Dengan gotong royong, mampu membangkitkan kesadaran para warga untuk terus membangun solidaritas, kebersamaan dan tentang pentingnya merawat lingkungan sekitar.
Mubadalah.id – Pada saat libur kampus tiba, akhirnya saya bisa pulang ke kampung halaman di Kampung Sangiang, Desa Pancasura, Kecamatan Singajaya, Garut.
Setelah beberapa hari saya menikmati masa liburan di kampung, ada beberapa kegiatan yang menurut saya menarik untuk diceritakan, yaitu soal masih kentalnya budaya gotong royong di lingkungan kampung saya.
Gotong royong yang digelar oleh masyarakat biasanya dilakukan dengan bersih-bersih jalan, memperbaiki jalan rusak, membangun irigasi air, membangun jembatan, dan bersih-bersih di masjid. Biasanya mereka melakukan gotong royong itu setiap seminggu sekali. Adapun waktunya, akan mereka lakukan setiap hari Kamis pagi.
Dalam kegiatan gotong royong ini semua masyarakat ikut terlibat langsung, baik bapak-bapak, ibu-ibu, pemuda dan pemudi serta anak-anak, semuanya turun untuk melakukan bersih-bersih.
Namun biasanya, sebelum melakukan bersih-bersih, kita akan melakukan breafing terlebih dahulu untuk menentukan pembagian jalan mana yang mau kita bersihkan. Bahkan saat breafing ini, kita juga sudah membagi kepada masyarakat alat-alat atau barang apa saja yang harus mereka bawa.
Bahkan ada pemandangan yang menarik setelah kami semua selesai melakukan bersih-bersih, yaitu menutupnya dengan makan bersama. Hal inilah yang saya jarang lihat di masyarakat perkotaan.
Karena di sebagian besar masyarakat perkotaan, saya jarang sekali melihat adanya budaya gotong royong. Kehidupan di perkotaan bahkan di perumahan-perumahan sudah membentuk kehidupan yang individualisme. Artinya kehidupan masyarakat di sebagian perkotaan, ya masing-masing dan sendiri-sendiri.
Minim Budaya Gotong Royong di Perkotaan
Dengan minimnya budaya gotong royong di sebagian masyarakat perkotaan tentu saja akan membawa dampak negatif. Salah satunya adalah membuat mereka tidak peduli dengan lingkungan kehidupan di sekitarnya. Sehingga dampaknya, lingkungan mereka menjadi tidak terawat, kotor, bahkan sampah bisa menumpuk di mana-mana.
Kurangnya kesadaran ini lah yang membuat sebagian masyarakat perkotaan tidak memiliki kedekatan secara emosial dengan antar tetangga. Mereka lebih memilih untuk kehidupan bersama keluarganya. Akibatnya, sesama tetangga bisa jadi tidak saling kenal mengenal.
Hal inilah yang kemudian, kehidupan masyarakat di perkotaan dengan di pedesaan cukup timpang jauh. Saya sebagai anak yang lahir dan tumbuh di pedasaan sangat bersyukur karena bisa hidup di tengah-tengah masyarakat yang masih memiliki sikap dan rasa gotong royongnya itu tinggi.
Karena dengan bergotong royong ini, kami yang hidup di pedasaan bisa saling menumbuhkan sikap saling kerjasama, tolong menolong, dan mempererat jalinan persaudaraan sesama tetangga.
Bahkan dengan gotong royong yang rutin kami adakan setiap minggu mampu membangun kedekatan emosial yang lebih dengan para warga sekitar. Terlebih, mampu membangkitkan kesadaran kami semua untuk terus membangun solidaritas, kebersamaan dan tentang pentingnya merawat lingkungan sekitar.
Membawa Kebahagiaan
Selain itu, dengan bergotong royong juga saya merasakan kebahagiaan karena bisa bertemu dengan teman-teman, saudara dan para warga.
Saya tidak bisa membayangkan, ketika sikap gotong royong ini pudar di sebagian masyarakat, mungkin dampaknya adalah membuat mereka memiliki sifat egois atau mementingkan diri sendiri. Yang akibatnya akan membuat mereka kurang peduli terhadap sesama warga.
Oleh karena itu, dalam hal ini ingin kembali menegaskan, bahwa gotong royong adalah budaya kita. Budaya yang harus selalu kita rawat. Karena kalau kita sebagai para penerus bangsa siapa lagi yang akan merawat budaya yang penuh dengan nilai-nilai kebaikan ini.
Dengan begitu, mari semua masyarakat Indonesia, baik yang hidup di perkotaan maupun di pedesaan untuk sama-sama merawat budaya gotong royong ini. Bagi sebagian masyarakat perkotaan buatlah kegiatan yang mampu merangkul para warga untuk berkumpul agar para warga bisa saling bertemu dan saling kenal mengenal. Lalu terjalinlah rasa kebersamaan mereka. []