• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Dialog Antar Agama, Upaya Merajut Solidaritas Umat Manusia

Dialog adalah cara yang paling efektif dalam membangun perdamaian di masyarakat, ketahanan keluarga dinilai sebagai lini utama dalam menjaga sistem sel tradisional yang mencegah radikalisme, terorisme, dan ekstremisme

Mifta Kharisma Mifta Kharisma
31/08/2021
in Pernak-pernik
0
Agama

Agama

134
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Konferensi Global tentang Fratelli Tutti – Ukhuwwah Insaniyah: Membangun Jembatan untuk Solidaritas Manusia, digelar dalam rangka melanjutkan upaya dialog antar agama yang diprakarsai oleh beberapa lembaga yang kompeten diantaranya: Tangaza University College, Umma University, Global Ministries University, Institut Harmoni, dan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Bermula pertemuan Paus Fransiskus, bersama Imam Besar Al Azhar, Syeikh Ahmed Al-Tayyeb menandatangani dokumen persaudaraan manusia untuk perdamaian dunia dan hidup bersama yang dipresentasikan kepada dunia pada konferensi global di Abu Dhabi, 4 Februari 2019.

Lebih lanjut, dokumen ini mengilhami semua orang percaya bahwa melalui iman kepada Tuhan, yang telah menciptakan alam semesta, makhluk, dan semua manusia.  Selain itu, kegiatan ini memiliki tujuan untuk memahami berbagai perspektif dan pendekatan dalam menghadapi, mengurangi intoleransi, ekstremisme agama, dan kekerasan yang mengatasnamakan agama, kedua sebagai cara meningkatkan peran aktif keluarga dalam menanamkan nilai toleransi dan perdamaian, serta menjaga solidaritas antar berbagai agama dan kelompok setelah adanya pandemi.

Konferensi dengan tema pertama pada hari Jumat dengan tema menghadapi intoleransi, ekstremisme agama, serta kekerasan yang mengatasnamakan agama. Tentu didukung dengan para pembicara yang ahli seperti Datu Mussolini Sinsuat Lidasan selaku ketua Al-Qalam Institute of islamic , Dr Yunus Masrukhin dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, serta para pendiskusi seperti Irine Hiraswati Gayatri, Syera Aggreini Buntara, dan pimpin oleh Dr Nina Mariani Noor., M.A. selaku moderator.

Mengenai persaudaraan antar umat manusia, Dr Yunus Masrukhin menyatakan mengenai konsensus bahwa persaudaraan umat manusia tidak harus digabungkan dengan agenda politik, dan peran utama dari sebuah agama adalah untuk mempromosikan kedamaian. Konservatisme Islam meningkat setelah peristiwa jatuhnya kepemimpinan era Soeharto dalam hal ini memiliki korelasi dengan negara-negara muslim lainnya seperti Mesir, Tunisia, dan Libya.

Baca Juga:

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

Topik ini mencoba menelusuri jalan berfikir Ahmad Tayyeb dalam berpikir normatif dan praktik dalam keagamaan dengan kesadaran dalam bertoleransi dan menumpaskan kekejaman politik dan ekstremisme agama dengan adanya konsep sekolah teologi Asy’ariyah, yang merupakan sekolah yang bersifat rigid dalam nuansa klasik dan kotradiksi dengan arah pembelajaran yang modern dan kontemporer. Perannya membangun toleransi dan memerangi ekstremisme, ia percaya bahwa nilai konservatif bukan berarti menjadi tertutup.

“Teologi Asy’ariyah sebagai aktualisasi bagaimana teologi harus dibenturkan dnegan tantangan konteks kontemporer, Studi ini memperluas tesis yang dikeluarkan Jeremy Menchik tentang menjadi pluralis tanpa menjadi liberal dalam konteks yang lebih luas.” Tegas Dr Yunus pada konferensi tema pertama.

Berbeda dengan Dr Yunus, Datu Mussolini menawarkan konsep mengambil wilayah Bangsa Moro di Mindanao yang mendapat banyak manfaat dari Fratelli Tuti, dimana dokumen ini menjunjung tinggi persaudaraan dan mewujudkan kerukunan dan kedamaian dalam kebhinekaan, muslim menjadi minoritas di Bangsa Moro melalui Undang-undang RR11054,  dengan kepastian Hak Asasi Manusia bagi umat Islam di Mindanao. Persahabatan dan persaudaraan dipromosikan oleh laki-laki maupun perempuan, dalam hal ini terjalin dialog sosial yang melibatkan rasa sepenanggungan dalam menghargai perbedaan.

“Dialog sosial menjadi penting sebagai keprihatinan bersama bahkan jika kita tidak dapat menerimanya sebagai keyakinan, dialog menghargai perbedaan. Persaudaraan dibentuk melalui proses seseorang yang berbeda dan kita memaknainya sebagai proses pembelajaran” Jelas Dr Datu Mussolini.

Berbeda dengan tema konferensi yang pertama, konferensi yang kedua mengangkat peningkatan peran keluarga dalam menanamkan toleransi dan perdamaian dengan para pembicara yang sebelumnya sudah meniti wacana dalam diskursus peran keluarga antara Ratna Abd Razak dari fakultas Human Ecology, UPM Malaysia, Rubi Khofilah dari AMAN Indonesia. Tentu didukung dengan partisipasi aktif dari para Satih Saidiyah, Pd Paulus Sugeng Widajaja, dan Fr. Dr  Martinus Joko Lelono.

Sebaliknya pembahasan pada tema yang kedua membahas mengenai mempromosikan pentingnya nilai-nilai keluarga dalam mengembangkan nilai-nilai prinsip perdamaian antar agama dan menghadapai degradasi moral, dengan membangun dan melangengkan nilai-nilai toleransi yang dibangun dalam konteks keluarga. Pentingnya menanamkan kebaikan dalam konteks keluarga untuk mencegah konflik terbuka dan struktural menjadi isu utama yang diangkat oleh Ratna Abd Razak.

“Seorang ibu memiliki peran penting dalam melindungi anak secara fisik dan psikologis dan mengarahkan perkembangan fisik, intelektual, maupun spiritual.” Tegas Ratna Abd Razak dalam forum ini.

Mengingat pembicara lainnya yang mengangkat isu menarik mengenai sekolah perempuan untuk perdamaian dengan dikorelasikan teori perubahan sebagai indikator dalam membangun ketahanan keluarga. Ruby panggilan sapaannya menuangkan gagasannya melalui premis proses perdamaian perempuan yang dimulai dari ranah individu ke ranah relasional, struktural, dan kultural.

“Dialog adalah cara yang paling efektif dalam membangun perdamaian di masyarakat, ketahanan keluarga dinilai sebagai lini utama dalam menjaga sistem sel tradisional yang mencegah radikalisme, terorisme, dan ekstremisme” Kata Ruby.

Konferensi pada tema kedua tentu dipimpin oleh Dr Martinus Joko Lelono sebagai moderator. Bahwasanya orang orang mengakui kenyataan bahwa dunia dibentuk dengan adanya perbedaan. Dengan adanya perbedaan semakin tercipta keunikan dan menjadi ciri khas sebuah identitas. Tugas kita sebagai individu, sebagai keluarga, dan sistem masyarakat menjalankan kehidupan dengan berlandaskan pada toleransi dan perdamaian. []

 

Tags: Dialog Antar AgamakeberagamankemanusiaanModerasi BeragamaPerdamaiantoleransi
Mifta Kharisma

Mifta Kharisma

Peneliti ISAIs (Institute Of Southseast Asian Islam), Wahib Institute, aktif dalam forum lintas iman. kemanusiaan, dan isu-isu minoritas

Terkait Posts

KB

KB dalam Pandangan Riffat Hassan

20 Mei 2025
KB

KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

20 Mei 2025
KB dalam Islam

KB dalam Pandangan Islam

20 Mei 2025
Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kebangkitan Ulama Perempuan

    Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tuhan Menyayangi Perempuan: Melihat Maksud Tuhan Di Balik Kodrat Haid

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version