Mubadalah.id – Indahnya menjadi seorang Muslim, dan beragama Islam adalah karena di dalam Al-Qur’an segala sesuatunya telah diberitahukan. Al-Qur’an memaparkan sedemikian rupa mengenai hal-hal yang berkaitan dengan urusan duniawi maupun ukhrawi. Bahkan hampir semua aktivitas seorang Muslim ada panduannya yang tersebutkan dalam Al-Qur’an.
Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa kehidupan seluruh manusia di dunia hanya bersifat semu dan sementara. Sebab kelak seluruh manusia akan dihidupkan kembali setelah kematian dari dunia. Dan akan menjalani kehidupan kembali, yakni kehidupan akhirat. D mana kehidupan akhirat merupakan kehidupan yang kekal dan abadi. Perlombaan sejati adalah perlombaan untuk kehidupan abadi yang tidak akan fana lagi.
Dapat kita pahami bahwa kehidupan dunia yang setiap manusia jalani saat ini hanya sebagai jembatan perantara untuk menuju kehidupan selanjutnya yang tidak akan habis masanya. Persaingan semasa hidup di dunia tidak ada yang istimewa, sebab segala sesuatu bukan sepenuhnya milik manusia. Namun akan kembali kepada Sang Pemilik Segala, jika masa yang ditentukan sudah tiba.
Tafsir Surah al-An’am Ayat 32
Allah SWT. menegaskan dengan firman-Nya dalam Surah al-An’am ayat 32,
وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا لَعِبٌ وَّلَهْوٌ ۗوَلَلدَّارُ الْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِيْنَ يَتَّقُوْنَۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ
“Kehidupan dunia hanyalah permainan dan kelengahan, sedangkan negeri akhirat itu, lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?”
M. Quraish Shihab dalam kitab Tafsir Al-Misbah menafsirkan ayat di atas sebagai penguraian makna kehidupan bagi orang-orang kafir. Di mana mereka meyakini bahwa hidup duniawi adalah hidup satu-satunya. Sehingga bagi orang kafir merasa tidak akan ada siksa dan ganjaran di akhirat, hidup tak lain kecuali permainan dan kesenangan semata.
Tentu saja bagi orang-orang yang meyakini adanya kehidupan kedua setalah kematian dari dunia akan mengartikan bahwa kehidupan dunia adalah perjuangan untuk meraih kesejahteraan lahir dan batin, dunia dan akhirat. Sebab hidup tidak hanya akan berlanjut selama puluhan tahun semasa di dunia. Tetapi akan bersinambung sampai ke akhirat yang memiliki masa tak terhingga.
M. Quraish Shihab juga menuturkan bahwa ayat ini bukannya berbicara tentang kehidupan dunia bagi semua orang, tetapi menggambarkan bagaimana kehidupan dunia dalam pandangan, sikap dan perilaku orang-orang kafir.
Dalam kitab Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka ada keterangan bahwa dunia hanya permainan belaka. Yang dimaksud dengan permainan ialah perbuatan yang tidak jelas maksud dan tujuannya. Baik untuk mencari manfaat atau untuk menolak mudarat. Juga dunia adalah kelalaian yang mana terpesona pada sesuatu yang tidak penting, sehingga sesuatu yang lebih penting terabaikan.
Ayat ini juga menegaskan dan memberikan peringatan kepada seorang yang beragama, bahwa bekal hidup dunia hanyalah masa yang pendek. Dan ujung ayat ini mengingatkan bahwa sebaik-baik hanyalah negeri akhirat. Orang yang bertakwa sudah pasti akan memikirkan bagaimana nasibnya kelak.
Titik Fokus Seorang Muslim Hanya Allah
Risalah Islam membimbing umatnya untuk berpikir lebih cerdas dan mengajarkan untuk menjadi seorang Muslim yang visioner. Sebagai seorang Muslim sudah sepatutnya memliki paham bahwa tujuan akhir dari diciptakannya manusia dan mengalami perjalanan kehidupan di dunia adalah mendapat keridaan dari Sang Pencipta.
Akan tetapi, melihat zaman sekarang tidak sedikit orang-orang yang fokusnya teralihkan. Bahkan sudah berbelok ke arah yang salah. Alih-alih memikirkan bagaimana cara agar kelak bisa mati enak, malah lebih menomorsatukan bagaimana cara agar bisa hidup enak.
Memang, tidak ada yang salah jika hidup di dunia juga perlu adanya pencapaian. Namun, menjadi salah kaprah jika tidak diimbangi dengan ibadah-ibadah yang kelak akan menjadi sangu akhirat.
Banyak manusia-manusia serakah yang merasa sudah memiliki segala di dunia. Mulai dari harta, tahta, kekuasaan dan kehormatan. Pada akhirnya lalai akan kewajibannya beragama, yang sudah digariskan oleh Tuhan untuk umat manusia. Juga abai pada ketentuan bahwa apa-apa yang seseorang miliki di dunia hanyalah titipan dari Tuhan Semesta Alam.
Sering kali, manusia hanya fokus pada apa yang tampak di depan mata, sesuatu yang dapat kita indera. Sedangkan ayat-ayat Allah yang menjelaskan perihal akhirat lebih penting daripada dunia itu tidak sedikit. Maka hendaknya sebagai seorang Muslim senantiasa berusaha untuk meraih ridla Allah SWT. Meninggalkan segala sesuatu yang dapat membuat Allah murka terhadap hamba-Nya. Juga melaksanakan apa yang sudah diperintahkan oleh-Nya.
Yang mesti kita pahami kembali adalah mendekat kepada Sang Pencipta. Sebab bagaimana bisa meraih ridla Sang Pencipta jika seorang hamba tidak dekat dengan yang membuat diri dia ada. Menghindari hal-hal yang bisa menjadi penyebab jauhnya seorang hamba dengan Tuhannya. Juga hendaknya sebagai seorang Muslim selalu ingat bahwa Allah melihat apapun yang hamba-Nya lakukan. Wallahu A’lam. []