Lirik lagu Manuk Dara Sepasang ini terlihat sangat sederhana, tetapi jika kita dalami amanat yang terkandung, memiliki makna penting untuk kita renungkan dan implementasikan dalam kehidupan rumah tangga.
Mubadalah.id – Akhir-akhir ini saya diresahkan oleh situasi relasi berumah tangga orang-orang di sekitar saya. Berselisih paham tentulah hal biasa. Tidak setuju dengan apa yang pasangan lakukan juga hal yang lumrah. Tetapi jika konflik yang terus-menerus tanpa dilakukan penyelesaian hingga berujung perpisahan, adalah hal yang saya sayangkan dan khawatirkan.
Sebagai ‘pemula’ dalam mengarungi kehidupan berumah tangga, ada ketakutan “apakah kami, saya dan pasangan, mampu melewati setiap riak kehidupan bersama?”.
Walaupun belum tentu perpisahan akan mendatangkan keburukan, pun belum tentu tetap melanjutkan relasi rumah tangga akan mendatangkan kebaikan. Kekhawatiran itu tetap saja muncul.
“Berumah tangga itu gampang-gampang susah”, begitu kata seorang teman di suatu kesempatan. Saya pun mengamininya. Berumah tangga akan susah jika kita tidak memosisikan pasangan kita sebagai mitra dalam membangun rumah tangga yang menuju baiti jannati. Karena kita akan terjebak pada tanggung jawab kita yang terasa berat.
Namun jika kita menempatkan pasangan sebagai rekan dalam menciptakan ‘rumahku surgaku’, maka berumah tangga akan terasa ringan. Seringan memberikan senyuman hangat kepada pasangan di pagi hari ketika kita bangun tidur. Dengan begitu, kita akan mencapai puncak ‘rumahku surgaku’ seperti yang dituliskan Kang Faqihuddin Abdul Kodir dalam http://mubaadalah.com/2017/07/tiga-level-rumahku-surgaku/.
Dunia rumah tangga seringkali menjadi inspirasi dalam penciptaan karya seni, tak terkecuali musik pantura (wilayah pantai utara). Kita biasa menyebutnya tarling (musik yang didominasi perpaduan antara gitar dan suling). Banyak sekali lagu-lagu Cirebonan yang mengambil cerita dan petuah dari masyarakat lokal. Dari mulai cerita tentang buruh migran, cinta anak muda, dan banyak pula yang menceritakan relasi suami-istri.
Salah satu lagu dari yang terakhir saya sebutkan berjudul “Manuk Dara Sepasang”, yang diciptakan sekaligus dinyanyikan oleh penyanyi (alm) Mimi Dariyah, musisi tarling terkenal pada medio 90-an. Orang Cirebon dan sekitarnya yang dewasa pada dekade tersebut pasti tidak asing dengan lagu ini.
Begini liriknya:
Manuk Dara Sepasang
Rasa seneng sun nyawang manuk dara sepasang
katone bebas pisan ora akeh pikiran
mangan dadak luru tapi ora ilok padu
iku pertandane wong loro pada setia
wis tentu uripe bakal nemu bahagia
(senang sekali aku melihat sepasang burung merpati
Seperti bebas dan tidak banyak yang dipikirkan
Makan mendadak mencari tapi tidak pernah bertengkar
Itu tanda dua orang yang saling setia
Sudah pasti hidupnya akan menemukan bahagia)
Kula rasa kesirian pengen duwe pasangan
(aku iri ingin mempunyai pasangan)
Lamun kula oli jodo
Manuk dara kanggo conto
Rumah tangga siji sarate
Slalu ngampura kesalahane
(kalau saya mendapatkan jodoh
Burung merpati akan menjadi contoh
Syaratnya berumah tangga itu satu
Yaitu selalu memaafkan kesalahan)
Lanang dugal wadone aja ninggal
Wadon ngumbangi lanange aja ngladeni
Ora bakal nemoni tukar
Asal sabar lan Tuwekal
(suami marah istri jangan meninggalkan
Istri memarahi suami jangan acuhkan
Tidak akan bertengkar
Asalkan sabar dan tawakal)
Pedoman rumah tangga nasehate wong tua
(pedoman rumah tangga nasehat orang tua)
Lirik lagu Manuk Dara Sepasang ini terlihat sangat sederhana, tetapi jika kita dalami amanat yang terkandung, memiliki makna penting untuk kita renungkan dan implementasikan dalam kehidupan rumah tangga.
Lagu ini menyampaikan pesan, dalam relasi suami-istri, hal yang paling penting adalah menjaga kesetiaan, dengan cara saling memaafkan, tidak memegang ego masing-masing dan mempertahankan komunikasi yang baik. Ketika pasangan kita sedang marah, hal yang harus kita lakukan bukanlah merespon kemarahan dengan kemarahan yang lain, tetapi menunggu kemarahan tersebut reda, dan mulailah saling bicara untuk menyelesaikan persoalan.
Belajar memang tidak harus melalui bangku sekolah, buku pelajaran, perpustakaan, dunia akademik lainnya. Apalagi belajar berumah tangga, bahkan lagu pantura-an yang sering dengan ringan mulut kita mengikuti liriknya, jempol kaki kita mengikuti ketukan musiknya, ternyata memberikan sebuah pijakan untuk menjalin relasi yang setara dengan pasangan kita.