Mubadalah.id – Dalam kehidupan kita seringkali berhadapan dengan berbagai peristiwa yang tak terduga serta tak dapat kita hindari. Adakalanya peristiwa itu adalah kejadian buruk yang menyakitkan, sehingga menyisakan luka dalam hati seseorang. Sebagai manusia yang mendapat karunia akal dan perasaan, seringkali kita kesulitan memahami indahnya saling memaafkan. Apalagi untuk bisa move on atau berdamai dengan peristiwa tersebut.
Hal ini jika terus kita biarkan tentu akan berdampak buruk bagi kesehatan mental maupun fisik seseorang. Dalam hal ini Al-Qur’an menawarkan sebuah solusi, yaitu dengan anjuran memaafkan kesalahan atau yang dalam dunia psikologi lebih kita kenal dengan Forgiveness Treatment.
Perintah dan Term Memaafkan Dalam Al-Qur’an
Maaf merupakan kata yang yang paling sering kita temukan dan banyak sekali penyebutannya di Al-Qur’an. Dalam sebuah artikel bahkan mengatakan bahwa penyebutan kata maaf tidak kurang dari 200 kali dalam Al-Qur’an. Namun dari sekian banyak kata maaf itu, tidak satupun yang memerintahkan untuk meminta maaf. Justru yang ada adalah anjuran untuk memaafkan kesalahan orang lain.
Adapun beberapa ayat yang menyebutkan secara langsung perintah untuk memaafkan terdapat dalam QS. Ali Imran : 134, At-Taghabun: 14, Al-A’raf: 199, Al-Maidah: 13, Al-Jatsiyah : 14, serta QS. Asy-Syura ayat 37, 40 dan 43. Al-Qur’an menggunakan redaksi dan bentuk yang beragam dalam menyebutkan kata maaf. Secara garis besar terdapat tiga term utama yang digunakan Al-Qur’an untuk menyebutkan kata maaf. Yaitu lafadz “afw”, “Shaf” dan” “ghafara.”
Kata “afw” berarti memberi maaf atau menghapus. Dalam artian memaafkan orang yang berbuat salah dan menghapuskan luka hati sehingga tiadak ada lagi niatan untuk membalas dendam. Sementara kata “shaf” berarti lapang dan lembaran baru. Yang merupakan kelanjutan dari proses ‘’afw”. Di mana seseorang yang sudah memaafkan kesalahan akan berlapang dada dan mampu membuka lembaran baru dalam hidupnya.
Adapun ghafara berarti menutup. Yaitu menutupi kesalahan yang ada sehingga ia tidak lagi terkena hukuman. Oleh karena itu, kata “ghafara” seringkali terkait dengan sifat Al-Ghaffar yang Allah miliki. Yaitu Maha Pengampun atas kesalahan hambanya, sehingga Allah tidak jadi meng-azabnya. Kata ghafara adalah yang paling banyak Al-Qur’an sebutkan. Kata tersebut disebutkan hingga 232 kali dalam 58 Surat. Memang ketiga term tersebut memiliki kata dasar dan arti yang berbeda. Namun semuanya memiliki kesamaan makna untuk memaafkan.
Indahnya Saling Memaafkan Dalam Al-Qur’an
Dalam Al-Qur’an kita dianjurkan untuk memaafkan kesalahan orang lain dengan atau tanpa adanya permintaan maaf dari orang yang bersangkutan. Dalam berbagai ayat dan konteks yang berbeda Al-Qur’an selalu menekankan sifat pemaaf kepada umat Islam. Misalnya sikap sebagai seorang pemimpin ketika menghadapi kesalahan dari anggotanya.
Kita dianjurkan untuk bersikap lemah lembut, berlapang dada serta memaafkan kesalahan mereka ( QS. Ali Imran: 159). Atau ketika menghadapi orang-orang yang kerap kali melanggar janji dan menghianati kita, Al-Qur’an juga memerintahkan kita untuk memaafkan dan membiarkan mereka (QS. Al-Maidah: 13). Ada juga perintah untuk memaafkan kesalahan keluarga terdekat kita (QS. At-Taghabun: 14)
Tidak hanya itu, dalam beberapa ayat, perintah dan anjuran memaafkan juga disandingkan dengan asma Allah Al-Afuw (Maha Pemaaf) dan Al-Ghaffar (Maha Pengampun). Hal ini bertujuan agar manusia mampu meneladani sifat Allah tersebut. Jika Allah saja sebagai Tuhan semesta Allah berkenan memaafkan kesalahan dan mengampuni dosa hambaya, maka pantaskah kita sebagai hamba Allah bersikapa keras hati dan tidak mau memaafkan kesalahan orang lain?
Memaafkan kesalahan orang lain, bukan berarti membuat kita harus selalu mengalah saat ada orang yang menyakiti atau berbuat zalim kepada kita. Al-Qur’an juga memberi kesempatan bagi umat Islam untuk memperjuangkan keadilan secara hukum dengan cara menuntut balas atas kejahatan yang dilakukan orang lain (qishash).
Hal ini dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah ayat 178 dan QS. Al-Maidah ayat 45. Dalam QS. Asy-Syu’ara ayat 40 juga dijelaskan kebolehan membalas kejahatan. Namun lagi-lagi di penghujung ayat Al-Qur’an kembali menekankan anjuran untuk memaafkan.
Hal tersebut memberika kita pilihan untuk tetap menuntut balas secara hukum atau memilih memeafkan kesalahan pelaku. Namun Al-Qur’an teah menekankan bahwa memaafkan adalah jalan yang lebih baik. Bahkan dalam QS. Al-Maidah ayat 45 Allah memberi reward kepada orang yang mau melepaskan hak qishasnya (memaafkan) sebagai penebus dosa untuk dirinya. Dalam QS. Asy-Syu’ara ayat 40 juga dijanjikan pahala bagi orang yang tidak membalas kejahatan orang lain. Beberapa ayat tersebut menunjukan betapa indah dan halusnya tuntunan dalam Al-Qur’an untuk menanamkan sikap pemaaf kepada umat Islam.
Pentingnya Saling Memaafkan
Banyaknya kata maaf yang Al-Qur’an sebutkan, menunjukkan pentingnya saling memaafkan dalam kehidupan manusia. Memaafkan menjadi hal yang sangat penting karena dengan memaafkan kita dapat terhindar dari sifat dendam ataupun kebencian terhadap orang lain. Menghindari kedua sifat ini akan menjauhkan manusia dari konflik terhadap sesama dan menciptakan kedamaian dalam segala aspek kehidupan.
Selain itu, menjadi pemaaf juga memiliki banyak manfaat diantaranya adalah membuat hidup menjadi lebih tenang. Orang yang memiliki sikap pemaaf tentu merasa lebih tenang. Karena ia seakan telah melepaskan segala sesuatu yang membebaninya. Ia tidak lagi terbelenggu dengan rasa dendam ataupun terbebani akibat rasa sakit dari kesalahan orang lain. Dengan memaafkan luka dalam hati juga akan lebih mudah tersembuhkan. Sebab dengan memberi maaf akan membuat kita lebih ikhlas atas segala sesuatu yang terjadi.
Menjadi pemaaf juga akan membuat seseorang lebih fokus kepada hal-hal positif. Pasalnya ketika kita belum bisa memaafkan kesalahan orang lain, kita akan terus fokus kepala kesalahan orang tersebut. Hal itu membuat kita hanya memikirkan hal-hal negatif. Hingga pada akhirnya membuat kita sulit untuk berkembang. Alih-alih terus berpikir negatif terhadap kesalahan orang lain. Lebih baik kita memaafkan dan memulai lembaran baru serta fokus kepada hal-hal positif yang bermanfaat untuk masa depan.
Hal yang paling penting adalah bahwa menjadi pemaaf akan menjauhkan kita dari sifat pendendam. Seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya bahwa dendam merupakan pemicu dari segala konflik yang akan menimbulkan berbagai permasalahan dalam kehidupan manusia.
Orang yang menyimpan dendam juga akan menghabiskan banyak waktu dan pikiran untuk membalas dendam. Hal tersebut sangat berpotensi mengakibatkan depresi dan stres pada pelaku. Oleh karena itu, memaafkan dapat kita katakan sebagai terapi untuk menyembuhkan luka hati serta menghindari stres dan depresi.
Forgiveness Treatment
Sebuah penelitian menunjukan bahwa 70% penyakit dalam penyebabnya oleh perasaan negatif yang mengendap dalam pikiran seseorang. Oleh karena itu, memaafkan menjadi sebuah cara paling ampuh untuk dapat melepaskan seluruh emosi, kebencian ataupun rasa sakit yang muncul karena seseorang maupun keadaan.
Memaafkan bertujuan untuk menghilangkan dan membuang segala perasaan negatif pada diri kita. Karena perasaan negatif akibat kesalahan di masa lalu atau dendam kepada seseorang hanya akan membuat kita terbelenggu dalam perasaan emosi yang tidak ada habisnya.
Ibarat menggenggam pecahan kaca di telapak tangan, semakin lama dan erat kita menyimpanya, maka akan semakin membuat tangan kita terluka. Sama halnya dengan perasaan negatif tersebut, semakin lama menyimpanya justru akan semakin terasa sakit. Maka yang perlu kita lakukan hanyalah melepasnya.
Forgiveness treatment atau terapi memaafkan, tidak bertujuan untuk membuat seseorang melupakan kesalahan atau kejadian yang pernah menyakiti diri dia. Melainkan bertujuan untuk membantunya berdamai dengan keadaan. Seseorang bisa saja tetap mengingat kesalahan dan kejadian yang menyakitkan. Namun hal itu tidak lagi menjadi masalah bagi dia. Dia akan menganggap hal itu sebagai sesuatu yang biasa terjadi dalam kehidupan.
Forgiveness treatment akan membebaskan kita dari semua perasaan yang membelengu diri, sehingga membuat kita merasa lebih nyaman dan tentram. Tidak ada lagi rasa takut atau marah ketika berjumpa. Kita bisa menerima apapun yang terjadi sebelumnya. Semua itu telah berlalu, dan tidak ada lagi perasaan mengganjal yang mengganggu kehidupan kita saat ini
Tips Agar lebih Mudah Memaafkan
Meskipun telah mengetahui berbagai manfaat dan keutamaan menjadi pemaaf, mungkin bagi sebagian orang memaafkan kesalahan orang lain bukanlah hal yang mudah. Terlebih lagi jika kesalahan itu terlalu fatal dan menyebabkan traumatis bagi korbannya. Namun beberapa hal berikut mungkin dapat kita coba untuk mempermudah kita memaafkan kesalahan orang lain, serta melatih diri menjadi pribadi pemaaf.
Yang pertama dan paling penting adalah menghapus kebencian dan rasa dendam pada orang yang menyakiti kita. Mungkin ini yang paling sulit, namun hal inilah yang memang harus kita lakukan pertama kali. Cara apapun tidak akan berhasil, selagi kita masih menyimpan dendam dan kebencian pada mereka.
Yang kedua adalah membuka empati. Tanamkan mindset dalam pikiran kita bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Saat ini mungkin ada orang yang menyakiti kita, bukan tidak mungkin suatu saat kita juga akan menyakiti orang lain. Hal tersebut merupakan suatu keniscayaan, karena manusia tidak pernah luput dari kesalahan. Dengan membuka empati serta menanamkan mindset tersebut, akan membantu kita memaafkan kesalahan orang lain.
Yang terakhir adalah sebisa mungkin jangan mengingat-ingat kesalahan orang yang menyakiti kita. Sebagai gantinya ingatlah kebaikan-kebaikan atau moment-moment indah bersamanya. Hal tersebut juga akan memudahkan kita dalam memaafkan, sekaligus berpotensi membangun kembali hubungan baik dengan orang yang menyakiti kita. []