Jumat, 26 Desember 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Buku

Buku Toleransi dalam Islam: Membaca Ulang Makna Natal dalam Islam

Mengucapkan Natal juga bisa menjadi momen refleksi. Kita diajak untuk melihat lebih jauh bahwa toleransi bukan sekadar kata-kata. Ia adalah sikap yang nyata, menghargai orang lain dan mengedepankan empati.

Rifki Fauzi Abdul Aziz Rifki Fauzi Abdul Aziz
26 Desember 2025
in Buku
0
Toleransi dalam Islam

Toleransi dalam Islam

263
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Judul Buku : Toleransi Dalam Islam
Penulis : KH. Husein Muhammad
Penerbit : Fahmina Institut
Jumlah Halaman : 97
Cetakan : Cetakan Pertama, Desember 2015
ISBN : 978-602-73831-0-4

Mubadalah.id – Setiap menjelang Natal, perdebatan yang sama selalu muncul. Bolehkah mengucapkan selamat Natal? Apakah itu membuat seseorang jadi kafir atau sesat? Di media sosial, pertanyaan ini sering berubah menjadi penghakiman. Ada yang merasa paling benar dengan menolak, ada pula yang disalahkan hanya karena memilih mengucapkan selamat.

Di tengah situasi seperti ini, buku Toleransi dalam Islam karya KH. Husein Muhammad terasa sangat relevan untuk dibaca ulang. Buku ini mengajak kita untuk menyelami makna toleransi. Dalam pandangan Buya Husein, toleransi atau menghargai keyakinan orang lain merupakan etika sosial yang diajarkan oleh Islam.

Islam secara tegas melarang umatnya merendahkan atau mencaci agama lain. Al-Qur’an bahkan mengingatkan agar umat Islam tidak memaki sembahan agama lain, karena hal itu hanya akan memicu kebencian yang lebih besar. Artinya, menjaga ucapan dan sikap adalah bagian dari menjaga iman.

Makna Natal dalam Islam

Gagasan ini menjadi sangat penting ketika dikaitkan dengan Natal. Bagi umat Kristiani, Natal adalah perayaan kelahiran Yesus Kristus, momen yang penuh sukacita, doa, dan kebersamaan. Sementara dalam Islam, Yesus dikenal sebagai Nabi Isa AS, salah satu nabi yang dimuliakan dan disebut dalam Al-Qur’an.

Islam tidak menolak Isa, justru mengimaninya sebagai salah satu utusan Allah yang mulia. Dari sini, kita bisa mulai melihat titik temu yaitu sama-sama menghormati figur yang kita anggap suci, walau cara dan keyakinannya berbeda.

Buya Husein mengajak kita membaca ulang makna Natal dalam konteks Islam. Mengucapkan selamat Natal bukanlah bentuk pengakuan teologis terhadap ajaran Kristiani, melainkan cara sederhana untuk menunjukkan penghormatan kepada sesama manusia.

Ucapan itu juga bisa kita pahami sebagai penghormatan terhadap Nabi Isa, yang bagi umat Islam termasuk Nabi yang kita hormati dan cintai. Dengan kata lain, toleransi bukan soal melemahkan iman, tetapi soal menjaga hubungan baik antar sesama manusia.

Di realitas sosial saat ini, masih banyak orang yang mudah melabeli orang lain dengan kata kafir atau sesat, termasuk terhadap sesama muslim yang mengucapkan selamat Natal.

Padahal, menurut Buya Husein, hal seperti ini justru menunjukkan kurangnya pemahaman tentang toleransi. Islam mengajarkan kita untuk tidak mudah menilai atau menghakimi orang lain.

Momen Refleksi

Mengucapkan Natal juga bisa menjadi momen refleksi. Kita diajak untuk melihat lebih jauh bahwa toleransi bukan sekadar kata-kata. Ia adalah sikap yang nyata, menghargai orang lain, mengedepankan empati, dan bersikap lembut dalam perbedaan.

Natal, dalam pandangan Buya Husein, adalah contoh bagaimana umat Islam bisa tetap berpegang pada keyakinannya, sambil tetap menghormati orang lain yang berbeda.

Lebih jauh lagi, memahami makna Natal dari perspektif toleransi dalam Islam membuat kita belajar bagaimana Islam sebenarnya mengajarkan kasih sayang universal. Kasih sayang itu tidak terbatas pada orang dengan agama tertentu, tetapi justru pada sesama manusia.

Sebab, sebagaimana yang disampaikan oleh Ali bin Abi Thalib, “Jika dia bukan saudaramu dalam agama, maka dia adalah saudaramu dalam kemanusiaan”. []

Tags: Buku Toleransi dalam IslamislammaknamembacaNatalulang
Rifki Fauzi Abdul Aziz

Rifki Fauzi Abdul Aziz

Saya adalah mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) ISIF Cirebon.

Terkait Posts

Selamat Natal
Publik

Selamat Natal sebagai Perayaan Spiritual dan Kultural: Suara Seorang Muslim

26 Desember 2025
Keadilan Hakiki
Publik

Perspektif Keadilan Hakiki bagi Perempuan Hadirkan Islam yang Membebaskan

25 Desember 2025
Natal
Aktual

Makna Natal Perspektif Mubadalah: Feminis Maria Serta Makna Reproduksi dan Ketubuhan

25 Desember 2025
Biologis Perempuan
Publik

Islam Memuliakan Kondisi Biologis dan Sosial Perempuan

24 Desember 2025
Ratu Saba'
Figur

Ratu Saba’ dan Seni Memimpin ala Perempuan

24 Desember 2025
Keulamaan Perempuan dalam
Publik

Jejak Panjang Keulamaan Perempuan dalam Sejarah Islam

20 Desember 2025
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Natal

    Makna Natal Perspektif Mubadalah: Feminis Maria Serta Makna Reproduksi dan Ketubuhan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Perspektif Keadilan Hakiki bagi Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Natal Sebagai Cara Menghidupi Toleransi di Ruang Publik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perspektif Keadilan Hakiki bagi Perempuan Hadirkan Islam yang Membebaskan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Anak Perempuan Disabilitas Menyelamatkan Pohon Terakhir di Desanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Hari Ibu dan Perhatian Kecil yang Terlalu Sering Kita Abaikan
  • Selamat Natal sebagai Perayaan Spiritual dan Kultural: Suara Seorang Muslim
  • Buku Toleransi dalam Islam: Membaca Ulang Makna Natal dalam Islam
  • Kisah Anak Perempuan Disabilitas Menyelamatkan Pohon Terakhir di Desanya
  • Perspektif Keadilan Hakiki bagi Perempuan Hadirkan Islam yang Membebaskan

Komentar Terbaru

  • drover sointeru pada Antara Banjir Informasi, Boikot Stasiun Televisi, dan Refleksi Hari Santri
  • free pada Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan
  • dul pada Mitokondria: Kerja Sunyi Perempuan yang Menghidupkan
  • 대밤 pada Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan
  • mpm pada Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Account
  • Home
  • Khazanah
  • Kirim Tulisan
  • Kolom Buya Husein
  • Kontributor
  • Monumen
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Rujukan
  • Tentang Mubadalah
  • Zawiyah
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID