• Login
  • Register
Kamis, 22 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Memaknai Kelahiran dan 4 Misi Pembebasan Nabi

Misi Islam yang Nabi bawa pada dasarnya adalah untuk memerangi kelompok berkuasa yang selalu melanggengkan penindasan terhadap mereka yang lemah

Rahmah Eka Saputri Rahmah Eka Saputri
07/10/2023
in Publik, Rekomendasi
0
Misi Pembebasan Nabi

Misi Pembebasan Nabi

745
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kondisi tatanan sosial kemasyarakatan di masa sebelum Nabi terlahirkan sangatlah memprihatinkan. Dalam catatan sejarah alkisah kondisi Arab Jahiliyah yang suram dari semua sisi kehidupan. Di  sinilah peran penting misi pembebasan Nabi.

Dari sisi ekonomi misalnya terjadi semacam penjajahan ekonomi dari yang kuat terhadap yang lemah, sehingga para buruh menjadi orang-orang marjinal yang bekerja dengan upah rendah, hidup dengan kondisi miskin dan merana. Di sisi lain mereka tidak dapat memperjuangkan hak-hak mereka.

Perbudakan juga merajalela. Jumlahny tak terhitung. Mereka terpaksa bekerja tanpa upah. Sedangkan budak perempuan terpaksa melayani tuan-tuannya. Pada saat itu manusia tidak memiliki harkat martabatnya. Lebih luas, para perempuan merdeka juga terkungkung sedemikian rupa, diperlakukan tak ubahnya seperti properti yang bahkan dapat mereka wariskan.

Mereka tidak diberi peluang untuk memainkan peran independen dalam bidang sosial, ekonomi, dan juga politik. Rendahnya nilai perempuan di masa itu dapat kita jumpai dalam Alquran yang mengisahkan kekejaman Arab Jahiliyah terhadap perempuan dengan mengubur bayi perempuan hidup-hidup.”

Kondisi Masyarakat Arab Jahiliyah

Arab Jahiliyah juga sangat tertutup terhadap konsep kemanusiaan suku lain. Mereka tidak dapat hidup berbeda dan berdampingan. Dalam catatan sejarah tersebutkan bahwa mereka terdiri dari banyak suku dan kabilah yang hidup bersebelahan namun saling bermusuhan.

Baca Juga:

Menyusui Anak dalam Pandangan Islam

KB dalam Pandangan Islam

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

Sikap membangga banggakan suku ini melahirkan keakuan dan keangkuhan yang terpelihara oleh setiap suku. Hanya dengan sedikit kesalahpahaman dengan suku lain, dapat saja menyulut sebuah konflik besar yang akan diwarisi ke beberapa keturunan.

Dalam kondisi sosial seperti inilah Nabi Muhammad dilahirkan. Nabi telah diutus untuk menyelesaikan PR-PR kemanusiaan yang masyarakat Jahiliyah alami pada saat itu. Sehingga tujuan diutusnya Nabi bukan hanya untuk mengajarkan monoteisme semata, melainkan untuk membebaskan manusia dari  ketertindasan sosial  yang dialami oleh kelompok-kelompok marjinal atau mereka yang disebut Alquran sebagai mustadh’afiin.

Oleh sebab itu menurut Asghar Ali Engineer misi Islam yang Nabi bawa pada dasarnya adalah untuk memerangi kelompok-kelompok berkuasa yang selalu melanggengkan penindasan terhadap mereka yang lemah.

Meminjam ide Asghar Ali Engineer, maka ia menyebutkan setidaknya terdapat 4 misi pembebasan Nabi berdasarkan latar sosial kehidupan Arab pra kelahiran Nabi:

Pembebasan Perempuan

Perempuan Arab yang sebelumnya mereka jadikan sebagai properti dan dianggap tidak layak untuk hidup kemudian terangkat derajatnya oleh Islam. Mereka yang sebelumnya diwariskan, maka setelah Nabi membawa risalah Islam para perempuan itu justru mendapatkan warisan.

Peran-peran sosial mereka yang sebelumnya tidak hanya di Arab melainkan juga di hampir seluruh peradaban dunia tidak terakui atau malah dihentikan, pada periode Islam justru diberi jalan untuk berkontribusi. Peran mereka terakui, kesaksian mereka kita terima, merela mendapat dengan pantas selayaknya manusia.

Dalam pernikahan juga terjadi pembebasan yang tujuannya adalah liberasi terhadap perempuan. Sebelumnya di masa jahiliyah seorang laki-laki bisa beristri berapa saja sekehendak hati. Sehingga tidak ada landasan hukum yang dapat melindungi hak-hak perempuan pada saat itu.

Setelah Islam datang, maka poligami hanya terbatasi menjadi empat saja. Meskipun pada prinsipnya yang Islam inginkan sendiri adalah mendukung prinsip monogami dengan menekankan tentang ketidakmampuan manusia berlaku adil.

Di samping itu juga terjadi perubahan dalam konsep pernikahan yang dulunya adalah perkawinan penundukan yang menurut Amina Wadud dalam bukunya Quran and Women merupakan wajah utama model pernikahan. Di mana konsep itu melegalkan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan hanya untuk menuntut kepatuhannya terhadap suami.

Setelah Islam datang perempuan terbebaskan dari perkawinan penundukan model itu. Lalu beralih kepada konsep pernikahan yang saling mencintai mawaddah warahmah. Meskipun konsep kepemimpinan suami atas atas istri dalam rumah tngga adalah prinsip Alquran. Namun Nabi mencontohkan tegaknya kepemimpinan itu mestilah dengan kasih sayang bukan dengan penundukan.

Pembebasan ekonomi

Sebelum Islam turun, riba merupakan gambaran umum yang terjadi di kota Mekah. Ketimpangan ekonomi adalah wajah sehari-hari. Di mana si miskin makin miskin sedangkan yang kaya berkuasa untuk memperdaya. Islam datang dengan semangat liberasi, dengan tidak membiarkan terjadinya pelanggengan terhadap eksplotasi ekonomi atas yang miskin oleh yang kaya.

Islam kemudian mengeluarkan konsep ekonomi kontributifnya melalui zakat dan sedekah. Di samping itu Nabi perlahan menutup semua peluang-peluang yang akan dapat orang-orang berkuasa gunakan untuk meraup keuntungan secara tidak adil dan memperdalam jurang kesenjangan ekonomi.

Pintu-pintu yang tertutup itu misalnya ialah dengan melarang membeli padi yang masih hijau di sawah, penimbunan, pasar gelap dan sebagainya. Perubahan berupa pembebasan ekonomi seperti inilah yang Nabi lakukan untuk menciptakan keadilan ekonomi di wilayah Arab.

Pembebasan kemanusiaan

Tindakan liberative lainnya yang Nabi lakukan sebagai sebuah misi kenabiannya ialah, membebaskan manusia dari keterjajahan dari manusia yang lain. Nabi perlahan menghapuskan perbudakan dengan menjadikan pembebasan terhadap budak sebagai opsi pertama dalam kifarat.

Langkah yang Nabi lakukan merupakan sebuah simbol yang menunjukkan bahwa Islam dengan ajaran yang ia bawa memberi pesan bahwa semua manusia sama di hadapan Allah. Dalam mempromosikan konsep kesetaraan inilah kemudian Nabi memasukkan nilai absolut yang menjadi pembeda manusia. Yaitu hanya ketakwaannya, bukan status sosialnya.

Aksi liberasi ini Nabi tunjukkan dengan memerdekakan serang budak berkulit hitam bernama Bilal bin Rabah. Hingga kemudian tidak hanya menjadi merdeka namun juga Nabi minta untuk menjadi muazin.

Dalam sekejap perubahan status sosial Bilal yang sebelumnya hanyalah seorang budak yang tidak memiliki kemerdekaan terhadap diri itu terbebaskan oleh nabi menjadi seseorang yang mulia dan mengumandangkan azan. Inilah sebuah tindakan liberasi yang revolusioner yang Nabi lakukan.

Pembebasan sosial

Islam sebagaimana yang Nabi ajarkan tidak pernah memaksakan keyakinannya kepada orang lain. Meskipun Islam adalah agama tauhid, namun Nabi tidak serta merta menghunuskan pedangnya untuk memberantas penyembahan kepada selain Allah pada saat itu.

Liberasi agama yang Nabi usung terlihat dari nilai-nilai toleransi yang Nabi bawa ke tanah Arab yang sangat tinggi rasa kesukuannya. Sebelumnya telah tersebutkan bahwa perseteruan di dalam bangsa Arab dapat saja terpicu oleh hal-hal yang remeh, yang menandakan tidak adanya konsep inklusifitas dalam masyarakat Arab pra Islam.

Mereka sangat eksklusif yang walaupun hidup bersebelahan namun tidak pernah berdamai. Lalu Nabi datang dengan prinsip perdamaian. Nabi mencontohkan bagaimana hidup berdampingan dengan rukun dan penuh toleransi.

Nabi membebaskan konsep Masyarakat yang awalnya eksklusif menjadi inklusif dengan mendorong masyarakat Arab untuk dapat bersikap toleran terhadap perbedaan baik suku, budaya maupun agama. Kerukunan melalui toleransi ini dapat kita lihat dari kehidupan Nabi dan umat Islam yang damai dan rukun di tengah umat-umat lain dari agama Kristen maupun Yahudi yang tinggal di Madinah pada saat itu. []

 

Tags: Arab JahiliyahislamMaulid NabiMisi Pembebasan Nabisejarah
Rahmah Eka Saputri

Rahmah Eka Saputri

  • Ibu muda. Penulis lepas. Alumni Aqidah Filsafat Islam UIN Padang dan UIN Bukittinggi. Tertarik pada kajian Islam, gender dan pemikiran. Merupakan bagian dari Pimpinan Wilayah Nasyiatul Asyiah (PWNA) Sumatera Barat

Terkait Posts

Puser Bumi

Ulama Perempuan sebagai Puser Bumi

21 Mei 2025
Peran Aisyiyah

Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

20 Mei 2025
Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas

Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

20 Mei 2025
Bangga Punya Ulama Perempuan

Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

20 Mei 2025
Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pengepungan di Bukit Duri

    Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Fiqh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hadits-hadits yang Membolehkan Azl

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulama Perempuan sebagai Puser Bumi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • KB dalam Pandangan Fiqh
  • Catcalling Masih Merajalela: Mengapa Kita Tidak Boleh Diam?
  • Hadits-hadits yang Membolehkan Azl
  • Film Pengepungan di Bukit Duri : Kekerasan yang Diwariskan
  • Pengertian dan Hadits Larangan Melakukan Azl

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version