dengan anak tetangga

Anak adalah kebanggan orang tuanya, kesuksesan anakkerap dijadikan gengsi bagi orang tuanya. Kita sering kali mendapatkan para orang tua membandingkan kesuksesan anak-anaknya.

Anak yang diterima di sekolah favorit akan dilabeli pintar, sebaliknya ia akan dilabeli bodoh jika gagal masuk di sekolah favorit.
Orang tua tak sedikit yang membandingkan anaknya dengan anak tetangga,
“Coba lihat tuh anaknya pak Anu.”

Anak yang dibanding-bandingkan akan cenderung minder dan kurang percaya diri. Ia akan terbebani karena merasa memalukan keluarganya.

Anak juga menjadi benci terhadap orang tuanya, karena ia harus dibandingkan dengan orang lain. Orang tua harus mengerti bahwa semua anak punya keinginan dan minat bakat yang beda.

2. Menjadi pembela

Sangat menyakitkan ketika seseorang dikatakan bodoh, terlebih jika yang mengatakannya adalah orang tua sendiri.

Ketika yang lain mengatakan bodoh, maka sebagai orang tua harus membela anaknya dengan mengatakan, “Nak, setiap orang punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Maka belajarlah lebih giat lagi. Raihlah apa yang kau impikan”

3. Terus beri semangat dan motivasi

Ketika orang tua sedih dan kecewa mengetahui bahwa anaknya tidak diterima di sekolah favorit, ketahuilah bahwasannya si anak juga mengalami kesedihan  dan kekecewaan yang lebih.
Orang tua harus tetap memberi semangat kepada anaknya, katakan kepada anak bahwa, “kesuksesan itu kita gapai sendiri, bukan sekolah yang menentukan.”

Seorang anak yang tetap dipercaya oleh orang tuanya akan mempunyai jiwa yang positif. Ia akan semakin termotivasi untuk membanggakan orang tuanya.[]

Tags: pendidikan anak
Muhammad Hamdan

Muhammad Hamdan

Muhammad Hamdan. Santri Dar al Tauhid, Arjawinangun Cirebon dan Mahasiswa ISIF Cirebon

Terkait Posts

Gaji Pejabat

Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?

1 Juli 2025
Pacaran

Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

30 Juni 2025
Pisangan Ciputat

Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

30 Juni 2025
Kesetaraan Disabilitas

Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

30 Juni 2025
Feminisme di Indonesia

Benarkah Feminisme di Indonesia Berasal dari Barat dan Bertentangan dengan Islam?

28 Juni 2025
Wahabi Lingkungan

Wahabi Lingkungan, Kontroversi yang Mengubah Wajah Perlindungan Alam di Indonesia?

28 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Narasi Pernikahan

    Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?
  • Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak
  • Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan
  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID