Sikap memanusiakan manusia atau memandang manusia secara mendasar sama dan derajat merupakan sikap humanis. Islam dengan semboyannya “Islam Rahmatan Lil Alamin” sangat menekankan sikap humanis tertanam di setiap sanubari manusia.
Pentingnya humanis ini dipandang sebagai sikap untuk menanggulangi ekstremisme kekerasan. Perlu diketahui, eskstremisme merupakan paham yang merujuk kepada paham yang sangat kuat dan mendalam atas suatu hal.
Bahkan, dapat dikatakan sebagai suatu keadaan atau tindakan menganut paham ekstrem berdasarkan pandangan agama, politik, dan sebagainya. Sikap ekstrem tidak dapat diterapkan dalam menyelesaikan masalah, terutama jika menyangkut hubungan antar agama, etnis, suku, maupun antar negara.
Sikap humanis bukan dilihat dari tampilan fisiknya, bahasanya, etnisnya, bahkan agamanya. Sebaliknya, sikap humanis diperlihatkan dari penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM), tidak boleh dibatasi oleh sekat-sekat primordialisme tersebut.
Primordialisme ialah sebuah pandangan atau paham yang memegang teguh hal-hal yang dibawa sejak kecil, baik mengenai tradisi, adat-istiadat, kepercayaan, maupun segala sesuatu yang ada di dalam lingkungan pertamanya.
Mewujudkan kemanusiaan yang hakiki tanpa ada rasa prasangka dan saling curiga. Sikap humanis perlu ditanamkan sejak dini. Agar sejak dini anak mulai terlatih untuk bersikap toleransi dan tenggang rasa terhadap sesama. Tindakan bullying yang kerap marak terjadi di institusi pendidikan menyebabkan anak baik pelaku maupun korban kehilangan rasa tepo sliro.
Dalam pitutur Jawa tepo sliro menjadi pedoman seseorang berlaku baik terhadap sesama. Sudah seharusnya pitutur tersebut menjadi kitab dalam masyarakat. Menumbuhkan sikap humanis dapat dilakukan dengan cara mendongeng.
Media mendongeng dapat dilakukan dengan menggunakan boneka tangan. Cara memainkannya pendongeng dapat mengambil tema dongeng misalnya Toleransi umat beragama. Pendongeng dapat memainkan lakon dengan boneka disesuaikan dengan suara dari pendongeng.
Perhatian anak akan terfokus pada suara, gerak boneka, dan alur cerita. Anak akan merekam setiap apa yang dilihat dan didengarnya. Deradikalisasi mendongeng dapat dikatakan sebagai program mencegah seorang anak memiliki paham radikal.
Mendongeng baik dilakukan untuk menanamkan pendidikan karakter bagi anak. Anak-anak menghadapi tantangan serius ketika pendidikan hanya sekedar menjadi industri yang memberikan keterampilan dan pengetahuan tanpa diperkuat dengan karakter.
Menurut Aloysius Budi Kurniawan dalam opininya yang berjudul “Mendidik Untuk Terampil Saja Tak Cukup”, mengatakan bahwa menurut Filsafat Yunani Platon pendidikan karakter diperlukan untuk mendidik manusia agar merdeka dari gejolak nafsu kenikmatan daging. Ibarat kata seperti orang yang diberi pisau, tetapi tidak pernah dibertitahu bahwa pisau ini hanya diperbolehkan untuk mengupas, nantinya pisau itu bisa digunakan untuk membunuh.
Oleh karena itu, mendongeng sama hal nya sebuah gerakan memberitahu, mengajarkan, menuturkan lewat sebuar cerita, dimana cerita tersebut mengandung pesan tersirat. Mendongeng dengan boneka tangan dengan latar belakang cerita binatang dari berbagai suku yang hidup tentram dan damai karena hidup saling menghormati.
Hal ini akan merasuk pada memori anak, untuk merekam setiap ucapan yang diceritakan yang dikemas dengan baik. Peran perempuan dan laki-laki sebagai orang tua sangat diperlukan untuk lebih dekat dengan anak.
Jadi, tidak hanya sosok perempuan yang menjadi ibu namun juga sosok laki-laki sebagai figur ayah. Mengingat pendidikan pertama yang didapat anak adalah dari lingkup keluarga. Sehingga sejak dini itulah anak mulai diajarkan pendidikan karakter dengan cara didongengkan dengan cerita-cerita yang memiliki pesan sisi kemanusiaan.
Perlu diakui, anak merupakan tunas bangsa yang perlu dijaga dan dididik dengan baik. Seorang anak lahir ke dunia dan dibesarkan supaya mampu menjadi tonggak keluarga, agama, bangsa dan negara. Oleh karena itu, sedari kecil setiap orang tua harus sigap dan tepat memberikan pendidikan yang tepat. Tujuannya agar anak menjadi seorang yang memiliki sikap humanis, budi pekerti dan rasa nasionalisme. []