Mubadalah.id – Anak pertama sering sekali dipuji sebagai sosok yang kuat, pengganti orang tua, dewasa dan dapat kita andalkan. Masyarakat sering menuntut anak pertama untuk selalu mengerti keadaan, mudah kita mintai tolong, dan jarang mengeluh. Namun, benarkah ia kuat sejak awal, atau sebenarnya ia belajar diam karena keadaan menuntutnya demikian?
Film In Your Dream
Film In Your Dreams menghadirkan kehidupan keluarga yang sangat terlihat hangat, humoris, dan cemara. Sebuah keluarga kecil yang terdiri dari Ayah, Ibu, seorang anak perempuan sebagai anak pertama yang bernama Stevie, dan seorang anak laki-laki sebagai anak kedua yang bernama Elliot.
Pada awalnya kehidupan keluarga ini seperti kehidupan keluarga cemara pada umumnya yang penuh dengan ceria, keakraban dan kebersamaan. Namun film ini menunjukan bahwa kehangatan keluarga tidak selalu berjalan mulus dengan keadilan peran.
Masalah ekonomi menjadi titik yang mengubah segalanya. Demi membantu kondisi keluarga, sang ibu harus mencari pekerjaan dan mendaftar menjadi dosen yang jaraknya jauh dari rumahnya. Keputusan ini bukanlah keputusan egois, melainkan keputusan rasional agar anaknya dapat mendapat kehidupan yang kayak dengan ekonomi yang stabil.
Anak Pertama dilahirkan untuk selalu kuat?
Sejak saat itu, keluarga menyerahkan hampir seluruh tanggung jawab domestik kepada Stevie sebagai anak pertama. Ia tidak hanya membantu pekerjaan rumah, tetapi juga mengurus adiknya. Meskipun orang tua tidak memberikan perintah keras, kondisi rumah membuat Stevie harus mengambil peran tersebut, karena tanpa kehadirannya, rumah akan berada dalam kekacauan.
Di sinilah film In Your Dreams secara halus mengungkap realitas yang sering luput dari perhatian. Situasi, bukan kata-kata, membentuk anak pertama. Keadaan secara perlahan membentuk dirinya agar mengalah sebelum memprotes, memahami sebelum dipahami, dan menunjukkan kekuatan sebelum ia benar-benar siap.
Stevie tidak mengekspresikan kesedihannya secara meledak-ledak. Ia tidak meluapkan amarah atau memberontak secara terbuka. Sebaliknya, ia menyimpan kesedihan itu dalam bentuk yang sunyi.
Kehilangan perhatian, rasa iri yang terpendam, serta perasaan bahwa kehadiran adiknya perlahan merebut ruangnya sebagai seorang anak. Dalam diam tersebut, Stevie mulai memaknai kehadiran adiknya sebagai sebuah kesialan. Bukan karena kebencian, melainkan karena tidak ada ruang baginya untuk mengolah perasaannya sendiri.
Anak pertama dilahirkan sebagai pengganti orang tua?
Suatu hari, orang tua meminta sang adik membeli buku klasik untuk menunjang pendidikannya. Keadaan memaksa sang kakak untuk mengantarnya ke sebuah toko buku. Di tempat itulah film mulai memasuki ranah simbolisme. Dengan kepolosannya, sang adik laki-laki tanpa ragu memasuki ruangan terlarang yang hanya diperuntukkan bagi pegawai.
Di ruangan itu, ia menemukan sebuah buku berjudul “Sandman”, sebuah buku tentang mimpi. Ketertarikan adik laki-laki terhadap buku itu sepertinya menunjukkan bahwa ia masih menikmati kebebasan untuk merasa ingin tahu, bermain, dan bermimpi.
Pada awalnya, sang kakak tidak mempercayai buku Sandman. Namun, tanpa sengaja ia mendengar percakapan kedua orang tuanya tentang rencana perpisahan mereka. Peristiwa itu akhirnya membuat sang kakak percaya bahwa melalui buku Sandman, ia dapat mewujudkan mimpinya: mempertahankan keutuhan keluarganya.
Film In Your Dreams tidak menyalahkan orang tua, tetapi juga tidak mengabaikan rasa sakit yang dialami anak. Sebaliknya, film ini menunjukkan bagaimana tuntutan sering kali muncul bukan karena niat, tetapi karena keadaan. Mungkin orang tua tidak pernah mengatakan: “Kamu harus kuat.” Namun, kenyataan membuat anak pertama merasa bahwa kekuatan adalah satu-satunya cara untuk bertahan hidup dan mendapatkan cinta.
Pada akhirnya, In Your Dreams bukan hanya film keluarga atau kisah fantasi tentang mimpi. Film ini adalah pengingat yang manis bahwa di balik anak sulung yang tampak dewasa dan mandiri, sering kali ada anak kecil yang belajar dengan sangat cepat tentang kehilangan, tanggung jawab, dan pengorbanan.
Yang paling si sulung butuhkan bukanlah pujian atas kekuatannya, tetapi izin untuk merasa lelah. Izin untuk mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja. Dan izin untuk terus bermimpi, bahkan jika dunia menuntut mereka untuk tumbuh dewasa dengan sangat cepat. []










































