• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Cerita Singkat Kartini Kendeng dan Pelestarian Lingkungan

Kartini Kendeng yang tidak hanya bergelut di ranah domestik ini, rela berpanas-panasan untuk mempertahankan lahan mereka supaya tidak dirampas oleh oknum-oknum yang memiliki kepentingan

Laila Fajrin Rauf Laila Fajrin Rauf
21/03/2022
in Pernak-pernik
1
Mengenal Islamisme Puritan, dan Jawaisme Puritan

Kartini Kendeng

154
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Lingkungan memang menjadi isu yang hingga saat ini menempati posisi sentral dalam wacana politik nasional maupun global. Persoalan lingkungan hidup akan terus muncul secara serius di berbagai pelosok bumi selama pemerintah tidak segera memikirkan dan mengusahakan keselamatan dan keseimbangan lingkungan. Artikel ini akan membahas tentang cerita singkat Kartini Kendeng dan pelestarian lingkungan.

Di Indonesia, permasalahan lingkungan hidup tidak mendapatkan perhatian yang lebih sejalan dengan intensitas pertumbuhan industri. Banyak kerugian yang di tanggung oleh masyarakat luas tanpa ada tanggung jawab yang sebanding dari pihak industri.

Salah satu wilayah yang mengalami situasi tersebut adalah pegunungan Kendeng. Wilayah ini merupakan sumber daya alam yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak zaman dahulu, mulai dari zaman manusia purba, pemerintah raja-raja Jawa, pemerintah kaum penjajah maupun pemerintahan Indonesia.

Pegunungan Kendeng mempunyai potensi karst yang sangat tinggi, sehingga menjadi daya tarik para investor untuk berinvestasi. Ada dua investor yang mencoba untuk berinvestasi di Pegunungan Kendeng Pati yaitu PT Semen Gresik (SG) di tahun 2006-2009 dan Group Indocement dari 2010 hingga saat ini.

Masyarakat Samin yang melawan pembangunan pabrik semen bukan hanya para laki-laki saja. Tetapi para perempuan kendeng yang sering disebut dengan Kartini Kendeng juga turut andil terjun ke lapangan demi melawan pembangunan pabrik semen. Mereka bergerak bukan tanpa dasar dan tujuan. Para Kartini Kendeng ini ikut berjuang untuk mempertahankan kehidupan, untuk anak cucu dan tanah air.

Baca Juga:

Herland: Membayangkan Dunia Tanpa Laki-laki

Konservasi Lingkungan dan Implikasinya terhadap Ketahanan Ekosistem Masa Depan

Peran Negara Dalam Pelestarian Lingkungan Hidup

Jangan Rusak Lingkungan!

Para warga yang mayoritas bekerja sebagai petani di kawasan pegunungan Kendeng ini pernah juga melakukan aksi penolakan pembangunan pabrik semen di depan Istana Negara pada tahun 2017 setelah bertahun-tahun suara mereka tidak serius ditanggapi oleh pemerintah.

Mereka melakukan protes semen kaki supaya pemerintah menghentikan pembangunan pabrik semen yang berpotensi merusak lingkungan di kawasan pegunungan Kendeng. Sembilan Kartini Kendeng yang di semen kakinya saat itu adalah Yu Sukinah, Martini, Siyem, Karsupi, Sutini, Surani, Ngatemi, Ngadinah dan Ripambarwati.

Mereka, para Kartini Kendeng ini rela terjun langsung untuk memperjuangkan kelangsungan ekologi di kawasan pegunungan Kendeng. Bagi mereka alam bukan hanya tentang akumulasi kekayaan tetapi menjaga kehidupan berkelanjutan bagi generasi yang akan datang.

Selain itu, berdirinya pabrik semen yang pada kenyataannya berprinsip “mengeluarkan modal sedikit, tetapi mendapat untung yang besar” ini akan berdampak pada kerusakan lingkungan yang besar. Tanah karst akan terus digerus sehingga tidak dapat meresap air untuk persediaan di musim kemarau. Sehingga bisa menyebabkan banjir di musim hujan dan kekeringan di musim panas.

Peran Kartini Kendeng ini sangat besar. Selain ikut aksi penolakan pembangunan pabrik semen. Mereka juga kunci pelestarian budaya yang ada di kawasan Kendeng. Menjadi motor penggerak penerus perjuangan Kendeng dengan melatih anak-anaknya di rumah sebab tidak disekolahkan secara formal.

Bagi penduduk Samin, tujuan orang Sikep belajar di rumah sebab tidak mengejar derajat pangkat dan jabatan, tetapi cita-cita belajar adalah untuk memperbaiki tindakan dan ucapan. Sedangkan untuk mencukupi kebutuhan hidup cukuplah dengan menjadi petani.

Seperti yang dikatakan Gunarti (penduduk Samin) bahwa tujuan pendidikan bukan untuk menjadi pandai tetapi yang lebih penting anak-anak dapat mengerti dan memahami kehidupan dengan bijak. Sebab terkadang pandai justru bisa dimanfaatkan untuk memberdayakan atau menipu orang lain.

Kartini Kendeng yang tidak hanya bergelut di ranah domestik ini, rela berpanas-panasan untuk mempertahankan lahan mereka supaya tidak dirampas oleh oknum-oknum yang memiliki kepentingan. Yang lebih menarik dari aksi-aksi Kartini Kendeng adalah nilai pesan yang disampaikan melalui aksinya.

Perlawanan yang dilakukan oleh Kartini Kendeng ini tidak berbasis pada kekerasan, tidak ada arogansi politik serta tidak merasa paling benar, tetapi perlawaan yang berbasis kebudayaan untuk menyadarkan masyarakat dan pemerintah bahwa ada yang lebih penting dari pada ekonomi dan kekayaan yaitu kelestarian lingkungan. Nilai-nilai yang dibawa adalah nilai perdamaian yang ramah. Meskipun mereka juga mendapat perlakuan intimidasi, diancam anak cucunya, dihina dan bahkan ada yang diculik serta lain sebagainya.

Seperti yang sudah dikatakan bahwa alam bukan hanya tentang akumulasi kekayaan tetapi menjaga kehidupan berkelanjutan. Alam tidak hanya sebagai ladang eksploitasi semata. Justru, saat aksi, para Kartini Kendeng yang menjadi petani ini memberikan hasil bumi untuk menyadarkan bahwa Kendeng itu subur dan cocok untuk pertanian sehingga tidak perlu didirikan pabrik semen. Mereka telah sejahtera terlahir sebagai perempuan yang bertani. Mereka rela menjaga ibu bumi dan percaya bahwa ibu bumi wis maringi, ibu bumi dilarani, ibu bumi kang ngadili (ibu bumi sudah memberi, ibu bumi disakiti, ibu bumi yang akan mengadili)

Apa yang diperjuangkan oleh para Kartini Kendeng ini perlu untuk terus disuarakan. Mereka mendapat perlakuan ketidakadilan gender dan juga hidup didalam kubangan diskriminasi sebagai perempuan yang memperjuangkan lahan miliknya sendiri. Sehingga langkah mengkampanyekan isu ini paling tidak menbantu suara mereka supaya tidak berjuang sendirian.

Tetapi banyak elemen juga yang bisa membantu untuk mengedukasi dan menyadarkan masyarakat serta pemerintah bahwa para perempuan Kendeng bermaksud menyampaikan pesan damai untuk sama-sama menjaga kelangsungan lingkungan bagi generasi penerus bangsa ini. Seperti kata Gus Dur, “tidak ada kelangsungan peradaban dibawah kerusakan ekologi”. Anak cucu butuh diberi makan bukan semen []

 

Tags: EkofeminismeIbu BumiKartini KendengLingkungan
Laila Fajrin Rauf

Laila Fajrin Rauf

Founder Komunitas Gerakan Kolektif Perempuan Feministic Indonesia. Aktif di Jaringan GUSDURian dan Duta Damai Yogyakarta. Bisa dihubungi via email ke [email protected] atau instagram @ubai_rauf

Terkait Posts

Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Peluang Ulama Perempuan

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

16 Mei 2025
Nusyuz

Membaca Ulang Ayat Nusyuz dalam Perspektif Mubadalah

16 Mei 2025
Poligami dalam

Menggugat Poligami, Menegakkan Monogami

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

    KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial
  • Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version