Mubadalah.id – Dalam proses tumbuh kembang anak, banyak orangtua terlalu fokus pada asupan nutrisi atau stimulasi kognitif semata. Padahal, faktor lain yang tak kalah penting adalah lingkungan sosial. Faktor inilah yang akan membentuk cara anak berinteraksi, berbicara, bahkan menyerap pengetahuan dan nilai-nilai kehidupan.
Maria Ulfah Anshor, dalam bukunya Parenting With Love, menegaskan bahwa lingkungan sosial sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku sosial anak. Anak yang terbiasa berinteraksi dalam lingkungan yang sehat cenderung memiliki kemampuan adaptasi dan empati yang lebih baik.
Namun justru di titik ini, tantangan itu hadir. Tidak semua nilai dalam pergaulan sosial memberi dampak positif. Karena secara psikologis, mereka memang belum memiliki kemampuan memilah mana yang baik dan mana yang buruk. Ketika proses tumbuh kembang ini tidak didampingi secara aktif oleh orangtua atau guru, risiko anak menyerap nilai-nilai destruktif pun meningkat.
Salah satu contoh nyata adalah pengaruh teman sebaya. Dalam banyak kasus, teman sebaya menjadi contoh bagi anak dalam menentukan sikap dan tindakan. Bukan karena mereka lebih tahu, tapi karena relasi emosional yang ia bangun terasa lebih relevan daripada nasihat orang dewasa.
Termasuk, saat komunikasi di rumah tak terbuka, anak bisa mencari pelarian ke lingkaran sosialnya. Bahkan tidak sedikit mencoba hal-hal yang dilarang seperti merokok, narkoba, atau mengakses konten pornografi.
Fenomena ini menegaskan bahwa konstruksi sosial dalam kehidupan anak tidak bisa kita anggap remeh. Anak membutuhkan kehadiran orang dewasa yang aktif untuk mendidik dan membimbingnya.
Dengan begitu, jika orang tua bisa membimbing anak dengan memanfaatkan lingkungan sosial. Maka ia bisa menjadi ladang subur bagi tumbuhnya karakter yang kuat, empatik, dan sehat. []