• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Film

Hellbound; Kritik atas Fanatisme Beragama

Kematian adalah kepastian, drama ini mengajak kita untuk mengingat kematian dan bertindak hati-hati dalam beragama.

Aspiyah Kasdini RA Aspiyah Kasdini RA
01/11/2022
in Film, Rekomendasi
0
Hellbound

Hellbound

197
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Bagi pecinta Drama Korea, drama Hellbound yang diproduksi oleh Netflix ini merupakan salah satu drama yang wajib ditonton. Menjadi Top TV show Netflix, juga mengalahkan kepopuleran drama Squid Game, membuat drama ini membuat banyak orang penasaran. Ber-genre dark fantasy (tapi lebih cenderung kepada sains fiction sih!), drama ini mengangkat konsep tentang penyiksaan di neraka sebagai ide pokok cerita.

Bermula dari perkumpulan sebuah aliran yang memiliki pemimpin yang mengaku menerima wahyu kenabian, aliran ini memiliki banyak pengikut. Para pengikutnya mayoritas adalah mereka yang menghendaki keadilan Tuhan diberikan di muka bumi, karena keadilan yang digaungkan oleh oknum dan manusia hanyalah etopia belaka.

Drama Hellbound yang memiliki 6 episode ini secara apik mengkritik cara beragama seseorang dan kelompok yang memiliki sikap fanatisme terhadap ajaran yang diyakininya. Fanatisme yang dipegang secara kokoh tersebut secara sosial bukanlah sesuatu yang baik, karena menimbulkan berbagai macam perubahan sosial yang memberikan banyak dampak negatif pada kehidupan secara global.

Dengan musikalisasi Hellbound yang menegangkan, sutradara juga memvisualisasikan para malaikat penyiksa yang bertubuh besar dan menyiksa secara brutal para pendosa yang ditakdirkan masuk neraka. Hampir di semua literatur agama Abrahamik disebutkan, bahwa neraka beserta siksaannya itu kelak ada bagi mereka yang kerap melakukan dosa di muka bumi.

Nah, apakah ada kesamaan antara malaikat penyiksa yang selama ini hanya ada dalam imajinasi dan malaikat penyiksa dalam Hellbound? Secara garis besar, terdapat beberapa kritik yang ingin disampaikan dalam drama ini:

Baca Juga:

Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

Kontekstualisasi Ajaran Islam terhadap Hari Raya Waisak

Keheningan Melalui Noble Silence dan Khusyuk sebagai Jembatan Menuju Ketenangan Hati

Manusia Bukan Tuan Atas Bumi: Refleksi Penggunaan Energi Terbarukan dalam Perspektif Iman Katolik

Pertama, sebagai pemuka agama ataupun pendakwah, pemahaman atas ilmu agama secara komprehensif adalah suatu keharusan, supaya apa yang disampaikan bukanlah suatu hal yang ditafsirkan berdasarkan kepentingan pribadi. Jung Jinsoo yang mengaku telah mendakwahkan risalah kenabiannya sejak tahun 2012 ini pun demikian, ia menggunakan perannya untuk mencari mereka yang memiliki kesamaan dengan dirinya yang ditakdirkan masuk neraka.

Baik Jung Jinsoo maupun Kim Joeng Chil merupakan karakter yang menyalahgunakan ayat suci untuk mendapatkan popularitas dan materi semata. Dengan mudah mereka menggunakan kepercayaan pengikutnya untuk mencapai tujuannya, tentunya dengan rekayasa ayat yang ditafsiri berdasarkan kehendaknya. Kedatangan malaikat yang memberi peringatan ditafsirkan sebagai titah kepada para pendosa untuk masuk ke neraka, akan tetapi, penafsiran mereka ini tidak selamanya benar, karena banyak kasus yang tidak sesuai dengan konsep yang mereka ajarkan.

Bahkan mereka berperan seolah-olah mereka adalah orang yang paling mengetahui kehendak Tuhan, dan juga menganggap bahwa dirinyalah Tuhan itu. Sehingga, untuk terus membenarkan konsep tersebut, pemimpin aliran ini pun tidak takut untuk menggunakan kekerasan guna membungkam orang-orang yang akan mengungkap sisi gelap ajaran mereka.

Kedua, dalam beragama, para pemeluk seyogyanya tidak fanatik buta tanpa berlogika. Tuhan menciptakan manusia dengan akal sebagai keistimewaannya tentu dengan maksud tertentu, salah satunya agar dapat membedakan mana yang baik dan tidak. Demikian pula dalam beragama, kedudukan akal sangatlah penting untuk memahami ajaran agama bagaimana yang harus dilakukan dan tidak.

Jika akal dapat digunakan dengan baik dalam beragama, maka suatu kelompok tidak akan menyalahkan kelompok lain yang berbeda. Seperti keberadaan Arrowhead dalam drama ini, mereka yang tidak mengikuti ajaran “Kebenaran Baru (aliran yang dibawa oleh Jung Jinsoo)” dianggap sebagai kelompok yang menentang kehendak Tuhan, sehingga mereka tidak masalah untuk dimusnahkan, atau dianggap halal darahnya. Fanatisme yang demikian sangatlah berbahaya dalam kehidupan beragama yang beragam. Sehingga diperlukan peran akal dalam hal ini.

Fanatisme beragama dapat memunculkan kekhawatiran dan ketakutan dalam masyarakat. Bagaimana tidak, seperti aliran “Kebenaran Baru” dalam Hellbound ini. Merasa sebagai aliran yang paling benar, dengan seenaknya mereka memberikan label sesat dan pendosa kepada mereka yang akan menghadapi sakaratul maut.

Pemberian label ini kemudian membuat masyarakat tersiksa secara psikis, sehingga dapat dengan mudah diperdayai dan dikendalikan. Oleh karena itu, sangat penting menjaga kesehatan akal dan fikiran dalam memahami teks-teks agama yang disampaikan oleh pemuka agama melalui media apapun, tidak lain supaya tidak mengalami kesesatan dalam berfikir dan bertindak.

Ketiga, bijak dalam menggunakan internet dan media sosial. Drama ini membawa pesan agar masyarakat senantiasa bijak dalam menggunakan teknologi internet yang sudah menjadi bagian dari kehidupan saat ini. Saring sebelum sharing dapat mengakibatkan dampak yang besar dalam kehidupan seseorang secara individu, maupun pada keluarganya.

Apa yang kita bagikan belum tentu merupakan suatu kebenaran, sehingga menelusuri apa yang kita dapat sebelum membagikannya kembali adalah suatu kewajiban bagi para pengguna media sosial. Terlebih menyangkut tentang nilai-nilai agama, tidak dianjurkan untuk mudah mempercayai dan membagi hal-hal yang dinilai memprovokasi dan menimbulkan dampak buruk setelahnya.

Juga bagi para influencer, menjadi keharusan untuk memberikan hal-hal yang bermanfaat secara umum. Semua dari kita memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang mendukung untuk sesama mendapatkan ketenangan, kedamaian, dan kebahagiaan.

Keempat, pentingnya menghargai waktu. Hellbound mengingatkan kepada para penonton, bahwasannya waktu itu sangat berharga. Pendosa manapun akan kembali suci jika dapat mengakui dosa yang dilakukan serta tidak mengulanginya kembali. Adapun yang tidak berdosa menjadi pendosa karena terlalu mempercayai penafsiran yang diberikan atas pengalaman spiritual yang mereka alami.

Takdir memang telah ditentukan, namun lagi-lagi semuanya tidak terlepas dari ikhtiar yang manusia lakukan. Seperti Jung Jinsoo, karena ketakutan dan tidak menerima akan masuk neraka, ia justru melakukan pembunuhan menjelang kematiannya. Juga untuk Manusia Bertopeng yang menjadi pemeluk agama yang taat, karena penafsiran akan pengalaman spiritualnya yang tidak tepat, ia jadi berhalusinasi yang tidak karuan, hingga menjadi pembunuh menjelang hari hayatnya.

Kondisi ini mengingatkan kepada kisah raja Firaun yang sebelumnya beriman, karena terlalu mempercayai penasihatnya, ia menjadi orang yang memerangi Nabi Musa as. Atau Kisah raja Kansa yang dekat dengan sang ilahi, karena ramalan penasihatnya, ia menjadi raja yang hidup dipenuhi ketakutan, sehingga membunuh anak-anak Dewaki,  yakni Krisna dan kakak-kakaknya, yang diramalkan akan menjadi malaikat mautnya. Tugas manusia adalah menjalankan kehidupan dengan baik sampai akhir hayat, apapun profesinya, bukan hidup dalam ketakutan karena ramalan yang menyiksa hidup.

Drama Hellbound ini saya kasih nilai 10. Heheheh. Nilai ini diberikan karena berani menjelaskan, bahwasanya yang menjadi penghuni neraka tidak hanya perempuan saja, tetapi juga kaum lelaki. Baik lelaki maupun perempuan sama-sama berpeluang menjadi penghuni neraka, selama mereka kerap melakukan dosa-dosa yang merugikan makhluk hidup lainnya.

Seperti mengambil kebahagiaan orang lain dengan cara merampas hak-hak yang dimiliki, seperti hak untuk hidup, hak untuk merdeka dari pemerkosaan, hak untuk bebas dari kerugian materi, hak untuk sehat secara pisik. dan psikis. Namun mereka juga bersama-sama berpeluang masuk surga, selama dapat memberikan manfaat dan kebahagiaan kepada semesta.

Konsep tanggung jawab dapat terlihat pada kasus bayi yang ditafsirkan akan masuk neraka saat hari kematiannya, justru ia tetap hidup hingga akhir. Kematian orang tuanya bukanlah karena menanggung dosanya, lagi-lagi itu adalah penafsiaran sesaat pada konsep aliran kebenaran Baru.

Ringkasnya, kematian adalah kepastian, drama ini mengajak kita untuk mengingat kematian dan bertindak hati-hati dalam beragama. Tuhan menyembunyikan siksa-Nya agar kita dapat hidup tenang, tidak dalam ketakutan, sehingga dapat beribadah dan menjalani hidup dengan damai dan baik. Drama ini Islami banget, karena membawa pesan damai sepanjang episodenya. Untuk lebih jelasnya, selamat menonton! []

 

 

Tags: agamaDrama KoreaKeberagamaantoleransi
Aspiyah Kasdini RA

Aspiyah Kasdini RA

Alumni Women Writers Conference Mubadalah tahun 2019

Terkait Posts

Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Perempuan Fitnah

Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

15 Mei 2025
Pendidikan Seks

Pendidikan Seks bagi Remaja adalah Niscaya, Bagaimana Mubadalah Bicara?

14 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version