• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

#ImPerfectBeauty, Menolak Standarisasi Kecantikan Perempuan

Kulit keriput, munculnya kerutan di wajah, dan berbagai perubahan fisik seorang perempuan ketika menjadi istri dan ibu juga tidak mengurangi “kecantikan” dalam dirinya.

Lutfiana Dwi Mayasari Lutfiana Dwi Mayasari
09/07/2021
in Personal
0
Kecantikan

Kecantikan

300
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Terlahir sebagai penduduk Indonesia yang mayoritas memiliki ras mongoloid dengan kulit sawo matang, ternyata menyebabkan 84% diantaranya merasa tidak cantik dan tidak sempurna. Karena kesempurnaan paripurna perempuan direpresentasikan dengan kulit putih, badan yang tinggi langsing, wajah merona, dan tidak jerawatan. Standar ini dikonstruk secara masif baik oleh media maupun oleh industri kecantikan baik local maupun internasional.

Hal inilah yang mendorong banyaknya perempuan melakukan perawatan luar tubuhnya bukan untuk kesehatan namun untuk memenuhi standar kecantikan. Bahkan muncul kompetisi antara satu dengan yang lainnya untuk menjadi paling cantik. Sehingga pada akhirnya abai terhadap kualitas dan peningkatan kualitas diri seperti kepribadian, dan kepintaran. Tentu, yang paling diuntungkan disini adalah para pengusaha terutama pengusaha produk kecantikan.

Fakta diatas memperkuat penelitian Naomi Wolf yang menyatakan bahwa standar kecantikan perempuan itu adalah wujud dari power relations yang mana perempuan harus bersaing secara tidak wajar. Relativisme kecantikan perempuan seolah hanya lips servis belaka. Karena secara fakta, perempuan yang kebetulan terlahir sebagai perempuan paripurna versi standar-standar tersebut, atau yang sudah berhasil merubah tubuhnya sehingga mencapai nilai kesempurnaan acapkali mendapat previlage.

Beberapa tahun silam, selama kurang lebih 6 tahun di bangku perkuliahan di dua kampus yang berbeda saya menyaksikan bahwa previlage itu nyata. Sebagus apapun pemikiran, diskusi, dan argumentasi yang diajukan oleh mahasiswi yang pintar akan kalah dengan mereka yang terlihat good looking. Meskipun mereka tak berpendapat sama sekali, namun namanya akan lebih mudah diingat baik oleh dosen maupun oleh senior di organisasi.

Pun demikian di dunia kerja, perempuan yang rajin namun berkulit sawo matang cenderung hitam, yang pintar namun overweight, yang berdedikasi namun rambutnya keriting, yang disiplin namun underweight, yang berloyalitas tinggi namun pesek, akan kalah dengan yang cantik sesuai standar media dan produk kosmetik.

Baca Juga:

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

Membantah Ijma’ yang Melarang Perempuan Jadi Pemimpin

Tafsir Hadits Perempuan Tidak Boleh Jadi Pemimpin Negara

Di Indonesia sendiri, terdapat beberapa kali perubahan standar kecantikan perempuan. Banyak faktor yang mempengaruhi kemunculan standar-standar tersebut. Baik dari segi penjajah yang menguasai, maupun oleh kemunculan produk kosmetik baru dengan mengusung standar baru.

Saat berada di bawah penjajahan Eropa, standar kecantikan perempuan Indonesia mengikuti standar Eropa, kemudian saat berada di bawah penjajahan Jepang standarnya juga berubah mengikuti standar Jepang. Di tahun 1970, bersamaan dengan masuknya produk impor seperti Kelly Pearl dan sabun Lux, standar kecantikannya adalah putih dan kulit halus.

Kemudian dilanjutkan dengan masuknya produk lokal seperti Sari Ayu, dan Viva yang mengusung kecantikan dengan khas Indonesia yaitu perempuan dengan warna kulit kuning langsat. Masuknya produk seperti Vaseline dan Nivea kemudian mengubah lagi standar kecantikan dari kuning langsat ke kulit putih. Hal ini terjadi karena gempuran produk Barat yang banyak masuk ke industri kosmetik di Indonesia.

Semua Perempuan Cantik dengan Kekurangan dan Kelebihannya #ImPerfectBeauty

Tak seperti industri kecantikan lain, yang merepresentasikan kecantikan perempuan berdasarkan tone wajah, elsheSkin justru mengkampanyekan bahwa semua kecantikan perempuan tak hanya sekedar kondisi fisik belaka.  Hal ini juga tampak dari pemilihan namira sebagai BA (Brand Ambassador) nya, perempuan usia 23 tahun sekaligus seorang down syndrome model.

Meskipun ia adalah bagian dari industri kosmetik, namun tidak membuat standar kecantikan. Melalui tagar #ImPerfectBeauty, elsheSkin berusaha untuk merepresentasikan kecantikan perempuan tanpa harus mengikuti standar manapun. Bahwa semua perempuan adalah cantik sesuai dengan keadaan dirinya masing-masing.

Kenyataan bahwa semua manusia terlahir tidak sempurna, masing-masing dari manusia memiliki sisi imperfect masing-masing. Maka mengukur kecantikan menggunakan standar tertentu akan menyebabkan seseorang menjadi insecure, dan membenci dirinya sendiri.

Naomi Wolf dalam bukunya Mitos Kecantikan: Kala Kecantikan Menindas  Perempuan menyatakan bahwa “perempuan selalu menderita untuk menjadi sosok yang cantik”. Standar kecantikan berawal dari budaya patriarki dan mereduksi perempuan sebagai objek. Sehingga perempuan akan lebih fokus pada sisi ketidaksempurnaannya dan berusaha menyesuaikan dengan standar yang umum agar terlihat cantik dan dihargai masyarakat.

Kulit keriput, munculnya kerutan di wajah, dan berbagai perubahan fisik seorang perempuan ketika menjadi istri dan ibu juga tidak mengurangi “kecantikan” dalam dirinya. Hanya mewajibkan pihak istri untuk tetap terlihat cantik fisiknya, putih kulitnya, langsing wajahnya, wangi badannya secara secara sepihak agar suami tidak selingkuh dan demi kelangsungan rumah tangga jelas tidak sesuai dengan ajaran agama Islam.

Apalagi membenarkan perselingkungan seorang suami dengan alasan istrinya sudah tidak lagi good looking. Dalam perspektif mubadalah, rasa tentram dalam rumah tangga yang tertulis dalam Q.s Ar-Ruum ayat 21 harus diciptakan oleh kedua pihak. Baik suami maupun istri harus berupaya untuk menciptakan ketentraman dalam rumah tangganya.

Jika suami dan istri menyepakati bahwa salah satu ketentraman dalam rumah tangganya adalah karena penampilan fisik keduanya, maka suami juga harus menjaga diri agar tidak buncit perutnya, hitam kulitnya, bau asap rokok di tubuhnya, sama halnya dengan istri secara fisik.

Kampanye elsheSkin ini bisa jadi salah satu cara perempuan untuk terlepas dari penderitaannya untuk menjadi cantik dari segi fisik. Hal ini sejalan dengan ajaran Islam sebagai agama paripurna yang juga mengatur mengenai bagaimana seorang perempuan harus menjadi cantik. Kecantikan perempuan bukan terletak pada perhiasan, pakaian, maupun bentuk tubuh dan wajahnya. Namun kecantikan seorang perempuan terpancar dari keluasan ilmu, kepribadian yang bagus, dan akhlak yang mulia.

Keinginan untuk memperbaiki diri secara fisik tentunya bukan hal yang salah, tapi jangan sampai keinginan tersebut didasari pada kebencian pada diri sendiri dan berujung pada kufur nikmat. Apalagi jika didasari untuk mengejar suatu standar yang ditetapkan pihak lain. Karena semua adalah cantik dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya. []

 

 

 

 

Tags: GenderkeadilanKesetaraanMitos Kecantikanperempuanperspektif mubadalah
Lutfiana Dwi Mayasari

Lutfiana Dwi Mayasari

Dosen IAIN Ponorogo. Berminat di Kajian Hukum, Gender dan Perdamaian

Terkait Posts

Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Noble Silence

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

17 Mei 2025
Suami Pengangguran

Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban

16 Mei 2025
Keadilan Semu

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

15 Mei 2025
Memahami Disabilitas

Memahami Disabilitas: Lebih Dari Sekadar Tubuh

14 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version