• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Anekdot Orang-orang Madura

Rasanya memang kami tak ingin pulang, dan masih ingin berlama-lama duduk mendengarkan anekdot orang-orang Madura yang beliau tuturkan

Zahra Amin Zahra Amin
23/07/2024
in Pernak-pernik
0
Anekdot Orang Madura

Anekdot Orang Madura

1.8k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

“Keluar dari ruangan ini, bisa sakit perut saya Kiai mendengarkan banyak anekdot orang Madura yang lucu, membuat saya tak bisa berhenti tertawa.”

Mubadalah.id – Begitu yang saya sampaikan pada Kiai Faizi saat silaturahmi ke kediaman beliau di Ponpes Annuqoyah Guluk-guluk Sumenep Madura pada Sabtu, 20 Juli 2024 kemarin.

Dalam tulisan pendek ini, saya akan menceritakan anekdot orang Madura yang dapat saya ingat saja, karena banyak sekali yang beliau ceritakan, terutama tentang anak laki-lakinya.

Setidaknya

Kami berlima, saya dan tim Mubadalah.id baru saja duduk di ruangan Kiai Faizi menerima tamu, setelah menikmati suguhan makanan yang disediakan istri Kiai Faizi di ruang ndalem. Tiba-tiba masuk putra kedua Kiai Faizi. Dia memprotes sesuatu, Ayahnya pulang tidak membawa buah tangan.

Percakapan Kiai Faizi dan putranya ini saya terjemahkan bebas dari bahasa Madura.

“Abah, kenapa pulang malam sekali, tidak bawa apa-apa lagi. Jam berapa Abah pulang semalam?”

Baca Juga:

Inspirasi Raudlatun Bangun Sekolah Perempuan untuk Cegah Pernikahan Anak

Menguatkan Narasi Perempuan Madura Melalui Pelatihan Penulisan Artikel Populer dan Konten Kreatif

Peran Anak Muda dalam Menjaga Tradisi Petik Laut

Tajin Sappar dan Upaya Menyelami Esensi Kehidupan

“Jam 2 malam Nak, tidak ada orang yang berjualan sudah malam itu”

“Itu salah Abah, kenapa pulang malam”

“Bukan salah Abah lah, salah panitia, kenapa acaranya sampai malam sekali”

“Setidaknya belikan aku oleh-oleh dari Indomart”

Sambil menahan tertawa mendengar kata “setidaknya”, lantas saya mengambil cemilan di dalam tas yang masih terbungkus plastik Indomart. Saya sodorkan pada sang anak, dan dia kegirangan mengambil jajanan itu, dua batang sereal cokelat Milo dan Fitbar.

Top Kopi

Setelah sang putra pergi meninggalkan ruangan, Kiai Faizi meneruskan cerita bahwa anak laki-lakinya itu istimewa dan cerdas dalam arti lain. Cerdas yang autentik menurut saya, karena anak seusia dia tidak mungkin akan berpikir sejauh itu.

Anak laki-laki Kiai Faizi yang lebih besar berinsiatif jualan permen di lingkungan pesantren. Jualan itu selalu habis, dan dia mendapatkan banyak uang dari hasil penjualan. Adiknya tertarik ingin meniru. Tetapi kakaknya sudah mengancam terlebih dulu, jangan meniru jualan yang sama.

Adiknya berpikir  keras, jualan apa yang bisa segera laku dan menghasilkan banyak uang. Lalu dia meminta uang 50 ribu sebagai modal jualan. Anak sekecil itu, usia sekitar 7 atau 8 tahun-an pergi ke warung. Dengan uang 50 ribu dia pulang mengalungkan rentengan kopi sachet Top Kopi.

Penjaja warung merasa tak nyaman melihat putra Kiai berbelanja begitu banyak kopi. Lantas dia menelpon Kiai Faizi, menanyakan apakah betul sang putra diminta belanja kopi hingga begitu banyak. Kiai Faizi hanya menimpali, “biarkan saja, dia sedang belajar berniaga.”

Sesampai di rumah, sang anak langsung menghamipiri ayahnya, yang dia tahu begitu suka kopi. Hampir tiap hari, minum kopi. Nampak dalam ruangan beliau duduk saja tersuguhkan dua cangkir kopi kecil yang sudah tandas, hanya tersisa ampasnya.

“Pokoknya Abah harus beli kopi dari aku”

Kiai Faizi terkekeh, sambil mengatakan “saya tidak minum kopi itu nak”

Biar cepat laku dan terjual, anak kecil itu menjual Top Kopi pada ayahnya sendiri. Pecahlah tawa kami semua.

Polisi Tidur Bangun Semua

Kami belum berhenti tertawa, Kiai Faizi melanjutkan cerita. Kalian tahu polisi tidur? Kami spontan mengangguk.

Jadi, kata beliau ada serombongan tamu yang datang dari ujung jauh Madura yang datang ke pesantren. Salah satu rombongan bercerita jika jalanan yang mereka lalui jelek semua, sehingga membuat durasi perjalanan jadi lama.

Lantas Kiai Faizi menimpali, “Polisi tidurnya bangun semua itu, jadi jalanan tak nyaman dilewati”

Tawa kami pecah seketika.

Tanda Tamu Pamit Pulang

Ketika waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 wib, dan duduk kami sudah gelisah karena masih ada satu tempat lagi yang hendak kami kunjungi, saya memberi kode agar segera berpamit.

“Terima kasih Kiai sudah berkenan menerima kami”

Belum selesai Bang Dul, yang mewakili tim Mubadalah.id untuk berpamitan, dipotong oleh Kiai Faizi. Kalau sudah ada kata terima kasih itu tandanya tamu mau pamit pulang.

Kata beliau, sama seperti penceramah yang hendak mengakhiri dakwahnya di panggung. Kalau sudah keluar kata “semoga” itu tanda pengajian akan segera usai.

Kami senyum-senyum, kali ini beliau benar.

Sebelum kami betul-betul pergi meninggalkan Ponpes Annuqoyah, kami diajak beliau berkeliling pesantren, yang konon sudah berdiri sejak 1887 M. Kami juga sempat melihat-lihat lokasi Pesantren Emas, atau pesantren peduli pengelolaan sampah, di mana pada tahun sebelumnya tim Fahmina pernah belajar bagaimana sistem pengelolaan pesantren berjalan di Annuqoyah.

Melalui proses pembelajaran itu, akhirnya tim Fahmina menerapkan di Ponpes Kebon Jambu Babakan Cirebon, Ponpes KHAS Kempek Cirebon dan Ponpes Hasyim Asy’ari Jepara Jawa Tengah. Program ini juga sebagai bagian dari implementasi Fatwa KUPI II terkait pengelolaan sampah.

Rasanya memang kami tak ingin pulang, dan masih ingin berlama-lama duduk mendengarkan anekdot orang-orang Madura yang beliau tuturkan. Cerita yang beliau bagikan tersebut sarat hikmah dan pembelajaran. Kami senang sekali, semoga lain waktu kami bisa dipertemukan kembali dengan beliau. Kiai Faizi, sosok sederhana, nyentrik dan memiliki selera humor yang cerdas. []

Tags: Anekdot Orang MaduraKiai FaiziMaduraPonpes AnnuqoyahSumenep
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Peluang Ulama Perempuan

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

16 Mei 2025
Nusyuz

Membaca Ulang Ayat Nusyuz dalam Perspektif Mubadalah

16 Mei 2025
Poligami dalam

Menggugat Poligami, Menegakkan Monogami

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version