Mubadalah.id – Dalam tulisannya di Kupipedia.id, Yulianti Muthmainnah menyoroti gambaran ideal kepemimpinan perempuan dalam Al-Qur’an yang ditampilkan sebagai pribadi mandiri secara politik, ekonomi, dan personal.
Yulianti menjelaskan bahwa al-Qur’an menghadirkan figur perempuan yang memiliki kepemimpinan politik. Sebagaimana tergambar dalam kisah Ratu Balqis yang memimpin kerajaan besar dan berdaulat.
Menurutnya, kisah tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan politik perempuan bukanlah hal yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
Selain kemandirian politik, Yulianti juga menekankan pentingnya kemandirian ekonomi perempuan. Ia merujuk pada kisah perempuan pengelola peternakan dalam cerita Nabi Musa di Madyan yang menunjukkan peran aktif perempuan d.alam kerja produktif dan ekonomi keluarga.
Yulianti menambahkan bahwa al-Qur’an juga mengakui kemandirian personal perempuan dalam mengambil keputusan moral dan spiritual.
Ia menyebut figur istri Firaun yang berani mempertahankan keyakinannya meskipun berhadapan dengan kekuasaan suami. Serta Maryam yang teguh mempertahankan kebenaran meski menghadapi tekanan sosial.
Menurut Yulianti, Al-Qur’an bahkan memberikan legitimasi bagi perempuan untuk melakukan kontrol sosial dan gerakan korektif terhadap ketidakadilan. Ia mengutip Surah at-Taubah ayat 71 yang menegaskan peran laki-laki dan perempuan sebagai penolong satu sama lain dalam menegakkan kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Ia menilai bahwa gambaran ideal tersebut jarang tercermin dalam praktik keagamaan kontemporer. Perempuan, menurutnya, masih sering diposisikan sebagai subjek pasif dan terbatas pada ruang domestik.
Melalui Kupipedia.id, Yulianti mengajak pembaca untuk membaca ulang teks-teks keagamaan secara lebih adil dan kontekstual. Bahkan ia berharap pemahaman tersebut dapat memperkuat peran perempuan sebagai subjek aktif dalam kehidupan keagamaan, sosial, dan kebangsaan. []








































