Mubadalah.id – Beberapa hari yang lalu media sosial sedang santer membicarakan sosok Kate Victoria Lim. Gadis remaja ini ramai menjadi perbincangan netizen setelah keberaniannya menantang Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk berdebat soal pemidanaan ayahnya, Alvin Lim.
Pada Selasa (29/08/2023) Kate mendatangi Mabes Polri dengan membawa surat undangan debat terbuka. Sebelumnya, ayah Kate, Alvin Lim merupakan seorang pengacara (advokat) yang terjerat kasus pencemaran nama baik saat menjalankan tugas membela kliennya. Dalam pemaparannya, Kate mengatakan bahwa hal tersebut menyalahi aturan perundang-undangan. Menurutnya seorang advokat seharusnya memiliki hak imunitas saat menjalankan profesi.
Aksi gadis berusia 16 tahun yang viral di media sosial kemarin pun banyak memeroleh respons dari berbagai pihak. Beberapa tokoh seperti Guru Besar Hukum Universitas Pancasila (UP), Agus Surono mengatakan bahwa aksi tersebut hanyalah semacam gimmick. Sebuah drama yang melibatkan anak di bawah umur. Menurutnya kasus yang menimpa Alvin Lim hendaknya kembalikan saja ke pengadilan sebagaimana proses hukum yang berlaku.
Meskipun demikian, banyak respons positif netizen yang mendukung aksi Kate dalam memperjuangkan keadilan bagi ayahnya tersebut. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dalam hal ini mengambil posisi yang netral. Tetapi KPAI juga mengapresiasi keberanian Kate dalam menyuarakan kasus tersebut.
KPAI menyebut bahwa sikap yang Kate tunjukkan hendaknya juga dimiliki oleh anak-anak lain sebagai sikap kolektif dalam membela bangsa dan negara nantinya. KPAI juga berandai-andai jika sikap dan karakter Kate dapat mendapat bimbingan dan arahan yang baik, ia bisa menjadi kader pembela Hak Asasi Manusia kelak.
Perempuan Maskulin? Mengapa Tidak
Terlepas dari hal pro-kontra demikian, menurut hemat saya Kate berhak menjadi sosok inspiratif bagi kita, baik sebagai laki-laki maupun perempuan. Selama ini sikap keberanian, ketegasan, kemandirian dan segala hal yang bersifat maskulin cenderung hanya disematkan kepada laki-laki. Sedangkan perempuan hanya dianggap sebagai sosok dengan karakter feminin yang lemah lembut, penyayang, dan cenderung mengedepankan hati ketika membuat keputusan.
Padahal istilah maskulin-feminin hanya merupakan konstruksi sosial budaya masyarakat. Tentu pemahaman yang bias soal klasifikasi ini akan berdampak pada kondisi psikologis. Tidak hanya bagi perempuan, laki-laki pun juga demikian.
Betapa banyak laki-laki yang hanya karena ingin menunjukkan sisi maskulinitasnya malah membuat kerugian bagi lingkungan sekitar. Kasus klitih misalnya. Pun betapa banyak perempuan yang kerap mendapat stigma, stereotip, dan anggapan buruk hanya karena menyalahi karakter feminin yang berkembang di lingkungan sekitarnya.
Menyeimbangkan Sikap Maskulin-Feminin
Padahal laki-laki maupun perempuan patut memiliki sikap maskulin-feminin. Ina Salmah Febriani (2021) dalam artikelnya, “Keseimbangan Karakter Feminin Dan Maskulin dalam Mewujudkan Masyarakat Madani” menyebut bahwa dua karakter tersebut merupakan anugerah yang Tuhan bekalkan kepada manusia.
Ketika dua karakter ini memperoleh porsi yang seimbang dalam kehidupan sehari-hari maka segala bentu deskriminasi dalam masyarakat dapat kita hindarkan. Hal ini karena pemaknaan kembali terhadap perbedaan kodrati bukan lagi menjadi penghalang dalam memberikan kontribusi mewujudkan masyarakat madani.
Good Parenting Create Well-Being
Karakter dan sikap maskulin Kate yang pemberani dan tegas tidak lepas dari pola asuh keluarganya. Kate merupakan putri semata wayang dari pasangan Alvin Lim dan Shelly Antonio. Hanya saja ketika Kate masih kecil, orang tuanya bercerai. Pendiri sekaligus Ketua Pengurus LQ Indonesia Lawfirm ini kemudian menikah lagi dengan putri Phang Cin Tung dan Erliyah, yaitu Phioruci Pangkaraya.
Meskipun demikian Alvin Lim memberikan perhatian terbaik kepada putri semata wayangnya.Tak pelak jika Kate yang masih mengenyam pendidikan tingkat atas di SMA Harvest Christian School itu telah mengidolakan ayahnya. Dalam kanal video You Tube Quotient TV, Ayah Kate telah memberikan pendidikan hukum kepadanya sejak kecil atas permintaan Kate sendiri. Ia bercita-cita menjadi seorang advokat seperti ayahnya untuk membela hak-hak masyarakat bahkan dari berbagai latar belakang sekalipun.
Kate mengaku sering bersama ayahnya maupun pengurus LQ Indonesia Lawfirm ketika sedang menangani klien. Bahkan ayah Kate juga tidak segan untuk mengajaknya ke kantor kepolisian atau pengadilan untuk menyaksikan prosesi hukum secara langsung.
“Harta tertinggi saya adalah anak-nothing else matter. Karena itu pendidikan menjadi hal utama bagi Kate. Bukan hanya text book, tetapi juga melihat langsung dunia hukum secara langsung di lapangan,” Ujar Alvin mengutip dari surya.co (04/09/2023).
Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa kedekatan orang tua dengan anak pun turut memengaruhi kepribadian dan karakter si anak. Kedekatan ini akan membangun ikatan emosional yang kuat di antara keduanya. Dari hal tersebut akan tercipta hubungan yang positif dalam lingkup keluarga sehingga turut berdampak pada masa depan anak, tentu dengan sifat maskulin dan feminin yang seimbang. []