Senin, 15 September 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Pengaburan Femisida

    Di Balik Topeng Penyesalan: Narasi Tunggal Pelaku dan Pengaburan Femisida

    Bincang Syariah Goes to Campus

    Kemenag Gelar Blissful Mawlid “Bincang Syariah Goes to Campus” Ajak Generasi Muda Rawat Bumi

    Ulama Perempuan KUPI

    Doa, Seruan Moral, dan Harapan Ulama Perempuan KUPI untuk Indonesia

    Ulama Perempuan KUPI yang

    Nyai Badriyah Fayumi: Maklumat Ulama Perempuan KUPI untuk Menyelamatkan Indonesia

    Ekoteologi

    Forum Rektor Bersama Gusdurian Dorong Ekoteologi Kampus

    Tuntutan 17+8

    Kamala Chandrakirana: Demokrasi Indonesia Hadapi “Krisis dalam Krisis”

    Keselamatan Bangsa

    Jaringan KUPI Akan Gelar Doa Bersama dan Maklumat Ulama Perempuan Indonesia

    Deligitimasi Otoritas

    Agama, Rakyat, dan Proses Delegitimasi Otoritas

    Nyai Badriyah

    Nyai Badriyah Fayumi: Gus Dur Selalu Letakkan Kemanusiaan di Atas Politik

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Content Creator

    Kontenisasi Murid: Ketika Guru Merangkap Content Creator

    Bissu

    Bissu dan Identitas Gender: Melampaui Konsep Gender Biner Barat

    Nilai Asih-asuh

    Integrasi Nilai Asih-asuh dalam Tafsir Al-Qur’an: Sebuah Telaah Tematik

    Akurasi data

    Akurasi Data Masih Jadi Problematika, Kapan Inkusivitas akan Mengada?

    Terjebak dalam Kehidupan

    Mengapa Kita Sering Terjebak dalam Kehidupan?

    Pengguna Kursi Roda

    Salatnya Pengguna Kursi Roda itu Bukan Ruhsah, tapi Azimah

    Korban Femisida

    Stop Bullying Korban Femisida!

    Bincang Syariah Goes to Campus

    Kemenag Gelar Blissful Mawlid “Bincang Syariah Goes to Campus” Ajak Generasi Muda Rawat Bumi

    Negara, Kekuasaan

    Negara, Kekuasaan, dan Problematika Kemanusiaan

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Pinjol

    Ketika Game Online Menjerat Anak ke Dalam Jebakan Pinjol

    Adil Gender

    Membangun Masa Depan yang Setara dengan Parenting Adil Gender

    Kekerasan Terhadap Anak

    Rumah yang Tak Lagi Aman: Darurat Kekerasan terhadap Anak

    Malaysia

    SIS Forum Peringatkan: RUU Mufti 2024 Bisa Menyeret Malaysia ke Arah Otoritarianisme

    Pasca Perceraian

    SIS Forum Mari Perjuangkan Hak Finansial Perempuan Malaysia Pasca Perceraian  

    Anak

    Jangan Didik Anak dengan Cara Kekerasan

    Ojol

    Aksi Solidaritas Beli Makanan untuk Ojol di Indonesia dari SIS Forum Malaysia

    Abul ‘Ash

    Abul ‘Ash bin Ar-Rabi’: Menantu Nabi yang Tetap Menjaga Pernikahan Meski Beda Keyakinan

    Makkah

    Ketika Nabi Muhammad Saw Pulang ke Makkah

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Pengaburan Femisida

    Di Balik Topeng Penyesalan: Narasi Tunggal Pelaku dan Pengaburan Femisida

    Bincang Syariah Goes to Campus

    Kemenag Gelar Blissful Mawlid “Bincang Syariah Goes to Campus” Ajak Generasi Muda Rawat Bumi

    Ulama Perempuan KUPI

    Doa, Seruan Moral, dan Harapan Ulama Perempuan KUPI untuk Indonesia

    Ulama Perempuan KUPI yang

    Nyai Badriyah Fayumi: Maklumat Ulama Perempuan KUPI untuk Menyelamatkan Indonesia

    Ekoteologi

    Forum Rektor Bersama Gusdurian Dorong Ekoteologi Kampus

    Tuntutan 17+8

    Kamala Chandrakirana: Demokrasi Indonesia Hadapi “Krisis dalam Krisis”

    Keselamatan Bangsa

    Jaringan KUPI Akan Gelar Doa Bersama dan Maklumat Ulama Perempuan Indonesia

    Deligitimasi Otoritas

    Agama, Rakyat, dan Proses Delegitimasi Otoritas

    Nyai Badriyah

    Nyai Badriyah Fayumi: Gus Dur Selalu Letakkan Kemanusiaan di Atas Politik

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Content Creator

    Kontenisasi Murid: Ketika Guru Merangkap Content Creator

    Bissu

    Bissu dan Identitas Gender: Melampaui Konsep Gender Biner Barat

    Nilai Asih-asuh

    Integrasi Nilai Asih-asuh dalam Tafsir Al-Qur’an: Sebuah Telaah Tematik

    Akurasi data

    Akurasi Data Masih Jadi Problematika, Kapan Inkusivitas akan Mengada?

    Terjebak dalam Kehidupan

    Mengapa Kita Sering Terjebak dalam Kehidupan?

    Pengguna Kursi Roda

    Salatnya Pengguna Kursi Roda itu Bukan Ruhsah, tapi Azimah

    Korban Femisida

    Stop Bullying Korban Femisida!

    Bincang Syariah Goes to Campus

    Kemenag Gelar Blissful Mawlid “Bincang Syariah Goes to Campus” Ajak Generasi Muda Rawat Bumi

    Negara, Kekuasaan

    Negara, Kekuasaan, dan Problematika Kemanusiaan

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Pinjol

    Ketika Game Online Menjerat Anak ke Dalam Jebakan Pinjol

    Adil Gender

    Membangun Masa Depan yang Setara dengan Parenting Adil Gender

    Kekerasan Terhadap Anak

    Rumah yang Tak Lagi Aman: Darurat Kekerasan terhadap Anak

    Malaysia

    SIS Forum Peringatkan: RUU Mufti 2024 Bisa Menyeret Malaysia ke Arah Otoritarianisme

    Pasca Perceraian

    SIS Forum Mari Perjuangkan Hak Finansial Perempuan Malaysia Pasca Perceraian  

    Anak

    Jangan Didik Anak dengan Cara Kekerasan

    Ojol

    Aksi Solidaritas Beli Makanan untuk Ojol di Indonesia dari SIS Forum Malaysia

    Abul ‘Ash

    Abul ‘Ash bin Ar-Rabi’: Menantu Nabi yang Tetap Menjaga Pernikahan Meski Beda Keyakinan

    Makkah

    Ketika Nabi Muhammad Saw Pulang ke Makkah

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Memaknai Kembali Tips Mencari Jodoh Ala Nabi

Siapa yang tidak menginginkan menikah dengan seseorang yang memiliki harta berkecukupan, lahir dari trah yang baik serta terhormat, berparas menawan, serta paham ajaran agama dengan baik? Siapapun pasti menginginkan takdir untuk mendapatkan paket lengkap tersebut

Aspiyah Kasdini RA Aspiyah Kasdini RA
5 Oktober 2022
in Personal, Rekomendasi
0
Tips Mencari Jodoh Ala Nabi

Tips Mencari Jodoh Ala Nabi

603
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ada sebuah hadis masyhur di kalangan umat Muslim yang selalu menjadi pedoman saat seseorang telah memasuki fase pencarian jodoh. Seperti tips mencari jodoh ala Nabi. Hadis tersebut bahkan tertulis hampir di setiap bab nikah dalam kitab-kitab Hadis maupun Fikih.

Hadits itu berbunyi, “Perempuan (dan juga laki-laki) dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, garis keturunannya, keelokan rupanya, dan agamanya. Maka pilihlah perempuan/laki-laki yang taat beragama, niscaya engkau beruntung.” (HR. Bukhori no. 5090).

Empat perkara tersebut memang menjadi indikator tips mencari jodoh ala Nabi, dan harapan hampir setiap manusia, jika ia memiliki pasangan nikah kelak. Siapa yang tidak menginginkan menikah dengan seseorang yang memiliki harta berkecukupan, lahir dari trah yang baik serta terhormat, berparas menawan, serta paham ajaran agama dengan baik? Siapapun pasti menginginkan takdir untuk mendapatkan paket lengkap tersebut.

Akan tetapi, jika merujuk pada kriteria-kriteria tersebut, tentu akan sulit menemukan sosok yang sempurna untuk dijadikan pendamping. Oleh karena itu, Kanjeng Nabi Muhammad Saw. kembali menegaskan perihal hal ini:

“Jangan menikahi perempuan/laki-laki karena keelokan rupanya, karena bisa jadi parasnya yang menawan itu akan memburukkannya; dan jangan menikahi perempuan/laki-laki karena hartanya, bisa jadi hartanya membuatnya melampui batas. Tetapi, nikahilah perempuan/laki-laki atas perkara agamanya. Sungguh hamba sahaya perempuan/laki-laki yang sebagian hidungnya terpotong lagi berkulit hitam tapi taat beragama adalah lebih baik.” (HR. Ibnu Majah No. 1859).

Kriteria Jodoh Ala Nabi

Ya, di antara semua tips mencari jodoh ala Nabi itu, beliau sangat memprioritaskan “taat beragama,” sebagai syarat mutlak dalam mencari jodoh yang akan kita nikahi. Namun harus kita ketahui bersama pula, taat beragama di sini harus secara menyuluruh. Tidak cukup dengan menjalankan lima rukun Islam dengan baik sebagai bentuk ketaatan yang bersifat vertikal, namun juga ketaatan sosial yang bersifat horizontal.

Banyak orang tua yang terjebak, dengan melihat seorang pemudi/pemuda yang hafal Alquran, hafal banyak nadzam kitab kuning, khatam banyak kitab klasik, langsung serta merta mencap sosok tersebut sebagai sosok yang sangat paham akan ajaran agama, sehingga memaksa putra maupun putrinya untuk setuju atas calon yang orang tua ajukan. Akan tetapi saat telah menjalani biduk pernikahan, sang anak justru merasa terpenjara dan tersiksa atas perlakukan dan sikap pasangan yang orang tuanya pilihkan ini.

Tidak bermaksud mendeskreditkan siapapun, tetapi yang ingin saya tekankan, siapapun itu jangan mudah tergoda dengan title keagamaan yang dimiliki seseorang, karena itu bukan menjadi jaminan bagaimana seseorang itu akan bersikap pada sesama, khususnya pasangan kawinnya.

Sebagaimana yang Kanjeng Nabi sampaikan tadi “Sungguh hamba sahaya perempuan/laki-laki yang sebagian hidungnya terpotong lagi berkulit hitam tapi taat beragama adalah lebih baik,” dengan artian penghayatan seseorang atas ajaran agama yang tampak dalam sikap/akhlaknya itu adalah poin utamanya.

Metode Ta’wil Buya Husein

Lantas, untuk dapat memiliki satu kriteria saja tampaknya sulit, apalagi semuanya. Apakah mungkin untuk pemuda/pemudi Muslim yang saat ini belum menikah mendapatkan calon dengan kriteria-kriteria yang disampaikan Nabi tersebut?

Mengingat jumlah kaum hartawan tidak sebanding dengan jumlah kaum ekonomi kebanyakan, jumlah trah ningrat maupun tokoh berpengaruh yang sulit kita jangkau, standar kecantikan maupun ketampanan yang terlalu tinggi, juga sosok-sosok yang mempelajari agama namun diragukan.

Jawabannya tentu saja mungkin, karena tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Kalau kata Prof. Suwito, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, “mungkin segalanya mungkin.” Tugas kita masing-masing untuk mengubah yang mungkin tersebut menjadi satu kepastian.

Salah satu jalan alternatif untuk meraih kepastian itu adalah melihat makna lain yang terkandung dalam hadis tersebut. Buya KH Hussein Muhammad sangat menyukai metode ta’wil dalam menggali makna teks, dan melalui metode ini, teks akan bersifat dinamis sepanjang masa.

Harta

Kalau selama ini mal atau harta identik dengan materi yang berkecukupan, bagaimana nasib para jomlo dengan pendapatan UMR, yang untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya saja terkadang pas-pasan. Sungguh mustahil bagi kebanyakan untuk dapat berani memutuskan menikah pada akhirnya.

Padahal banyak ulama nusantara yang memberikan nasihat, salah satunya seperti maqalah KH. Kafabihi Mahrus pada NU.Online, “kalau santri berani menikah tanpa didahului kerja itu kerna santri husnudzon soal rezeki sudah ada yang mengatur.”

Nah, nasihat ini tentu memiliki dasar, seperti bunyi HR. Ibnu Hibban yang menyatakan bahwa rizki itu akan mengejar seseorang walaupun seseorang itu menjauh darinya. Bagaimana agar teks-teks tersebut saling berkaitan? Jangan definisikan harta sebagai sesuatu yang bersifat materi fisik, melainkan jadikan sebagai salah satu kemampuan yang harus setiap jomlo Muslim miliki atas harta, sebesar apapun itu.

Jika setiap diri memiliki penguasaan terhadap harta yang dimiliki dengan baik dan bijak, di situlah rizki tersebut akan cukup dan berkah. Sering kita temui, keluarga-keluarga dengan ekonomi di bawah rata-rata dan mereka tetap dapat menikmati hidup dengan bahagia. Itu karena mereka dapat merasa cukup atas rizki yang Tuhan berikan.

Banyak sedikitnya harta yang kita miliki tidak menjadi jaminan kebahagiaan seseorang. Banyak orang kaya yang tidak bahagia, banyak juga orang miskin yang tidak bahagia. Bukan karena jumlah harta, tapi karena hilangnya rasa syukur dalam dada. Oleh karena itu, menikahlah dengan seseorang yang memiliki kemampuan mengolah harta dengan baik (termasuk diri kita sendiri). Sehingga dengan demikian, pernikahan kita akan berkecukupan dan membahagiakan secara ekonomi.

Garis Keturunan

Mustahil bagi rakyat kebanyakan menikah dengan seorang putri/pangeran, bangsawan, anak tokoh dan pemuka agama, maupun masyarakat elit atas yang terkadang kita tidak memiliki akses di circle tersebut. Namun hal tersebut tidak menjadi hambatan untuk kita menikah dengan seseorang seperti yang Nabi sampaikan.  Lihasabiha, dengan makna bagaimana seseorang tersebut menjalin hubungan dengan orang-orang terdekatnya.

Ya, saat kita hendak menikahi seseorang, kita harus melihat nasabnya. Artinya kita harus melihat bagaimana dia bersikap kepada kedua orang tuanya, saudara-saudaranya, kakek-neneknya, dan keluarga besarnya. Jika ia memiliki perilaku baik dan dapat mengelola konflik keluarga dengan baik, maka ia masuk dalam kriteria ini.

Apabila dalam relasi keluarga yang ia miliki saja dia mampu bersikap dengan baik dan bijak, maka saat membina rumah tangga denganmu ia juga akan berusaha untuk menjadi pribadi yang sama, asalkan kamu juga melakukan hal yang serupa.

Sebagaimana kita tahu, garis keturunan tidak menjamin kebahagiaan hidup seseorang. Berapa banyak ratu, raja, pangeran dan serupanya yang memiliki keistimewaan tersebut. Akan tetapi tidak mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupan pernikahannya. Oleh karena itu, lihasabiha dalam teks tersebut dapat kita maknai sebagai kecakapan seseorang dalam berperilaku dan mengelola konflik yang ada dalam relasi keluarga yang dia miliki.

Keelokan Rupa

Karena tiap orang memiliki mata masing-masing, maka sesungguhnya standar kecantikan pada umumnya tidaklah berlaku. Sehingga saat ingin memutuskan menikah dengan seseorang, bukan pada paras fisiknya yang menjadi poin utama. Melainkan sesuatu yang melekat pada diri dia yang menjadikannya istimewa menurut pandanganmu.

Entah karena kesabarannya, sikap mengalahnya, santunnya, lembutnya, tegasnya, kecerdasannya, kerja kerasnya, apapun itu yang menurutmu menjadi nilai plus yang ada dalam diri dia. Keelokan seperti ini tidak akan luruh termakan masa, karena ia melekat pada diri. Walaupun sudah keriput, saat kau melihat kesabarannya, santunnya, di saat itu pula kamu akan melihat keelokan rupa yang mendamaikan hatimu.

Keelokan yang selalu membuatmu bertahan dalam beragam dinamika kehidupan pernikahan, karena bagaimanapun keistimewaan itu hanya pasanganmu yang punya. So, temukan apa yang istimewa pada sosok seseorang yang akan kamu nikahi. Itulah hakikat keelokan rupa yang ‘mungkin’ dimaksudkan Kanjeng Nabi.

Agamanya

Seperti yang telah saya paparkan sebelumnya. Faktor agama adalah bagaimana seseorang menghayati ajaran agamanya dalam praktik kehidupan sebagai hamba dan makhluk sosial yang baik. Jika telah memenuhi semua faktor tersebut, maka tidak mustahil bagi siapapun untuk menikah dengan pasangan yang ia damba. Kemudian lolos berdasarkan kriteria yang diberikan oleh Kanjeng Nabi. Sehingga, kehidupan pernikahan yang sakinah mawaddah rahmah wa mubadalah pun akan tercipta. Wallahu A’lam Bishshawwaab. []

 

Tags: JodohKesalinganMetode Ta'wilperkawinanpernikahanRelasiSunah Nabi
Aspiyah Kasdini RA

Aspiyah Kasdini RA

Alumni Women Writers Conference Mubadalah tahun 2019

Terkait Posts

Content Creator
Publik

Kontenisasi Murid: Ketika Guru Merangkap Content Creator

15 September 2025
Nilai Asih-asuh
Keluarga

Integrasi Nilai Asih-asuh dalam Tafsir Al-Qur’an: Sebuah Telaah Tematik

15 September 2025
Abul ‘Ash
Pernak-pernik

Abul ‘Ash bin Ar-Rabi’: Menantu Nabi yang Tetap Menjaga Pernikahan Meski Beda Keyakinan

13 September 2025
Film Rumah untuk Allie
Film

Film Rumah untuk Allie: Ketika Lingkungan Terdekat Gagal Menjadi Ruang Aman

13 September 2025
Refleksi Maulid
Publik

Refleksi Maulid sebagai Alarm Sosial: Dari Quraisy ke Oligarki

8 September 2025
Maulid Nabi
Hikmah

Maulid Nabi: Cahaya bagi Kaum Tertindas

5 September 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Film Girl in The Basement

    Kekerasan dalam Film Girl in The Basement

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Akurasi Data Masih Jadi Problematika, Kapan Inkusivitas akan Mengada?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jangan Didik Anak dengan Cara Kekerasan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • SIS Forum Mari Perjuangkan Hak Finansial Perempuan Malaysia Pasca Perceraian  

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Di Balik Topeng Penyesalan: Narasi Tunggal Pelaku dan Pengaburan Femisida

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Ketika Game Online Menjerat Anak ke Dalam Jebakan Pinjol
  • Kontenisasi Murid: Ketika Guru Merangkap Content Creator
  • Membangun Masa Depan yang Setara dengan Parenting Adil Gender
  • Bissu dan Identitas Gender: Melampaui Konsep Gender Biner Barat
  • Rumah yang Tak Lagi Aman: Darurat Kekerasan terhadap Anak

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID