Mubadalah.id – Setelah kita tahu bahwa roda kursi roda dan bagian bawah tongkat penyandang disabilitas tidak selalu najis, lalu timbul pertanyaan berikutnya, yaitu: Apakah dalam konsep fikih diperbolehkah membawa masuk kursi roda atau tongkat yang roda atau ujungnya hanya kotor (tidak sampai najis) ke dalam masjid dengan alasan memudahkan penyandang disabilitas?
Sudah menjadi kesepakatan seluruh ulama bahwa barang yang najis dilarang untuk dibawa masuk ke masjid. Adapun barang yang kotor saja tetapi tidak sampai najis, misalnya berdebu. Maka untuk membawanya ke dalam masjid tetaplah wajib dibersihkan terlebih dahulu karena dikhawatirkan mengotori masjid.
Sebab meskipun hal itu suci, yang lebih fikih prioritaskan ialah kebersihan rumah Allah SWT. Dalam kitab al-Fiqh ‘ala Madzahib al-Arba’an, Abdurahman al-Jaziri menjelaskan:
Para ulama Syafi’iyyah mengatakan: makan di masjid itu diperbolehkan selama tidak berakibat mengotori masjid, misalnya makan madu, minyak dan segala sesuatu yang berlemak. Bila tidak demikian, maka haram sebab mengotori masjid semua hal tersebut adalah haram meskipun suci.
Ibnu Hajar al-Haitsami dalam Tuhfah al-Muhtaj fi Syarh al-Minhaj menyampaikan:
Dari hal itu pengarang memutlakkan kewajiban inkar (menolak) atas pelakunya di dalam masjid dan atas orang yang hanya menggosok bagian bawah sandalnya yang terkena najis atau kotoran ketika dikhawatirkan menajiskan masjid atau mengotorinya.
Sabda Nabi Muhammad Saw
Ketentuan ini berasal dari sabda Nabi Muhammad SAW berikut:
“Sesungguhnya masjid-masjid ini tidak layak untuk kencing ini dan tidak juga untuk kotoran. Sesungguhnya Masjid itu hanya untuk berdzikir kepada Allah, salat dan membaca al-Qur’an”. (HR. Muslim)
Jadi, bagi penyandang disabilitas yang membawa barang-barang tersebut ke masjid harus ia bersihkan terlebih dahulu semua bagian kotornya sebisa mungkin, sama dengan seluruh barang kotor lainnya.
Sebab ini hanya kotoran, bukan najis, maka tak harus memakai air namun bisa memakai media lain seperti tissue atau kain lap. Ketika sudah bersih, maka barang-barang tersebut bisa leluasa ia bawa beraktivitas di dalam masjid.
Ketentuan yang sama juga berlaku bagi protese (alat pengganti anggota tubuh, misalnya kaki buatan). Apabila nyata-nyata terdapat najis di bagiannya. Maka wajib ia sucikan terlebih dahulu tanpa perlu melepaskan dari tubuh.
Cara penyuciannya dapat menggunakan air dalam botol sehingga tidak menyulitkan. Apabila tidak najis tetapi hanya kotor, maka cukup mengelap saja agar tak mengotori masjid. []