• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Mengontrol Emosi Saat Puasa

Rasulullah sebagai uswatun hasanah dalam kehidupan juga memberi teladan kita dalam hal pola makan

Rasyida Rifa'ati Husna Rasyida Rifa'ati Husna
20/03/2024
in Personal
0
Mengontrol Emosi Saat Puasa

Mengontrol Emosi Saat Puasa

744
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Perut lapar saat berpuasa tidak hanya dapat menyebabkan badan terasa lemas, namun juga dapat memengaruhi perilaku seseorang untuk menjadi lebih emosional. Melansir dari hellosehat.com, fenomena itu disebut hangry, yaitu gabungan dari kata hungry (lapar) dan angry (marah). Lalu bagaimana caranya supaya kita dapat mengontrol emosi saat puasa, sehingga tidak mudah mengalami gejala semacam hangry ketika sedang puasa?

Hangry Terjadi Karena Otak Kekurangan Glukosa

Paul Currie, professor psikologi sekaligus pakar perilaku nafsu makan dalam Huffington Post mengatakan bahwa rasa lapar dapat mengubah seseorang menjadi sangat emosional. Hal itu bisa siapapun mengalaminya, bahkan orang penyabar sekalipun, bisa berubah menjadi agresif dan marah saat perutnya lapar.

Rupanya itu terjadi karena jumlah nutrisi glukosa akan perlahan turun sejak seseorang terakhir kali makan. Sementara glukosa adalah makanan utama bagi otak, maka otak pun akan ikut “lapar” dan bekerja lebih lambat untuk mengontrol emosi dan marah.

Makanan sebagai sumber energi utama bagi tubuh. Setiap makanan yang masuk ke dalam tubuh akan dicerna dan diubah menjadi glukosa yang kemudian mengalir ke dalam aliran darah beserta nutrisi lainnya untuk menyuplai energi bagi setiap sel dan jaringan tubuh.

Ketika kadar glukosa dalam tubuh terlalu rendah, otak akan mengirim sinyal ke tubuh untuk melepaskan hormon stres seperti adrenalin dan kortisol ke dalam aliran darah. Tujuannya untuk menyeimbangkan kembali kadar glukosa yang hilang.

Baca Juga:

Mengapa Waktu Berlalu Cepat dan Bagaimana Mengendalikannya?

Isu Perceraian Veve Zulfikar: Seberapa Besar Dampak Memiliki Pasangan NPD?

Stop Membandingkan, Mulai Menjalani: Life After Graduate

Jalan Menuju Pulih, Proses Berdamai dengan Gangguan Mental

Pelepasan hormon tersebut-lah yang membuat kita semakin sulit mengontrol emosi saat puasa. Di sisi lain, otak juga melepaskan hormon ghrelin yang diproduksi di perut untuk memicu rasa lapar. Namun, reseptor penerima sinyal ghrelin tersebar di seluruh tubuh, termasuk dalam hipotalamus otak. Selain merangsang rasa lapar, ghrelin juga menghasilkan respon kecemasan.

Kiat Mengendalikan Emosi

Ibadah puasa Ramadan yang saat ini umat muslim lakukan di Indonesia berlangsung selama 13-14 jam. Tentu membuat tubuh merasa lapar terutama di tengah panasnya siang hari. Sedangkan lapar membuat kita sulit untuk mengontrol emosi. Oleh sebab itu, kita perlu melatih diri agar mampu mengontrol emosi, sehingga tidak mudah mengalami gejala semacam hangry.

Sebagai alternatif solusi, kita dapat mengamalkan doa yang dipanjatkan oleh para pemuda Ashabul Kahfi berikut ini:

رَبَّنَآ اٰتِنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً وَّهَيِّئْ لَنَا مِنْ اَمْرِنَا رَشَدًا

“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami rahmat dari sisiMu dan mudahkanlah bagi kami petunjuk untuk segala urusan kami.” (QS. al-Kahfi [18]: 10).

Doa ini mengandung dua pelajaran, yaitu doa agar Allah menurunkan rahmat dan petunjuk sehingga kita mendapat jalan keluar dari masalah yang kita hadapi dan ikhtiar yang harus kita lakukan.

Pertama, doa dalam hal ini supaya kita dapat mengelola emosi terutama marah. Misalnya, Rasulullah mengajarkan umat muslim untuk berdoa agar terhindar dari marah. Diriwayatkan, Sayyidah Ummu Salamah pernah meminta doa kepada Nabi Saw, lalu beliau memberi ijazah doa berikut:

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ ذَنْبِيْ ، وَأَذْهِبْ غَيْظَ قَلْبِيْ ، وَأَجِرْنِيْ مِنَ الشَّيْطَانِ

“Ya Allah, mohon ampuni dosaku; mohon hilangkan kemarahan hatiku; dan mohon selamatkan aku dari kesesatan fitnah setan.” (HR. Ahmad)

Teladan Rasul dalam Menjaga Pola Makan

Adapun ulama saleh terdahulu juga banyak mengajarkan amalan untuk mengontrol diri dari kemarahan. Faedah dari Imam Syafi’i misalnya, yaitu membaca surah al-Insyirah sebanyak tujuh kali dengan meletakkan tangan kanan di perut kiri (bagian lambung) supaya seseorang dapat mudah mengontrol emosi marah. Selain itu beliau juga mengajarkan agar membacanya setiap ketika akan makan agar tidak mudah lapar terutama saat puasa.

Kedua, dengan ikhtiar. Kembali merujuk hellosehat.com bahwa hangry disebabkan oleh makanan tidak sehat yang sering kita konsumsi. Seperti junk food yang umumnya memproduksi glukosa dalam jumlah besar. Ini membuat makanan terproses dengan cepat sehingga anda juga cepat merasa lapar kembali.

Pada akhirnya, makanan tersebut tetap akan membuat kita semakin merasa ingin marah saat lapar datang kembali (hangry). Jadi, memilih makanan kaya nutrisi terutama saat kita sahur itu sangat penting. Hal ini dapat membuat perut kita kenyang lebih lama, tanpa menumpuk kalori.

Rasulullah sendiri sebagai uswatun hasanah dalam kehidupan juga memberi teladan kita dalam hal pola makan, beliau ketika bangun tidur tidak memakan atau minum apapun kecuali dengan madu. Sebagaimana berbagai studi menyatakan bahwa madu itu sangat bagus untuk pencernaan.

Agar badan kita selalu segar dan tidak mudah lapar atau mengalami hangry saat menjalankan puasa, maka ketika makan sahur kita bisa mencontoh Nabi Saw, yaitu dengan minum madu yang dicampur dengan air. Adapun caranya air segelas dituang madu lalu kita biarkan dan didiamkan semalaman baru kita aduk ketika akan diminum.

Rekomendasi Imam al-Ghazali

Ikhtiar lain yaitu dengan memperluas pengetahuan. Di mana bulan Ramadan ini, kita semakin mudah dalam mendapatkan siraman ruhani yang bertebaran di berbagai media. Misalnya, kita bisa membaca beberapa tips rekomendasi dari Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin pada bab tentang marah, maka kita memiliki wawasan untuk mengatasi rasa marah yang bergejolak:

Pertama, menyadari bahwa pahala menahan amarah itu sangat besar. Kedua, menakut-nakuti diri terhadap siksa Allah bagi orang yang melampiaskan kemarahannya. Ketiga, memperingatkan diri terhadap risiko ‘serangan balasan’ dari pihak yang menjadi sasaran kemarahan kita. Keempat, menyadari bahwa orang yang marah itu lebih mirip binatang buas.

Tips-tips tersebut hanya berupa pengetahuan. Maka tugas kita adalah mempraktikkan tips-tips tersebut, agar berubah menjadi pengalaman aktual. Misalnya, jika kita membaca kolom komentar di medsos yang bernuansa cibiran, hinaan, dan hate speech lainnya; maka kita berlatih tidak mudah terprovokasi untuk membalasnya.

Sama halnya, jika kita terbiasa menulis komentar pedas pada akun-akun kontroversial, maka di bulan suci ini perlu diminimalisasi, bahkan kalau bisa dieliminasi. Semua ini berdasarkan pesan suci Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA:

“Jangan mencela ketika engkau sedang berpuasa. Jika ada orang mencelamu, maka katakanlah: ‘sungguhnya aku sedang berpuasa’.” (HR. Ahmad).

Hadis ini mengajarkan agar kita mengontrol diri (emosi) agar tidak mudah mencela dan tidak terprovokasi oleh celaan orang lain, karena khawatir pahala puasa menjadi hangus, sehingga kita hanya merasakan lapar dan dahaga, tanpa pahala. []

Tags: Ibadah PuasaKesehatan MentalMengontrol Emosipuasaramadan
Rasyida Rifa'ati Husna

Rasyida Rifa'ati Husna

Terkait Posts

Bangga Punya Ulama Perempuan

Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

20 Mei 2025
Aeshnina Azzahra Aqila

Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

20 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Noble Silence

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

17 Mei 2025
Suami Pengangguran

Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!
  • KB dalam Pandangan Islam
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version