• Login
  • Register
Selasa, 8 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Lagu Satu-Satu: Pentingnya Berdamai dengan Diri Sendiri

Idgitaf berhasil menyentuh para pendengar dengan lirik-lirik lagu yang memberikan afirmasi positif. Yaitu mengajak para pendengar untuk dapat belajar berdamai dengan dirinya sendiri.

Sifa Himayah Sifa Himayah
22/09/2023
in Personal
0
Idgitaf

Idgitaf

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Belum lama ini, penyanyi Brigitta Beru Meliala atau yang kerap disapa Idgitaf resmi merilis single anyar yang berjudul “Satu-Satu”.

Lagu yang ia rilis dikanal Youtube pada pertengah bulan Juni 2022 itu meluncur dengan apik. Setidaknya ada sekitar 13 juta lebih penonton yang tehipnotis dengan lirik-lirik yang indah yang disampaikan oleh Idgitaf.

Bahkan pasca peluncurannya, ribuan pengguna akun media sosial menjadikan lagu ini menjadikan sound track di platform Tiktok dan Instragram.

Idgitaf berhasil menyentuh para pendengar dengan lirik-lirik lagu yang memberikan afirmasi positif. Yaitu mengajak para pendengar untuk dapat belajar berdamai dengan dirinya sendiri.

Bahkan lagu Satu-Satu ini, bagi saya bisa menjadi self healing, karena isi dalam lirik yang ia tuliskan mampu menemani proses inner child.

Baca Juga:

Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak

Jangan Membedakan Perlakuan antara Anak Laki-laki dan Perempuan

Pentingnya Menanamkan Moderasi Beragama Sejak Dini Ala Gus Dur

Pentingnya Membangun Kesadaran Inklusivitas di Tengah Masyarakat yang Beragam

Terlebih, proses inner child ini, Idgitaf sajikan dalam sebuah video klip. Dalam video klip itu, memperlihatkan ada seorang anak perempuan yang selalu dihantui oleh hal-hal tidak nyaman semasa kecilnya.

Ia belum bisa berhasil melupakan kejadian yang ia rasakan. Bahkan ia merasa bahwa kejadian tersebut baru saja ia rasakan.

Akan tetapi, hal itu tidak membuat dirinya putus asa begitu saja. Anak perempuan ini kembali merangkainya secara perlahan dengan menerima, memaafkan. Serta tetap bertahan untuk masa depannya.

Proses ini, Idgitaf sampaikan dalam liriknya:

Pengalaman Pahit

“Mata pernah melihat”

“Telinga pernah mendengar”

“Badan pernah merasa”

“Terekam jelas seakan terjadi”

“Baru saja”

Penggalan bait pertama lirik lagu di atas merupakan hal yang sangat related bagi kehidupan kita. Karena anggota tubuh menjadi saksi atas apa yang telah terjadi di masa kecil, namun menjadi pengaruh ketika kita beranjak dewasa. Di mana saat kecil tentunya mengalami banyak hal-hal yang di luar kendali kita. Sehingga dari peristiwa tersebut membentuk kepribadian yang lebih kuat.

Pada lirik selanjutnya, ia mengajak unutk berdamai dengan masa lalu:

“Siapakah yang salah”

“Siapa yang tanggungjawab”

“Waktu terus berjalan”

“Terasa salah karena”

“Ada yang belum selesai oh no no”

Penggalan bait kedua lirik lagu di atas menjadi sebuah refleksi bagi kita, bahwa di masa dewasa tidak terlepas dari pribadi saat kecil, di mana peristiwa masa kecil akan terus menjadi memori serta tidak mudah untuk kita lupakan.

Namun memori buruk yang terus melekat dipikiran kita tidak menjadi pengahalang untuk waktu yang terus berjalan. Oleh karena itu, telah menjadi sebuah tanggungjawab yang amat besar untuk pribadi kita berdamai dengan apa yang telah terjadi. Karena hal ini demi sebuah ketenangan batin guna menjalakan kehidupan yang lebih baik lagi.

Pengampunan dan Pertumbuhan

Di lirik selanjutnya, Ia bercerita tentang pengampunan dan pertumbuhan:

“Aku sudah tak marah”

“Walau masih teringat”

“Semua yang terjadi kemarin”

“Jadikan ku yang hari ini”

Penggalan bait ketiga lirik lagu di atas mengajak pendengar belajar menjadi pribadi yang pemaaf, terlebih memaafkan diri sendiri sekalipun kita masih teringat akan peristiwa yang telah terjadi.

Teringat hal buruk menjadi sebuah kewajaran. Namun cara kita mengendalikan hal buruk dengan tindakan positif itu menjadi sebuah esensi mengepresikan diri kita yang telah menjadi pribadi baru yang lebih baik.

Kemudian, Idgitaf juga meminta kita untuk tetap menghadapi kenyataan:

“Aku sudah tak benci”

“Walau nyatanya merugi”

“Terdengar tidaknya kata maaf”

“Dada lapang terima semua”

Penggalan bait keempat lirik lagu di atas menggambarkan bahwa memang dunia ini seakan-akan tidak adil, atas perlakuan buruk seseorang. Namun kita harus bersikap dewasa dengan menerima konsekuensi dari tindakan sikap menerima perlakuan hal buruk tersebut. Serta menerima permintaan maaf darinya.

Bahkan secara sadar mengajak kita untuk menjadi pemaaf. Karena memafkan menjadi sebuah pembebasan atas diri sendiri, entah itu dari rasa dendam, amarah, dan sakit hati kepada orang yang telah menyakiti kita. Namun bukan berarti menghapus segala peristiwa yang menyakitkan akan tetapi memaafkan menjadi sebuah keseimbangan perasaan.

Harapan Masa Depan

Lalu, di lirik terakhir, Ia menyampaikan sebuah harapan untuk masa depan dan menjadi inti dari lagu Satu-Satu ini:

“Akan ada masa depan”

“Bagi semua yang bertahan”

“Duniaku pernah hancur”

“Rangkai lagi satu-satu”

Penggalan bait kelima lirik lagu di atas tergambarkan dalam video klipnya di mana merangkai kembali sebuah balok yang bertebaran dengan secara perlahan-lahan. Sehingga menjadi sebuah kesatuan yang utuh.

Hal ini tentu menjadi gambaran bagi kehidupan kita. Bahwa kita tidak pernah terlepas dari sebuah masa lalu yang hancur. Kemudian bertransformasi ke hal positif dengan merangkai hal-hal baik. Lalu kita terus dapat bertahan untuk masa depan yang indah.

Oleh sebab itu, melalui lagu ini, dapat menjadi langkah awal untuk melanjutkan hidup ialah berdamai dengan diri sendiri, tanpa menyalahkan orang lain. Karena aspek terbesar dalam diri kita adalah diri sendiri.

Karena seperti kita ketahui bersama, kehidupan sekarang tidak terlepas dari masa lalu, karena hal tersebut hanyalah sebuah memori dulu bukan masa sekarang. Selain itu, hal ini juga menjadi satu garis besar untuk saya, bahwa dengan belajar dapat mengubah luka masa lalu, menjadi kekuatan untuk masa depan. []

Tags: BerdamaiDiri SendiriIdgitafLagu Satu-satupentingnya
Sifa Himayah

Sifa Himayah

Saya adalah mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Terkait Posts

Pernikahan Tradisional

Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional

8 Juli 2025
Menemani dari Nol

From Zero to Hero Syndrome: Menemani dari Nol, Bertahan atau Tinggalkan?

7 Juli 2025
Sejarah Ulama Perempuan

Mencari Nyai dalam Pusaran Sejarah: Catatan dari Halaqah Nasional “Menulis Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia”

7 Juli 2025
Hidup Tanpa Nikah

Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

5 Juli 2025
Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Nikah Massal

    Menimbang Kebijakan Nikah Massal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menggugat Batas Relasi Laki-Laki dan Perempuan di Era Modern-Industrialis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Intoleransi di Sukabumi: Ketika Salib diturunkan, Masih Relevankah Nilai Pancasila?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pengrusakan Retret Pelajar Kristen di Sukabumi, Sisakan Trauma Mendalam bagi Anak-anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sejarah Ulama Perempuan yang Membisu dalam Bayang-bayang Kolonialisme Ekonomi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Sadar Gender Tak Menjamin Bebas dari Pernikahan Tradisional
  • Kemanusiaan sebagai Fondasi dalam Relasi Sosial Antar Manusia
  • Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak
  • Meruntuhkan Mitos Kodrat Perempuan
  • Menimbang Kebijakan Nikah Massal

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID