Minggu, 28 Desember 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Laras Faizati

    Kritik Laras Faizati Menjadi Suara Etika Kepedulian Perempuan

    Natal

    Makna Natal Perspektif Mubadalah: Feminis Maria Serta Makna Reproduksi dan Ketubuhan

    Kekerasan di Kampus

    IMM Ciputat Dorong Peran Mahasiswa Perkuat Sistem Pelaporan Kekerasan di Kampus

    Kekerasan di Kampus

    Peringati Hari Ibu: PSIPP ITB Ahmad Dahlan dan Gen Z Perkuat Pencegahan Kekerasan Berbasis Gender di Kampus

    KUPI yang

    KUPI Jadi Ruang Konsolidasi Para Ulama Perempuan

    gerakan peradaban

    Peran Ulama Perempuan KUPI dalam Membangun Gerakan Peradaban

    Kemiskinan Perempuan

    KUPI Dorong Peran Ulama Perempuan Merespons Kemiskinan Struktural dan Krisis Lingkungan

    Kekerasan Seksual

    Forum Halaqah Kubra KUPI Bahas Kekerasan Seksual, KDRT, dan KBGO terhadap Perempuan

    Gender KUPI

    Julia Suryakusuma Apresiasi Peran KUPI dalam Mendorong Islam Berkeadilan Gender

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Disabilitas sebagai Kutukan

    Memaknai Disabilitas sebagai Keberagaman, Bukan Kekurangan atau Kutukan

    Disabilitas

    Di Mana Ruang Keadilan bagi Penyandang Disabilitas?

    CBB

    Cewek Bike-bike (CBB) Vol. 2: Mengayuh Bersama, Merayakan Tubuh Perempuan

    Taubat Ekologis

    Saatnya Taubat Ekologis dan Kembalikan Sakralitas Alam

    Perempuan Disabilitas

    Kasus Gowa dan Rapuhnya Perlindungan bagi Perempuan Disabilitas

    Era Scroll

    Hidup di Era Scroll: Masihkah Kita Memiliki Fokus Utuh?

    Ikan Asin

    Mengubah Limbah Ikan Asin Menjadi Pakan Mandiri

    Parenting Anxiety

    Parenting Anxiety: Ketika Mengasuh Anak Berada di Bayang-bayang Parenting Goals

    Perempuan Disabilitas Berlapis

    Diskriminasi Berlapis Perempuan Disabilitas di Negara yang Belum Inklusif

    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Penciptaan Manusia

    Logika Penciptaan Manusia dari Tanah: Bumi adalah Saudara “Kita” yang Seharusnya Dijaga dan Dirawat

    Mimi Monalisa

    Aku, Mama, dan Mimi Monalisa

    Romantika Asmara

    Romantika Asmara dalam Al-Qur’an: Jalan Hidup dan Menjaga Fitrah

    Binatang

    Animal Stories From The Qur’an: Menyelami Bagaimana Al-Qur’an Merayakan Biodiversitas Binatang

    Ujung Sajadah

    Tangis di Ujung Sajadah

    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
  • Tokoh
    • All
    • Profil
    Kebudayaan

    Pidato Kebudayaan dalam Ulang Tahun Fahmina Institute Ke 25

    Fazlur Rahman

    Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an

    Idulfitri

    Khutbah Idulfitri: Mulai Kehidupan Baru di Bulan Syawal

    Sa'adah

    Sa’adah: Sosok Pendamping Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak  

    Tahun Baru 2025

    Do’a Tahun Baru 2025

    Umi Nyai Sintho' Nabilah Asrori

    Umi Nyai Sintho’ Nabilah Asrori : Ulama Perempuan yang Mengajar Santri Sepuh

    Rabi'ah Al-'Adawiyah

    Sufi Perempuan: Rabi’ah Al-‘Adawiyah

    Ning Imaz

    Ning Imaz Fatimatuz Zahra: Ulama Perempuan Muda Berdakwah Melalui Medsos

    Siti Hanifah Soehaimi

    Siti Hanifah Soehaimi: Penyelamat Foto Perobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato yang Sempat Hilang

  • Monumen
  • Zawiyah
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Laras Faizati

    Kritik Laras Faizati Menjadi Suara Etika Kepedulian Perempuan

    Natal

    Makna Natal Perspektif Mubadalah: Feminis Maria Serta Makna Reproduksi dan Ketubuhan

    Kekerasan di Kampus

    IMM Ciputat Dorong Peran Mahasiswa Perkuat Sistem Pelaporan Kekerasan di Kampus

    Kekerasan di Kampus

    Peringati Hari Ibu: PSIPP ITB Ahmad Dahlan dan Gen Z Perkuat Pencegahan Kekerasan Berbasis Gender di Kampus

    KUPI yang

    KUPI Jadi Ruang Konsolidasi Para Ulama Perempuan

    gerakan peradaban

    Peran Ulama Perempuan KUPI dalam Membangun Gerakan Peradaban

    Kemiskinan Perempuan

    KUPI Dorong Peran Ulama Perempuan Merespons Kemiskinan Struktural dan Krisis Lingkungan

    Kekerasan Seksual

    Forum Halaqah Kubra KUPI Bahas Kekerasan Seksual, KDRT, dan KBGO terhadap Perempuan

    Gender KUPI

    Julia Suryakusuma Apresiasi Peran KUPI dalam Mendorong Islam Berkeadilan Gender

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Disabilitas sebagai Kutukan

    Memaknai Disabilitas sebagai Keberagaman, Bukan Kekurangan atau Kutukan

    Disabilitas

    Di Mana Ruang Keadilan bagi Penyandang Disabilitas?

    CBB

    Cewek Bike-bike (CBB) Vol. 2: Mengayuh Bersama, Merayakan Tubuh Perempuan

    Taubat Ekologis

    Saatnya Taubat Ekologis dan Kembalikan Sakralitas Alam

    Perempuan Disabilitas

    Kasus Gowa dan Rapuhnya Perlindungan bagi Perempuan Disabilitas

    Era Scroll

    Hidup di Era Scroll: Masihkah Kita Memiliki Fokus Utuh?

    Ikan Asin

    Mengubah Limbah Ikan Asin Menjadi Pakan Mandiri

    Parenting Anxiety

    Parenting Anxiety: Ketika Mengasuh Anak Berada di Bayang-bayang Parenting Goals

    Perempuan Disabilitas Berlapis

    Diskriminasi Berlapis Perempuan Disabilitas di Negara yang Belum Inklusif

    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Penciptaan Manusia

    Logika Penciptaan Manusia dari Tanah: Bumi adalah Saudara “Kita” yang Seharusnya Dijaga dan Dirawat

    Mimi Monalisa

    Aku, Mama, dan Mimi Monalisa

    Romantika Asmara

    Romantika Asmara dalam Al-Qur’an: Jalan Hidup dan Menjaga Fitrah

    Binatang

    Animal Stories From The Qur’an: Menyelami Bagaimana Al-Qur’an Merayakan Biodiversitas Binatang

    Ujung Sajadah

    Tangis di Ujung Sajadah

    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
  • Tokoh
    • All
    • Profil
    Kebudayaan

    Pidato Kebudayaan dalam Ulang Tahun Fahmina Institute Ke 25

    Fazlur Rahman

    Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an

    Idulfitri

    Khutbah Idulfitri: Mulai Kehidupan Baru di Bulan Syawal

    Sa'adah

    Sa’adah: Sosok Pendamping Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak  

    Tahun Baru 2025

    Do’a Tahun Baru 2025

    Umi Nyai Sintho' Nabilah Asrori

    Umi Nyai Sintho’ Nabilah Asrori : Ulama Perempuan yang Mengajar Santri Sepuh

    Rabi'ah Al-'Adawiyah

    Sufi Perempuan: Rabi’ah Al-‘Adawiyah

    Ning Imaz

    Ning Imaz Fatimatuz Zahra: Ulama Perempuan Muda Berdakwah Melalui Medsos

    Siti Hanifah Soehaimi

    Siti Hanifah Soehaimi: Penyelamat Foto Perobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato yang Sempat Hilang

  • Monumen
  • Zawiyah
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Film

Dipangku Realitas: Tubuh dan Kemiskinan Struktural dalam Film Pangku

Saya suka kata-kata kakak Kalis yang dibold “…..tapi bagaimana memartabatkan kelompok-kelompok marginal dalam film Pangku."

Mufliha Wijayati Mufliha Wijayati
12 November 2025
in Film
0
Film Pangku

Film Pangku

1.9k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Saya dibuat kecewa oleh Fedi Nuril di film Pangku. Awal nya saya kira, dia akan mematahkan stigma spesialis aktor poligamis. Sebagai Hadi, sopir truk pengangkut ikan hasil laut melakonkan peran sebagai laki-laki tenang, penuh empatik, dan baik hati. Dia hadir sebagai penolong dalam kehidupan Sartika yang terpuruk. Tapi ujungnya, poligamis juga.

Fedi Nuril adalah Hadi yang ditinggal istri merantau menjadi pekerja migran, dan dia kawin lagi. Masih tentang Poligami yang terbungkus sangat halus dengan balutan, menolong atau kemanusiaan. ‘Aku mau punya anak, dan kamu pengen punya suami’. Makin kuat deh stigma media ke dia sebagai ‘Duta Poligami Layar Lebar’.

Beberapa review film dan iklan Pangku memaksa saya, sore-sore meluncur ke bioskop satu-satunya yang ada di Metro. Padahal lagi banyak list pekerjaan yang harus dituntaskan. Karena bingung mana dulu yang dikerjakan, pilihannya jatuh pada yang tidak ada dalam list, yaitu NONTON, dan sendirian lagi.

Mulanya, saya mengira Pangku, seperti film-film yang lain, akan menonjolkan isu ‘pasar seks’ sebagai daya tarik film. Tapi, saya salah. Reza Rahadian sang sutradara, dengan sangat halus meletakkan seks kelompok marginal untuk mengkritik struktur sosial tentang kemiskinan dengan setting warung kopi pinggir Pantura.

Warung kopi yang menjadi panggung tempat hidup para perempuan yang berusaha bertahan. Setting lokal realis yang sempit, tapi justru mampu menguatkan keterhimpitan perempuan di ruang-ruang sosial.

Kisah tentang Sartika

Pangku berkisah tentang Sartika, perempuan muda yang hamil dan pergi ke Pantura demi harapan, lalu menemukan dirinya bekerja di warung kopi pangku. (Saya masbuq 10-an menit jadi ga tau cerita awal kehamilannya).

Awalnya, bekerja di warung kopi pangku bukan pilihan, Tika sempat bekerja menjadi buruh sawah. Tapi karena desakan kebutuhan stok beras untuk menyambung hidup Bayu, anaknya, Tika menyerah pada takdir, membiarkan tubuhnya dipangku oleh pelanggan warung kopi.

Cerita sederhana yang membuka spektrum sosial yang komplek dan berkelindan, bagaimana ketubuhan perempuan terjalin dengan kemiskinan struktural. Dan bagaimana ketahanan Perempuan muncul dalam situasi yang mereduksi pilihannya. Tika terjatuh dan terpuruk bertubi-tubi, tapi di saat yang sama dia bangkit untuk melanjutkan hidup.

Film ini adalah potret realis yang alurnya saya rasakan begitu lambat. Ruang sempit, dialog yang hemat, tapi gestur tubuh para aktor yang berbicara banyak. Gaya pengisahan yang minim dialog dan lambat ini justru memperkuat bahwa tubuh itu sendiri menceritakan pengalaman kepayahan, bukan kata-kata yang selalu menjelaskan.

Penonton seperti harus bekerja keras memaknai setiap gestur pemain. Berjalan gontai, duduk bengong dengan tatapan kosong, tidur meringkuk untuk menggambarkan ketidaknyamanan hidup. Hening tanpa dialog menjadi medium untuk memperlihatkan tubuh yang lapar, lelah, tapi terus bergerak mencari ruang bertahan.

Komodifikasi Tubuh Perempuan

Bagian penting yang dibuka oleh Pangku adalah bagaimana tubuh menjadi alat reproduksi sosial-ekonomi. Komodifikasi tubuh Perempuan, bukan hanya melahirkan anak, tetapi juga berfungsi sebagai komoditas di pasar informal. Ketika perempuan duduk di pangkuan pelanggan, ada transaksi yang lebih dari sekadar secangkir kopi.

Yang menarik dari cara Reza Rahadian memperlihatkan Pangku, bukan pada moralitas individual semata, melainkan konsekuensi dari struktur ekonomi yang menyisakan sedikit pilihan bagi perempuan miskin. Ketika lapangan kerja formal tak tersedia, maka tubuh menjadi salah satu modal terakhir. Mangsedih sih.

Sosok Maya-Chistin Hakim aktor gaek yang tidak kita ragukan lagi performanya. Pemilik warung, perempuan yang tidak cukup baik juga secara ekonomi, tapi relatif lebih berdaya dan memiliki usaha kecil, untuk bertahan hidup.

Anggaplah dia pemimpin perempuan di komunitasnya, karena nasibnya lebih baik dari Tika dan Perempuan-perempuan lain yang muncul sebagai figuran. Dia seperti menjadi ibu yang punya bahu untuk sandaran Tika dan teman-temannya.

Pangku secara jujur menyatakan bahwa kepemimpinan perempuan tidak otomatis menghapus relasi subordinasi. Terkadang ia juga berfungsi di dalam ekosistem yang mempertahankan norma ketidakadilan demi kebutuhan pasar.

Di sini terlihat Maya begitu mengayomi Tika dan teman-temannya, tapi logika ekonomi memaksanya untuk meminta mereka rela “dipangku” demi keberlanjutan hidup dan masa depan anak. Pilihan yang bukan pilihan inilah yang menandai kemiskinan struktural.

Pilu yang Menyakitkan

Hal lain yang menarik dari Pangku adalah alurnya tidak menjual kepiluan sebagai tontonan. Film ini memilih nada humanis yang merayakan ketegaran tanpa melucuti kompleksitas penderitaan. Saya tidak menangis seperti biasanya saat nonton film-film drama, tapi saya merasakan pilu yang menyakitkan.

Reza Rahadian dengan sangat cerdik menampilkan bahwa film ini bukan untuk sekadar menggambarkan korban, melainkan memetakan kondisi yang membuat korban itu harus memilih. Kritik sosialnya halus tapi tajam: ia menempatkan penonton di posisi melihat struktur atau konteks yang bekerja, bukan hanya menilai moral individu.

Itu juga yang membuat saya penasaran ketika membaca beberapa pengamat menyebut film ini sebagai karya yang menghormati akar realitas para karakternya. Dan Saya menvalidasinya, tidak menonjolkan pengalaman aktor secara personal, tapi pada sistem yang berkelindan.

Jujurly, yang bikin saya penasaran dan bikin saya harus nonton film pangku ini adalah review kaka Kalis Mardiasih di IG nya. Dia mengapresiasi Reza bertubi-tubi bukan karena kegantengannya, tapi kelihaiannya memahami root cause ketidakadilan yang dialami para karakter.

Bahwa pesisir, kemiskinan, dan kultur lokal berperan sebagai latar yang bukan sekadar setting tetapi agen pembentuk takdir. Saya suka kata-kata kakak Kalis yang dibold “…..tapi bagaimana memartabatkan kelompok-kelompok marginal dalam film Pangku”. Terimakasih kaka kalis.

Akhirnya, Pangku mengajukan pesan etis yang penting, melihat perempuan dan ketubuhannya bukan sekadar melihat subjek individual, tetapi memandangnya dalam kelindan ketidakadilan sosial. Tubuh yang “dipangku” dalam film adalah alarm bagi kita, mengingatkan bahwa martabat manusia terancam bukan hanya oleh tindakan kriminal dan kejahatan semata, melainkan oleh struktur yang menutup akses dan kesempatan.

Balik ke Fedi Nuril, pengen liat dia ganti peran biar ga jadi cowok poligamis terus. []

 

Tags: Fedi NurilFilm IndonesiaFilm PangkuPanturaReza RahadianWarung Kopi
Mufliha Wijayati

Mufliha Wijayati

Alumni Workshop Penulisan Artikel Populär Mubadalah 2017, Penyuka kopi dan Pemerhati isu gender dari IAIN Metro

Terkait Posts

Film Pangku
Film

Film Pangku: Tak Sebandingnya Hak Perempuan dengan Beban yang Ditanggung

26 November 2025
Film Pangku
Film

Eksotisasi Kemiskinan: Mengurai Visualisasi Perempuan Slum dalam Film Pangku

23 November 2025
Film Kopi Pangku
Film

Film Kopi Pangku: Memberi Kehidupan di Tengah Lapisan Kerentanan

21 November 2025
Film Pangku
Film

Film Pangku: Kasih Ibu yang Tak Pernah Sirna

14 November 2025
Film Pangku
Film

Film Pangku: Menangkap Realita Kehidupan Di Pantura

9 November 2025
Film Andai Ibu Tidak Menikah dengan Ayah
Film

Refleksi Film Andai Ibu Tidak Menikah Dengan Ayah; Pilihan Ibu dan Luka Anak

21 September 2025

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Taubat Ekologis

    Saatnya Taubat Ekologis dan Kembalikan Sakralitas Alam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasus Gowa dan Rapuhnya Perlindungan bagi Perempuan Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengubah Limbah Ikan Asin Menjadi Pakan Mandiri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Diskriminasi Berlapis Perempuan Disabilitas di Negara yang Belum Inklusif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hidup di Era Scroll: Masihkah Kita Memiliki Fokus Utuh?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Memaknai Disabilitas sebagai Keberagaman, Bukan Kekurangan atau Kutukan
  • Di Mana Ruang Keadilan bagi Penyandang Disabilitas?
  • Kritik Laras Faizati Menjadi Suara Etika Kepedulian Perempuan
  • Cewek Bike-bike (CBB) Vol. 2: Mengayuh Bersama, Merayakan Tubuh Perempuan
  • Saatnya Taubat Ekologis dan Kembalikan Sakralitas Alam

Komentar Terbaru

  • dul pada Mitokondria: Kerja Sunyi Perempuan yang Menghidupkan
  • Refleksi Hari Pahlawan: Tiga Rahim Penyangga Dunia pada Menolak Gelar Pahlawan: Catatan Hijroatul Maghfiroh atas Dosa Ekologis Soeharto
  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Account
  • Home
  • Khazanah
  • Kirim Tulisan
  • Kolom Buya Husein
  • Kontributor
  • Monumen
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Rujukan
  • Tentang Mubadalah
  • Zawiyah
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID