Mubadalah.id – KUPI II atau Kongres Ulama Perempuan Indonesia yang kedua telah berhasil terselenggara dengan mengangkat tema “Meneguhkan Peran Ulama Perempuan untuk Peradaban yang Berkeadilan”. Kongres ini dilaksanakan di Semarang dan juga kota ukir Jepara pada tanggal 23-26 November 2022 dengan peserta lebih dari 1000 orang.
Mulai dari para sesepuh kyai, ibu nyai, para tokoh agama, pejabat pemerintahan, Lembaga Swadaya Masyarakat, berbagai organisasi dan komunitas hingga anak-anak muda masa kini. Mereka memiliki peran penting untuk mensukseskan kegiatan KUPI ini. Terutama peran anak muda yang sangat antusias mengikuti setiap rangkaian kegiatan di KUPI II.
KUPI II menjadi ruang perjumpaan pemikiran dan gagasan orang-orang yang memiliki komitmen besar pada nilai kemanusian, perdamaian dan keadilan. KUPI menyadarkan kita, bahwa perempuan juga bisa memberikan kontribusi dalam membangun peradaban bangsa dan dunia.
Setiap orang bisa saling bersinergi dan bertumbuh bersama meski dari latar belakang yang berbeda. Oh ya, menjadi ulama perempuan tidak hanya terbatas pada jenis kelamin saja. Ada banyak ulama perempuan dari kalangan laki-laki, seperti Buya Husein Muhammad, Kyai Faqihuddin Abdul Kodir dan lain sebagainya.
Ruang Aktualisasi Anak Muda
Di KUPI II, kita juga bisa melihat ruang aktualisasi anak muda yang dibuka selebar-lebarnya. Mereka diberikan kesempatan yang sama untuk menyampaikan ide dan pemikirannya dari perspektif anak muda. Mulai dari kegiatan pra KUPI hingga hari di mana terlaksananya KUPI.
Tentu saja, banyak orang yang sangat senang dan mengapresiasi kegiatan KUPI Open Mic yang menjadi Panggung KUPI Muda. Anak muda dari berbagai latar belakang wilayah dan komunitas dilibatkan bukan hanya sebagai objek tetapi juga sebagai subjek.
Nah, ada banyak cara menjadikan KUPI sebagai ruang aktualisasi yang mengasyikkan. Beberapa cara yang bisa kita lakukan adalah mengikuti serangkaian kegiatan KUPI yang diselenggarakan. Entah secara offline maupun online.
Tidak hanya hadir secara raga, tetapi juga hadir secara jiwa. Tularkan semangat dan ide gagasan dalam forurm-forum yang dibuat oleh KUPI. Oh ya, jangan khawatir karena acara pra dan pelaksanaannya sudah lewat. Justru dengan demikian, maka semakin banyak ruang untuk kita, sebagai anak muda yang bisa memiliki dan menciptakan ruang aktualisasi itu.
Menuliskan Ide tentang Gerakan KUPI
Tentu saja, hal lain yang bisa kita lakukan adalah menuliskannya. Seperti yang sedang saya lakukan ini. Menuliskan pemikiran kita tentang bagaimana melihat KUPI, mengenalnya lebih dalam dan mau belajar dari apa yang telah kita dapatkan merupakan cara lain yang bisa kita tempuh.
Meski tidak berkesempatan hadir karena banyaknya faktor, tetapi menulis bisa kita lakukan di mana saja dan kapan saja. Jangan takut jika tulisan tentang KUPI atau tentang hal baik lainnya dianggap kurang layak. Niatkan saja untuk belajar dan berdaya. Percayalah, setiap tulisan memiliki pembacanya masing-masing.
Kalau misalnya, menulis ternyata menjadi cara yang belum tepat, kita bisa membuat karya dalam bentuk lain. Misalnya video, podcast, atau postingan isntagram tentang KUPI. Secara personal, saya tidak hadir di KUPI II karena sedang ada tanggung jawab lain yang harus saya lakukan.
Ragaku memang tidak di Semarang atau pun Jepara, tapi ghirah semangat dalam ber-KUPI harus tetap tumbuh dan membara. Ayo tulisankan pengalaman kita mengenal KUPI lebih dekat sebagai ruang kita mengaktualisasikan diri, menyampaikan ide dan gagasan serta ruang bertumbuh dan berkarya.
Tiga cara ini tentu bukan satu-satunya yang bisa kita lakukan. Ada banyak hal baru dan baik yang bisa kita lakukan sebagai anak muda. Menciptakan ruang dialektika secara kolektif misalnya. Sekarang ini sudah bukan saatnya kita untuk saling berkompetisi, siapa yang lebih baik dari siapa. Tapi kini saatnya kita untuk saling berkolaborasi. Gerak bersama untuk kemaslahatan ummat. Kebaikan tidak pernah tumbuh sendirian, kebaikan selalu memiliki teman. Di manapun, dan kapanpun. []