• Login
  • Register
Selasa, 13 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Kekurangan Uang, Bisakah Bahagia?

Badriyah Fayumi Badriyah Fayumi
25/04/2020
in Publik
0
bahagia, uang

(sumber foto islam.nu.or.id)

59
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Penulis pernah mendapatkan pertanyaan dari seorang Ibu, yang merasa resah dan susah kalau tak punya uang. Sementara ibu itu punya pemahaman jika syukur adalah pangkal bahagia. Ia meyakini hal itu dan berusaha mempraktikannya.

Namun, kenyataannya, walaupun hati bersyukur, ia tetap merasa gundah. Uang memang bukan segalanya, tapi kenyataannya segala-galanya butuh uang. Mungkinkah kita bahagia dalam keadaan kekurangan uang? Terlebih di musim pandemi covid 19 ini, di mana-mana kita menemukan banyak orang yang kehilangan penghasilan, dan pekerjaan tetap. Tentu fakta tersebut berdampak pada melemahnya ekonomi keluarga.

Kebahagiaan itu letaknya di dalam hati dan sifatnya imaterial. Uang, makanan, rumah, pakaian, mobil dan semua hal yang sifatnya material adalah hal-hal eksternal yang bisa mempengaruhi kebahagiaan. Namun, idealnya, hal-hal eksternal itu tidak menguasai hati dan pikiran kita, sehingga kita hanya bisa bahagia jika ada uang, tapi langsung bersedih jika kekurangan uang.

Manusia yang kebahagiaannya dikendalikan oleh hal-hal materiel-eksternal seperti itu, dalam pandangan Ibnu Miskawaih, adalah manusia yang baru mencapai tingkat kebahagiaan tingkat pertama. Untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki, manusia idealnya bisa melampaui kebahagiaan tingkat pertama (materiel-eksternal), menuju kebahagiaan mental, kebahagiaan intelektual, kebahagiaan moral, dan kebahagiaan spritual.

Kebahagiaan mental dicapai dengan kemampuan memaknai positif setiap keadaan, yang menyenangkan maupun tidak. Kebahagiaan intelektual dicapai dengan bertambahnya ilmu dan wawasan yang bermanfaat dalam kehidupan.

Baca Juga:

Muhammad Bercerita: Meninjau Ungkapan Laki-laki Tidak Bercerita dan Mitos Superioritas

Kepemimpinan Perempuan dalam Negara: Kajian atas Tiga Ayat Kontroversial

Tonic Immobility: Ketika Korban Kekerasan Seksual Dihakimi Karena Tidak Melawan

Ulama Fiqh yang Membolehkan Perempuan Menjadi Hakim

Kebahagiaan moral dicapai dengan integritas diri, dedikasi, kesetiaan, pengorbanan, bersedekah, dan hal-hal yang kita berikan. Puncak dari kebahagiaan itu adalah kebahagiaan spiritual berupa ketentraman batin, ketiadaan rasa takut dan khawatir lantaran sudah merasa bersatu dengan Allah.

Bagi yang sudah mencapai titik ini, sakit atau sehat, banyak uang atau tidak punya, tidak mempengaruhi kebahagiaannya. Manusia pada umumnya terkukung di level kebahagiaan tingkat pertama yang sifatnya sangat labil dan sementara.

Bahkan ada kalanya kebahagiaan tingkat pertama itu membuatnya tidak mampu lagi melihat ada kebahagiaan-kebahagiaan lain yang lebih hakiki dan lebih permanen di hati. Berbeda dengan manusia pada umumnya, para nabi adalah manusia yang mampu melampaui kebahagiaan tingkat pertama ini.

Kuncinya adalah rasa syukur dalam keadaan apapun. Nabi Sulaiman, misalnya, rasa syukur begitu kuat sehingga beliau selalu ingat bahwa kekuasaannya adalah ujian (QS an-Naml/27:40). Nabi Ayyub yang diuji dengan penyakit dan kefakiran tetap bersyukur karena nikmat iman masih Allah berikan.

Nabi Muhammad sallahu ‘alaihi wa sallam memilih meninggalkan kebahagiaan materiel dengan hidup sederhana di bawah rata-rata, padahal beliau utusan Allah dan pemimpin negara. Nabi sangat bahagia ketika salat hingga kakinya bengkak, padahal dosanya sudah diampuni. Beliau lakukan itu karena bersyukur kepada Allah.

Sebagai umat Nabi, kita idealnya bisa berbahagia dalam keadaan apapun, termasuk saat tak punya uang. Caranya, pertama, terus bersyukur karena selain uang punya masih sangat banyak nikmat Allah yang jika diuangkan tidak bisa dinilai.

Kedua, melangkahlah menuju bentuk kebahagiaan yang lebih dalam, yakni kebahagiaan mental melalui penyikapan positif atas keadaan kita. Misalnya, ketiadaan uang kita sikapi sebagai tantangan untuk mengeluarkan kreativitas agar mendapatkan uang. Dengan sikap positif itu, hati akan tetap dipenuhi rasa syukur, bukan marah, kecewa, dan menyalahkan Allah subhanahu wa ta’ala.

Ketiga, jadikanlah ketiadaan uang sebagai “kesempatan” untuk meraih kebahagiaan yang lebih tinggi. Tidak banyak uang berarti lebih banyak waktu untuk membaca, belajar, dan berbagi ilmu (kebahagiaan intelektual); untuk berdedikasi dan bersedekah apa yang kita punya selain uang (kebahagiaan moral); untuk berdzikir, beribadah, membaca Alqur’an, berpuasa, dan lain-lain yang menjadikan hati kita tentram karena kita “bertemu dengan Allah” (kebahagiaan spiritual).

Jika kebahagiaan mental, intelektual, moral, dan spiritual ini sudah memenuhi hati, Insya Allah, hati tidak dibelenggu oleh rasa resah dan kesal lantaran tidak punya uang.

Dengan begitu, usaha kita untuk mendapatkan uang pun dilakukan dengan hati yang bersyukur. Saat kita berusaha dengan penuh rasa syukur itulah, Insya Allah, peluang mendapatkan uang lebih mudah. Ketika uang didapatkan, syukur akan menambah kebahagiaan.

Tatkala uang belum didapat, syukur akan menjaga kebahagiaan karena kita mampu menikmati kebahagiaan yang lebih dalam, di luar kebahagiaan materiel-ekstenal. Maha benar Allah yang berjanji bahwa syukur akan menambah nikmat. (QS Ibrahim/14:7). Rasa bahagia dalam segala keadaan, bukankah itu nikmat yang bertambah? []

*)Tulisan yang sama pernah dimuat di Majalah Noor dalam rubrik tanya jawab

Badriyah Fayumi

Badriyah Fayumi

Ketua Alimat/Pengasuh Pondok Pesantren Mahasina Bekasi

Terkait Posts

Kebebasan Berekspresi

Kebebasan Berekspresi dan Kontroversi Meme Prabowo-Jokowi

13 Mei 2025
Merapi

Dampak Tambang Ilegal di Merapi: Sumber Air Mengering, Lingkungan Rusak

12 Mei 2025

Hari Raya Waisak: Mengenal 7 Tradisi dan Nilai-Nilai Kebaikan Umat Buddha

12 Mei 2025
Paus Leo XIV

Mengenal Paus Leo XIV: Harapan Baru Penerus Paus Fransiskus

12 Mei 2025
Barak Militer

Apakah Barak Militer Bisa Menjadi Ruang Aman bagi Siswi Perempuan?

11 Mei 2025
Hari Raya Waisak

Kontekstualisasi Ajaran Islam terhadap Hari Raya Waisak

10 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Merapi

    Dampak Tambang Ilegal di Merapi: Sumber Air Mengering, Lingkungan Rusak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Raya Waisak: Mengenal 7 Tradisi dan Nilai-Nilai Kebaikan Umat Buddha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kebebasan Berekspresi dan Kontroversi Meme Prabowo-Jokowi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulama Fiqh yang Membolehkan Perempuan Menjadi Hakim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tonic Immobility: Ketika Korban Kekerasan Seksual Dihakimi Karena Tidak Melawan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Muhammad Bercerita: Meninjau Ungkapan Laki-laki Tidak Bercerita dan Mitos Superioritas
  • Kepemimpinan Perempuan dalam Negara: Kajian atas Tiga Ayat Kontroversial
  • Tonic Immobility: Ketika Korban Kekerasan Seksual Dihakimi Karena Tidak Melawan
  • Ulama Fiqh yang Membolehkan Perempuan Menjadi Hakim
  • Kemanusiaan sebelum Aksesibilitas: Kita—Difabel

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version