Charlie’s Angels (2019) bukan lagi sekumpulan Angel perempuan yang “dimiliki” laki-laki bernama Charlie. Mereka juga tidak bekerja melalui perantara seorang bos kecil bernama Bosley, yang berjenis kelamin laki-laki.
Charlie’s Angels pertama kali tayang sebagai serial di ABC Television Network dari 1976 hingga 1981. Cerita utamanya, (selalu) tentang tiga agen mata-mata perempuan yang bekerja untuk Charlie.
Charlie tak pernah sekalipun memperlihatkan batang hidungnya. Dia hanya hadir melalui telepon dan pengeras suara. Dan biasanya memberikan tugas kepada Angels melalui tangan kanannya, John Bosley. Dia baru muncul kembali memberikan selamat saat misi sukses dijalankan.
Serial ini kemudian dibuat versi filmnya, Charlie’s Angels (2000) dan Charlie’s Angels: Full Throttle (2003). Kedua film ini yang sering diputar di televisi dan dari sana saya awal kali mencintai para Angels yang diperankan Lucy Liu, Cameron Diaz, dan Drew Barrymore.
Pada Charlie’s Angels (2019), kerangka ceritanya benar-benar telah diubah. Meski masih menggunakan plot yang sama.
Kerangka cerita baru Charlie’s Angels ini cukup menghentak saat dibuka lembar demi lembar bahwa Bosley bukanlah nama orang. Ia adalah jabatan, ya mungkin sejenis kata letnan, mayor, atau kopral.
Tiga Bosley mendapat porsi lebih besar dalam cerita film, John Bosley (Patrick Stewart), Bosley (Djimon Hounsou), dan Bosley (Elizabeth Banks).
Tapi jumlah mereka sendiri begitu banyak. Tidak ada yang tahu. Dalam salah satu adegan pertemuan di salah satu ruangan memperlihatkan banyak Bosley dari berbagai daerah, berkumpul lewat konferensi daring.
Bosley bisa jadi, dan banyak di antara mereka adalah perempuan. Elizabeth Banks, Bosley perempuan di film ini menjadi salah satu sosok penting.
Dipilihnya Patrick Stewart sebagai John Bosley juga bukan tanpa alasan. Pemeran Professor X atau Charles Xavier dalam film X-Man itu tentu melekat dalam ingatan kita bahwa dia adalah protagonis tulen. Inilah daya kejut lainnya, Stewart di film ini menjadi sosok jahat.
Dialah sumber kasus culas yang diselidiki. John membangun jaringannya setelah dia tahu akan segera pensiun dari jabatan sebagai Bosley. Orang yang begitu berjasa bagi Charlie ini yang menjadi dalang pembunuhan Bosley yang diperankan Djimon Hounsou.
John ingin mendapatkan alat canggih, Calisto, yang dirancang Elena Houglin (Naomi Scott). Meski bisa menjadi alat alternatif energi, Calisto bisa sangat berbahaya jika berada di tangan orang yang keliru.
Saat Calisto menghilang, dua agen perempuan, Sabina Wilson (Kristen Stewart) dan Jane Kano (Ella Balinska) ditugaskan untuk mengungkap siapa dalang di balik itu semua.
Secara umum, film ini ingin menghadirkan wajah baru para Angel dengan bangunan yang tidak lagi patriarkhi. Selain meruntuhkan anggapan bahwa Bosley adalah sosok laki-laki. Di akhir film kita juga tahu bahwa bos besar Townsend Agency adalah perempuan yang menyamarkan identitasnya dalam sosok Charlie.
Siapakah perempuan itu? Film ini belum mau mengungkapnya. Baru diketahui bahwa Charlie selama ini berkomunikasi dengan menggunakan alat penyamar suara. Jadi meskipun dia perempuan, melalui telepon dia terdengar seperti laki-laki.
Industri Hollywood akhir-akhir ini sering mengeluarkan film dengan nuansa pengangkatan posisi perempuan. Seperti kita tahu, Captain Marvel, sebagai hero paling kuat dalam MCU, ternyata juga seorang perempuan. Meski tetap saja banyak kritik datang karena budaya sinema yang maskulin dan penuh kekerasan.
Kritik juga banyak dilemparkan untuk film Charlie’s Angels (2019) karena dituduh melanjutkan seksisme Charlie’s Angels versi serial dan dua film sebelumnya. Adegan mata-mata perempuan menggoda laki-laki dan perempuan berbusana sangat seksi tetap dominan dalam film. Tapi hal itu langsung dibantah Banks. “Really sexy, but not sexual,” katanya.
Sutradara yang juga berperan sebagai Bosley ini terlihat sudah berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengeksploitasi perempuan sebagai objek. Saya sendiri suka pada ide dalam film bahwa perempuan bisa melakukan segalanya. Meski untuk menjadi benar-benar bagus, sebuah film tidak cukup hanya mengganti yang laki-laki menjadi perempuan.[]