Mubadalah.id – Beberapa waktu lalu viral di media sosial tweeter aksi bullying yang sekelompok remaja lakukan kepada salah seorang anak laki-laki. Dalam video berdurasi 40 detik tersebut terlihat korban mereka dorong dan dicekik. Tdak hanya itu para pelaku juga melakukan kekerasan verbal berupa melontarkan kata-kata yang tidak pantas kepada korban.
Sekelompok remaja yang terlibat dalam aksi perundungan adalah siswa Binus School Serpong. Salah satu pelaku merupakan anak dari host ternama di Indonesia Vincent Rompies. Melansir dari inews.id sekelompok remaja tersebut tergabung dalam sebuah komunitas bernama “Geng Tai Binus Serpong”. Akibatnya korban mengalami luka memar dan luka bakar.
Mengutip dari rri.co.id Satriwan Salim selaku Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) mengatakan bahwa salah satu faktor terjadinya bullying di satuan pendidikan adalah sosio-kultural. Hal ini terlihat seperti senioritas dan tradisi-tradisi tertentu yang banyak terjadi di sekolah-sekolah.
Miris rasanya jika mendengar, bahkan melihat kasus perundungan yang seringkali terjadi di negara ini. Terlebih lagi aksi pembullyan tersebut banyak dilakukan oleh anak usia remaja, dari sekolah menengah bawah hingga menengah atas.
Selektif dalam Memilih Teman
Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa hidup secara individual. Oleh sebab itu manusia selalu saja bergantung kepada orang lain, salah satunya kepada teman. Sebuah fenomena yang tidak dapat kita hindari bahwa circle pertemanan mempunyai pengaruh yang begitu besar dalam perubahan karakter seseorang. Contoh kecil saja Geng Tai Binus Serpong di atas.
Oleh sebab itu perlunya seseorang untuk lebih selektif lagi dalam memilih teman. Imam Az-Zarnuji dalam kitab Ta’lim Muta’alim memberikan beberapa kriteria memilih teman. Pertama Wira’i, yaitu sikap kehati-hatian terhadap sesuatu yang belum jelas kehalalannya. Kedua, istiqamah atau konsisten. Seseorang yang mempunyai watak konsisten itu berarti dia merupakan orang yang tekun dan tidak gampang menyerah.
Ketiga, al-mutaffahimu yaitu orang yang pandai dan cerdas. Keempat, mustaqim yaitu orang yang mempunyai pendirian. Seseorang yang mempunyai sikap ini maka tidak akan mudah untuk dipengaruhi oleh orang lain. Dia percaya dengan keyakinannya dan tetap teguh dengan pendiriannya.
Di sisi lain Imam Az-Zarnuji juga memberikan kriteria teman yang harus kita jauhi. Di antaranya, orang pemalas, menganggur, banyak omong, mufsid (perusak), dan yang terakhir adalah tukang fitnah.
Perlu untuk kita pahami bahwa kriteria-kriteria di atas saya ambil berdasarkan nilai-nilai karakter seseorang. Karena melihat fenomena yang sering terjadi adalah terkadang kita terlalu nyaman berteman dengan seseorang karena “satu frekuensi”, ataupun “nyambung diajak bicara”, tanpa melihat karakter serta wataknya. Inilah yang menjadi problem.
Meminimalisir Kasus Perundungan
Dalam berteman terdapat satu prinsip yang harus kita tekankan. Yaitu mengambil kebaikan dari setiap sesuatu yang kita hadapi. Dalam memilih teman misalkan, seharusnya orientasinya adalah kebaikan, jadi apa saja nilai-nilai yang dapat kita ambil dari seorang teman ini.
Jika dia mempunyai nilai-nilai kebaikan seperti di atas, maka itu yang harus kita jadikan teman. Tetapi sebaliknya jika dia mempunyai nilai-nilai yang dapat berdampak buruk kepada diri kita, maka itu yang harus kita jauhi.
Kasus perundungan yang baru-baru ini viral dikarenakan para pelaku tidak selektif dalam memilih teman. Mereka terlalu nyaman dengan toxic friendship yang mereka bangun. Jika kita masukkan ke dalam kategori berteman Imam Az-Azarnuji para pelaku perundungan merupakan orang-orang yang mufsid (Perusak). Merusak fisik, mental, bahkan merusak identitas lembaga pendidikan, keluarga dan tentunya merusak diri mereka sendiri.
Oleh sebab itu perlu kiranya untuk lebih selektif lagi dalam memilih teman. Empat kriteria yang Imam Az-Zarnuji anjurkan dalam memilih teman harus benar-benar kita praktikkan. Hal ini karena empat kriteria tersebut merupakan nilai-nilai kebaikan yang mempunyai dampak besar dalam meminimalisir aksi perundungan.
Orientasi dalam Pertemanan
Lagi-lagi penulis ingin menekankan bahwa orientasi dalam sebuah pertemanan adalah mencari kebaikan, maka kebaikan itu akan bernilai sebagai ibadah. Tetapi kebaikan tersebut harus berdampak kepada diri kita sendiri. Oleh karenanya mencari teman yang baik, kemudian membangun sebuah circle pertemanan yang positif akan berdampak kepada diri sendiri bahkan orang lain di sekitar kita.
Jika prinsip dalam berteman berupa orientasi kebaikan tadi sudah kita terapkan, maka tidak ditemukan lagi aksi-aksi perundungan yang seringkali terjadi. Salah satu munculnya kasus perundungan menurut penulis karena kurangnya perhatian dalam memilih kawan. Oleh sebab itu sebelum berteman perlu kiranya untuk menata orientasi terlebih dahulu.
Orientasi yang saya maksudkan di sini adalah lebih kepada manfaat untuk diri sendiri. Bukan manfaat materi tetapi lebih kepada bertambahnya intensitas kebaikan dalam diri kita atau tidak. Karena sebagai manusia tugas kita adalah mengumpulkan pahala sebaik-baiknya dan sebanyak-banyaknya. Salah satu caranya adalah dengan berteman dengan orang-orang yang baik. wallahua’lam. []