Mubadalah.id – Keragaman budaya dan suku yang dimiliki oleh Indonesia sebagai bangsa yang multi etnik, menambah kekayaan kebudayaan yang dimiliki Indonesia. Salah satu kota yang berada di bagian timur Jawa Barat yaitu Cirebon, memiliki banyak potensi tersebut dan dapat dijadikan destinasi wisata budaya religi. Destinasi ini belum dieksplorasi secara meluas untuk dikenal secara nasional maupun internasional.
Cirebon memiliki keragaman suku dan akulturasi dari berbagai suku bangsa, melahirkan masyarakat yang heterogen yaitu suku Cirebon. Mayoritas penduduk pribumi beragama Islam, latar belakang sejarah Indonesia seperti masuknya agama Hindu-Budha pada abab ke 4. Hadirnya bangsa Asing ke Cirebon, seperti Belanda, China, Timur Tengah, menambah warna dan menjadi kekayaan budaya yang dimiliki masyarakat Cirebon.
Sebagai kota yang penuh dengan sejarah, Kota ini meninggalkan aset budaya yang bisa kita nikmati sampai saat ini. Selain itu, ketokohan para wali di Cirebon sangat memberi dampak yang sangat positif bagi masyarakat dalam menjalani proses kehidupan. Nilai-nilai yang tertanam di dalamnya adalah ramah-tamah, sopan-santun, arif-bijaksana, toleransi, dan gotong royong.
Semua hal tersebut tercermin dalam adat-tradisi yang sampai saat ini masih di lestarikan oleh masyarakat. Dalam sejarah di Babad Cerbon karya P. S. Sulendraningrat, 1986 menyebutkan bahwa Cirebon merupakan kota yang telah terbentuk sejak abad ke-15 M.
Dari sebuah desa nelayan yang tak begitu bermakna, Cirebon kemudian berkembang secara bertahap, dan pada abad ke-16 kota ini telah tumbuh menjadi Ibukota kerajaan merdeka yang dilengkapi dengan keraton, masjid, alun-alun, pasar, jaringan jalan darat dan air, pelabuhan, benteng yang melindungi areal sekitar 50 hektar, serta taman kerajaan baru yang dibangun dua abad berikutnya.
Dengan keadaan seperti itu para leluhur memformulisasikan budaya dan tradisi sehingga banyak peninggalan bangunan-bangunan tua, seperti keraton, masjid, petilasan, kelenteng, gereja, gedung-gedung, stasiun, taman, dan lain sebagainya. Menjadikan ciri khas kota Cirebon, yang sampai saat ini sebagian masih dilestarikan.
Budaya dan tradisi di Jawa terutama di Cirebon sangat dipengaruhi oleh kedatangan Hindu-Budha, dan Islam. Sebuah cerita menyatakan bahwa kedatangan agama-agama tersebut datang tanpa menggunakan kekerasan atau peperangan, ini dikarenakan masyarakat Jawa yang ramah dan santun dalam menerima tamu/pendatang.
Saat ini di di Cirebon banyak imigran dari China, Arab, India, Tionghoa, dan banyak etnis lain kian bertambah, maka komposisi penduduk kota pun kian majemuk. Kendati kala itu, Kesultanan Cirebon didirikan untuk menunjang syiar Islam, namun tetap adanya sikap toleran terhadap kemajemukan sosial budaya, sebagai contoh orang-orang Tionghoa dapat beribadah dan membangun sarananya.
Potensi Wisata Budaya
Dalam naskah Carita Purwaka Caruban Nagari (CPCN) (Atja, 1986) diungkapkan Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) merupakan keponakan Haji Abdullah Imam (Walangsungsang) dengan gelar Pangeran Cakrabuana, pendiri kerajaan Pakungwati di Cirebon kemudian kerajaan tersebut diserahkan kepada Syarif Hidayatullah sebagai sultan pertama di kerajaan Cirebon.
Dalam perjalanannya Kerajaan Cirebon terpecah menjadi kesultanan Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan (Hariyanto, 2015). Cirebon memliki potensi wisata religi, d imana terdapat sebuah peningggalan seni budaya dan tradisi meliputi keraton-keraton, makam dan petilasan para wali, bangunan atau gedung kolonial Eropa, tempat beribadah berbagai agama, dan berbagai bangunan tua.
Di mana beberapa peninggalan seni budaya tersebut yang sampai saat ini masih dilestarikan serta terjaga. Ini bisa dijadikan sebuah obyek wisata keraton, obyek wisata ziarah, obyek wisata peninggalan kolonial, dan obyek wisata tempat beribadah berbagai agama.
J.W.K. Bakker (1994) mengungkapkan bahwa kebudayaan merupakan sesuatu yang khas insani. Lewat kebudayaan, manusia mengubah alam menjadi lebih manusiawi, berarti memanusiakan alam. Sekaligus, dalam kebudayaan itu manusia mewujudkan diri sehingga mencapai kepenuhan kemanusiaannya atau kebudayaan merupakan penciptaan, penertiban, dan pengolahan nilai-nilai insani. Apa yang diungkap Bakker sejalan dengan apa yang ada di Cirebon. Dari kebudayaan timbullah rasa toleransi terhadap perbedaan, menjadikan Cirebon menjadi kota yang majemuk.
Ikon Cirebon adalah wisata religi, hal ini karena kota ini menjadi Pusat Peradaban Islam di Nusantara. Peninggalan Islam sangatlah banyak, dan saat ini menjadi potensi Wisata Ziarah diantaranya adalah Makam Sunan Gunung Jati di Gunung Gembung Kecamatan Gunung Jati, kemudian Makam Mbah Kuwu Sangkan di Kecamatan Talun, Makam Nyi Mas Ganda Sari dan Makam Lemahtamba di Kecamatan Panguragan, Makam Syekh Magelung Sakti di Kecamatan Kapetakan, Makam Buyut Trusmi di Kecamatan Plered, dan berbagai peninggalan religi lainnya di Cirebon.
Selain wisata religi seni dan budaya, Cirebon juga memiliki alam yang sangat indah. Alam yang tercipta secara alami dan dapat dinikmati keindahannya. Adapun beberapa potensi alam yang bisa jadikan wisata alam yang indah diantaranya yaitu Batu Lawang terletak di Desa Cupang Kecamatan Gempol. Kemudian ada Situ Sedong terletak di Kecamatan Sedong, Setu Patok di Kecamatan Mundu, Banyu Panas Palimanan Gempol, Bukit Gronggong di Kecamatan Beber, dan Hutan Plangon di Kecamatan Sumber,
Tak ayal, akulturasi budaya terjadi di Cirebon sehingga memiliki budaya yang beragam. Terbukti dengan adanya peninggalan para wali yang sampai saat ini masih terjaga. Diceritakan oleh seorang Ahli Naskah Kuno Cirebon, Dr. R. Achmad Opan Safari Hasyim, M.Hum bahwa pusat peradaban Islam di Jawa Barat adalah di Cirebon.
“Bukti bahwa Cirebon pusat peradaban Islam sangatlah banyak, contohnya peninggalan Keraton, Masjid-Masjid Kuno, Makam Para Wali, dan berbagai macam petilasan yang tersebar di tanah Cirebon,” jelas Opan yang juga Ketua Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manasa Jawa Barat), kini beliau sudah meninggal dunia pada 13 Mei 2021 lalu.
Sebagai masyarakat Cirebon mari kita menjaga dan budaya warisan leluhur. Cirebon jika dikelola dengan baik, akan menjadi sebuah pusat Wisata Religi yang mampu mendatangkan wisatawan baik lokal maupun mancanegara. []