• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

Haji Ramah Lansia, Beribadah Secara Mubadalah

Para jemaah perlu mengingat kembali bahwa hakikat dari karakter ibadah adalah kemudahan, sesuai kemampuan, dan tidak memberatkan

Thoah Jafar Thoah Jafar
29/05/2023
in Featured, Publik
0
Haji Ramah Lansia

Haji Ramah Lansia

1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Haji Ramah Lansia menjadi tema yang Kementerian Agama (Kemenag) pilih dalam pelayanan penyelenggaraan rukun Islam kelima di tahun ini. Tagline tersebut cukup relevan mengingat calon jemaah haji berusia 65 tahun ke atas mencapai 66.943 orang, atau 30,2% dari total 221.000 kuota jemaah haji Indonesia tahun 2023 (Dirjen PHU, 2023).

Melalui moto tersebut, Kemenag berharap bisa turut mengurangi tantangan fisik yang jemaah lansia hadapi dengan memfokuskan perhatian serta melengkapi sarana prasarana serta fasilitas yang mereka butuhkan.

Tidak cuma menjadi tanggung jawab pemerintah, semangat Ramah Lansia ini semestinya penting pula seluruh jemaah jalani. Pasalnya, menjalankan ibadah haji di Tanah Suci membutuhkan rasa solidaritas dan kepedulian tinggi. Sebagaimana semangat awalnya, ibadah haji menjadi penanda persatuan umat Islam dunia dalam menghambakan diri kepada Allah Swt.

Ketidakpedulian Tumbuh dari Riya

Beberapa pekan sebelum memasuki musim haji, penulis sempat melaksanakan umrah dan menemukan sejumlah hal yang penting untuk diperhatikan bagi jemaah yang hendak beribadah di Tanah Suci tahun ini. Yang paling kerap teringat adalah bahwa perbuatan riya tidak hanya berpotensi menghapus pahala, akan tetapi juga bisa memberangus rasa kepedulian antarsesama.

Sebagian besar orang, misalnya, cenderung mengartikan umrah maupun haji sebagai seluas-luasnya kesempatan dalam melaksanakan ibadah. Bahkan, dengan mengatasnamakan dakwah maupun rasa syukur, mereka mengabarkan kepada khalayak telah melaksanakan tawaf untuk kali ke sekian, juga mendirikan salat sunah atau melaksanakan umrah ketika berhaji secara berulang-ulang.

Baca Juga:

Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Para jemaah tidak mempedulikan bahwa tidak semua orang mendapatkan kesempatan serupa. Bukan karena malas atau tidak terbukanya hidayah, akan tetapi karena adanya sejumlah keterbatasan ataupun energi berbeda-beda yang setiap orang miliki, terlebih jemaah lansia.

Para jemaah perlu mengingat kembali bahwa hakikat dari karakter ibadah adalah kemudahan, sesuai kemampuan, dan tidak memberatkan. Allah Swt berfirman:

يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖ

“Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran.” (QS. Al-Baqarah: 185).

Tidak Menorehkan Ketersinggungan Pihak Lain

Di sisi lain, Allah Swt juga tidak memperkanankan kita untuk melaksanakan ibadah, tetapi justru menorehkan ketersinggungan atau ratapan bagi pihak lain. Dalam QS. Al-Baqarah: 264, Allah Swt berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُبْطِلُوْا صَدَقٰتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْاَذٰىۙ كَالَّذِيْ يُنْفِقُ مَالَهٗ رِئَاۤءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ فَمَثَلُهٗ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَاَصَابَهٗ وَابِلٌ فَتَرَكَهٗ صَلْدًا ۗ لَا يَقْدِرُوْنَ عَلٰى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُوْا ۗ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْكٰفِرِيْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman, jangan membatalkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia, sedangkan dia tidak beriman kepada Allah dan hari Akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu licin yang di atasnya ada debu, lalu batu itu diguyur hujan lebat sehingga tinggallah (batu) itu licin kembali. Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan. Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum kafir.”

Unsur-unsur riya yang tumbuh dalam menjalankan sebuah ibadah juga berpotensi mematikan rasa kepedulian terhadap orang lain. Rasa ingin mendapatkan pujian, dan sebagainya membuat seseorang menjadikan diri dia sebagai obyek, bukan subyek kepedulian. Allah Swt berfirman:

وَلَا تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ خَرَجُوْا مِنْ دِيَارِهِمْ بَطَرًا وَّرِئَاۤءَ النَّاسِ وَيَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ بِمَايَعْمَلُوْنَ مُحِيْطٌ

“Janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampung halamannya dengan rasa angkuh dan ingin dipuji orang (riya) serta menghalang-halangi (orang) dari jalan Allah. Allah Maha Meliputi apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Anfal: 47)

Pentingnya Prinsip Kesalingan saat Berhaji

Salah satu hikmah terbesar dari syariat ibadah haji adalah ukhuwah atau persaudaraan. Ketika semua umat Islam berkumpul di Padang Arafah, jemaah yang datang dari segala penjuru dunia itu terdiri atas berbagai bangsa, warna kulit, dan status yang berbeda-beda. Namun, mereka melebur di satu tempat dengan kain yang rata-rata berwarna sama. Yakni ihram putih untuk merenungi diri dengan doa-doa dalam kebersamaan.

Berinteraksi satu dengan lainnya sembari bertukar informasi, saling berkomunikasi, dan bersilaturahim. Pada saat-saat tertentu, saling tolong-menolong menyelesaikan masalah untuk kepentingan bersama. Lalu melaksanakan manasik, salat berjemaah, makan dan minum bersama-sama. Yakni dengan tujuan yang juga sama, yakni memenuhi undangan Allah sebagai tamu-Nya yang istimewa.

Hikmah ini tidak sekadar menjadi bahan tadarus yang hanya habis dalam sesi ucapan, akan tetapi perlu kita maknai lebih dalam lagi. Sebab, prinsip kesalingan saat berhaji merupakan buah dari ketakwaan orang-orang mukmin. Rasulullah Muhammad Saw bersabda:

الْمُؤْمِنَ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا وَشَبَّكَ أَصَابِعَهُ

“Sesungguhnya orang mukmin bagi mukmin yang lain seperti bangunan yang satu sama yang lain saling menguatkan. Dan beliau mengeratkan jari jemarinya.” (HR Imam Bukhari).

Amanat tentang pentingnya untuk menguatkan prinsip kesalingan saat berhaji juga dibuktikan sebagai rapor dari nilai serangkaian ibadah yang telah kita lakukan. Predikat mabrur yang para hujjaj idamkan pun tak lepas dari pencapaian kebaikan secara sosial.

Dalam At-Targhib wat Tarhib, Al-Mundziri menjelaskan:

قوله المبرور قيل هو الذي لا يقع فيه معصية وقد جاء من حديث جابر مرفوعا إِنَ بِرَّ الحَجِّ إِطْعَامُ الطَّعَامِ وَطِيْبُ الكَلَامِ وعِنْدَ بَعْضِهِمْ إِطْعَامُ الطَّعَامِ وَإِفْشَاءُ السَّلَامِ

“Mabrur adalah ibadah haji yang tidak terdapat maksiat di dalamnya. Sebuah hadits marfu’ dari sahabat Jabir ra, ‘Sungguh, haji mabrur itu memberikan makan kepada orang lain dan melontarkan ucapan yang baik.’ Menurut sebagian, ‘Memberikan makan kepada orang lain dan menebarkan salam.”

Alhasil, Haji Ramah Lansia merupakan yel pendorong ibadah secara berkesalingan. Ibadah tak melulu hanya menjadi urusan manusia dengan Tuhannya, akan tetapi juga dianjurkan berbuah pada peningkatan kepedulian sosial antarsesama. []

Tags: Haji 2023Haji Ramah LansiaIbadah Hajiperspektif mubadalahRukun Islamulama perempuan
Thoah Jafar

Thoah Jafar

Pengasuh Ponpes KHAS Kempek Cirebon

Terkait Posts

Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Nakba Day

Nakba Day; Kiamat di Palestina

15 Mei 2025
Nenek SA

Dari Kasus Nenek SA: Hukum Tak Lagi Melindungi yang Lemah

15 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version