• Login
  • Register
Sabtu, 7 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Megengan: Warisan Budaya Muslim Jawa dalam Menyambut Ramadan

Tradisi Megengan mengandung beberapa makna filosofis yang penting bagi kehidupan umat Muslim

Kafa Alfarizki Kafa Alfarizki
21/02/2025
in Pernak-pernik
0
Megengan

Megengan

1.3k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Di berbagai wilayah di Pulau Jawa, khususnya Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta, terdapat beragam tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Muslim sebagai bentuk persiapan menyambut bulan suci Ramadan.

Salah satu tradisi yang masih bertahan hingga kini adalah Megengan. Tradisi ini tidak hanya menjadi bagian dari kebudayaan Islam di kalangan Muslim Nahdlatul Ulama (NU), tetapi juga telah melekat dalam kehidupan masyarakat Jawa secara umum.

Secara etimologis, kata Megengan berasal dari bahasa Jawa yang berarti “menahan” atau “mengendalikan diri”. Makna ini sangat relevan dengan konsep puasa dalam Islam yang mengajarkan umatnya untuk mengendalikan hawa nafsu dan meningkatkan ketakwaan.

Lebih dari sekadar kebiasaan turun-temurun, Megengan menjadi bentuk ekspresi rasa syukur, sarana doa bersama, serta ajang untuk berbagi dengan sesama sebelum memasuki bulan penuh berkah.

Meskipun di era modern Megengan mengalami beberapa penyesuaian, seperti pelaksanaan doa bersama di masjid dan musala atau pembagian sedekah melalui platform digital. Esensinya tetap sama sebagai momen penyambutan Ramadhan dengan hati yang bersih dan penuh kebersamaan.

Baca Juga:

Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

Ibadah Kurban dan Hakikat Ketaatan dalam Islam

Mitos Israel di Atas Penderitaan Warga Palestina

Pesan Mubadalah dari Keluarga Ibrahim As

Perspektif Islam dalam Tradisi Megengan

Dalam Islam, tradisi Megengan dapat kita kategorikan sebagai amalan yang baik dan layak untuk kita lestarikan. Hal ini sejalan dengan kaidah dalam Ushul Fiqih yang berbunyi:

المحُاَفَظَةُ عَلَى القَدِيْمِ الصَالِحِ وَالأَخْذُ باِلجَدِيْدِ الأَصْلَحِ

Artinya: “Melestarikan nilai-nilai lama yang baik, serta mengadopsi nilai-nilai baru yang lebih baik.”

Dari perspektif ini, Megengan dapat kita pandang sebagai upaya mempertahankan kebaikan yang telah terwariskan oleh leluhur, selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Tradisi ini juga dapat berfungsi sebagai sarana dakwah untuk memperkuat pemahaman keagamaan dalam masyarakat.

Sejarah dan Makna Filosofis Megengan

Megengan sebagian umat Islam meyakini telah ada sejak zaman Wali Songo, yakni para penyebar Islam di Nusantara pada abad ke-15 dan ke-16. Para wali menggunakan pendekatan budaya dalam menyampaikan ajaran Islam agar lebih mudah diterima oleh masyarakat Jawa yang saat itu masih banyak terpengaruhi oleh tradisi Hindu-Buddha.

Salah satu strategi yang Wali Songo gunakan adalah menyisipkan nilai-nilai Islam dalam kebiasaan yang sudah terkenal oleh masyarakat, termasuk dalam tradisi Megengan.

Megengan menjadi salah satu wujud kearifan lokal yang memadukan aspek spiritual dan sosial. Filosofinya mencerminkan nilai-nilai keislaman yang menekankan pentingnya syukur, persiapan batin, pengingat akan kematian, silaturahmi, dan kepedulian sosial. Melalui tradisi ini, masyarakat diajak untuk merenungkan pentingnya introspeksi diri dan kesiapan spiritual dalam menghadapi Ramadan.

Rangkaian Ritual dalam Megengan

Pelaksanaan Megengan dapat berbeda di setiap daerah, tetapi umumnya terdapat beberapa elemen utama dalam perayaan ini:

1. Tahlilan dan Doa Bersama

Salah satu kegiatan utama dalam Megengan adalah tahlilan atau doa bersama. Kegiatan ini biasanya kita lakukan di masjid, mushola, atau rumah warga dan diikuti oleh keluarga serta tetangga. Doa yang kita panjatkan bertujuan untuk memohon kelancaran dalam menjalankan ibadah puasa. Selain itu juga untuk mendoakan leluhur yang telah meninggal dunia. Tradisi tahlilan ini juga menjadi ajang mempererat silaturahmi antarwarga.

2. Pembagian Makanan (Apeman)

Makanan khas yang selalu hadir dalam Megengan adalah apem, sejenis kue berbahan dasar tepung beras, santan, dan gula. Secara etimologis, kata apem berasal dari bahasa Arab afwan, yang berarti “maaf”.

Oleh karena itu, pembagian apem dalam tradisi Megengan melambangkan permohonan ampunan sebelum memasuki bulan Ramadan. Selain apem, beberapa daerah juga menyajikan makanan lain seperti nasi berkat yang berisi nasi, lauk, dan sayur untuk dibagikan kepada masyarakat.

3. Sedekah dan Berbagi dengan Sesama

Dalam beberapa daerah, Megengan tidak hanya menjadi momen untuk berkumpul dan berdoa bersama, tetapi juga kita jadikan kesempatan untuk berbagi rezeki dengan sesama. Bentuk berbagi ini bisa berupa makanan, uang, atau bahan pokok yang diberikan kepada fakir miskin. Tradisi ini selaras dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya sedekah, terutama menjelang bulan penuh rahmat seperti Ramadan.

4. Pawai Megengan

Di beberapa daerah, Megengan dirayakan dengan cara yang lebih meriah, seperti pawai keliling kampung atau kota. Pawai ini sering kali diiringi oleh tabuhan alat musik tradisional, membawa obor, atau menghias kendaraan dengan ornamen Islami. Selain sebagai sarana hiburan, kegiatan ini juga bertujuan untuk menyemarakkan datangnya Ramadan sekaligus menjaga tradisi agar tetap lestari.

Makna Filosofis Megengan

Tradisi Megengan mengandung beberapa makna filosofis yang penting bagi kehidupan umat Muslim, di antaranya:

1. Ekspresi Rasa Syukur

Megengan mencerminkan kegembiraan masyarakat dalam menyambut bulan Ramadan. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah SAW:

مَنْ فَرِحَ بِدُخُوْلِ رَمَضَانَ حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلَى النِّيْرَانِ (رواه بيهاقى)

Artinya: “Siapa saja yang bergembira dengan datangnya bulan Ramadan, maka Allah akan menjauhkan tubuhnya dari api neraka.” (HR. Baihaqi)

2. Persiapan Batin untuk Menjalankan Ibadah Ramadan

Tradisi ini berfungsi sebagai momen introspeksi diri agar memasuki Ramadan dengan hati yang bersih dan kesiapan spiritual yang maksimal.

3. Pengingat akan Kematian

Melalui doa dan tahlilan untuk leluhur, Megengan mengajarkan bahwa kehidupan di dunia bersifat sementara. Oleh karena itu, setiap Muslim diajak untuk meningkatkan amal ibadah sebagai bekal kehidupan akhirat.

4. Mempererat Silaturahmi

Megengan melibatkan keluarga, tetangga, dan masyarakat dalam kegiatan bersama, memperkuat hubungan sosial, serta menumbuhkan rasa kebersamaan dan persaudaraan.

5. Mengamalkan Nilai Berbagi

Tradisi berbagi makanan dalam Megengan mengajarkan nilai kepedulian terhadap sesama, terutama kepada mereka yang kurang mampu. Hal ini mencerminkan ajaran Islam yang menekankan pentingnya sedekah dan kepedulian sosial.

Megengan di Era Modern

Seiring dengan perkembangan zaman, pelaksanaan Megengan juga mengalami perubahan. Jika dahulu tahlilan lebih sering dilakukan di rumah-rumah, kini banyak masyarakat yang memilih melaksanakannya di masjid atau mushola. Begitu pula dengan tradisi berbagi yang kini dapat dilakukan secara digital, seperti melalui donasi online atau pemberian paket sembako bagi kaum dhuafa.

Meskipun bentuk pelaksanaannya mengalami perubahan, nilai-nilai utama dalam Megengan tetap dipertahankan. Esensi dari tradisi ini tetap sama, yaitu sebagai sarana introspeksi diri, mempererat hubungan sosial, dan mempersiapkan diri secara spiritual sebelum Ramadan tiba.

Megengan bukan sekadar tradisi turun-temurun, tetapi memiliki makna mendalam dalam kehidupan umat Islam di tanah Jawa. Sebagai bentuk persiapan menyambut bulan suci Ramadan, tradisi ini mengajarkan pentingnya doa, berbagi, dan mempererat silaturahmi. Dengan menjaga dan melestarikan Megengan, kita tidak hanya mempertahankan warisan budaya, tetapi juga memperkuat nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Semoga perayaan Megengan tahun ini membawa berkah bagi kita semua dan semakin memperkuat keimanan dalam menyambut bulan Ramadan. []

Tags: BudayaBulan Ramadanislamkearifan lokalMegenganTradisiWalisongo
Kafa Alfarizki

Kafa Alfarizki

Mahasiswa UIN Sayyid Ali Rahmatulloh Tulungagung

Terkait Posts

Wuquf Arafah

Makna Wuquf di Arafah

5 Juni 2025
Aurat

Aurat Perempuan: Antara Teks Syara’ dan Konstruksi Sosial

5 Juni 2025
Batas Aurat

Menelusuri Perbedaan Pendapat Ulama tentang Batas Aurat Perempuan

5 Juni 2025
Fikih Ramah Difabel

Menggali Fikih Ramah Difabel: Warisan Ulama Klasik yang Terlupakan

5 Juni 2025
Batas Aurat Perempuan

Dalil Batas Aurat Perempuan

5 Juni 2025
Aurat Perempuan

Memaknai Aurat Perempuan secara Utuh

4 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Berkurban

    Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Solusi Ramah Lingkungan untuk Pembagian Daging Kurban

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Raya dalam Puisi Ulama Sufi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memaknai Istilah “Kurban Perasaan” Pada Hari Raya Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • 3 Solusi Ramah Lingkungan untuk Pembagian Daging Kurban
  • Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha
  • Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang
  • Makna Wuquf di Arafah
  • Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID