Mubadalah.id- Peringatan tahunan ini yang pasti dirayakan di beberapa sekolah. Hari guru tampaknya jadi sebuah ajang dalam mengucapkan terimakasih atas segala peran dan beban yang para guru jalani. Perayaannya tak hanya tersampaikan melalui ucapan para siswa-siswi dalam sekolah. Tetapi juga melalui berbagai media, ucapan juga muncul sebagai bentuk penghargaan bahwa guru jadi salah satu pahlawan dalam pendidikan.
Memperingati Hari Guru
Pahlawan tanpa tanda jasa, tersemat dalam lagu yang dipersembahkan untuk guru tadi. Walau sebenarnya hal ini sangat salah kaprah, tetapi realitanya masih banyak guru yang mengalami hal ini. Peringatan hari guru bukan hanya terkait perayaan semata. Ada kerja keras menjadi guru yang mereka lakukan untuk perkembangan pendidikan di negeri yang mereka cintai ini.
Sehari dalam setahun ini biasanya mereka dapatkan dengan penuh suka cita dari semua siswa-siswi nya di sekolah. Ucapan terimakasih, rasa sayang dan juga kepedulian muncul untuk menghargai jasa yang telah mereka lakukan. Dan sampai selamanya, walau saya sudah tidak menginjakkan kaki sebagai siswa di sekolah saya akan selalu berterimakasih pada semua guru yang pernah hadir dalam perjalanan saya.
Guru dan senjatanya untuk dunia pendidikan
Sebuah sistem tidak akan pernah berjalan baik tanpa mereka yang menggerakkannya. Sistem hanya sebuah alat, dan peran manusia di dalamnya yang menentukan sebuah keberhasilan sistem tersebut. Hal ini sama seperti sebuah pendidikan, yang mana sekolah menjadi salah satu tempat mendalami pendidikan tadi.
Sebenarnya sekolah bukan satu-satunya bentuk dari pendidikan itu tadi. Keluarga, jadi wadah dalam pendidikan awal seorang anak. Walau demikian, tak kadang sekolah malah jadi tempat awal dari sebuah pendidikan tadi. Guru harus punya senjata lain yang ampuh guna melewati hal ini. Bukan senjata dalam bentuk kekerasan, tetapi sebuah keahlian khusus dalam memecahkan persoalan.
Pendidikan juga pastinya sudah mengalami banyak perubahan yang signifikan. Apa yang dahulu guru alami di sekolah, pastinya tak bisa mereka terapkan kini. Mereka punya tantangan sendiri menghadapi sistem, sumber daya hingga karakteristik yang sangat berbeda. Senjatanya harus terus upgrade, sama halnya seperti perkembangan teknologi yang terus mengalami pembaharuan.
Membangun pendidikan yang ramah anak dan guru
Senjata yang guru punya bukan melambangkan sebuah kekerasan. Sama halnya seperti konsep sekolah ramah anak yang digaungkan oleh semua sekolah di negeri ini. Konsep sekolah ramah anak tampaknya bermula dari menciptakan sekolah yang inklusif. Sekolah yang mendidik karakter dengan dasar ilmu tertentu, bukan hanya kekerasan semata.
Membangun pendidikan yang ramah anak punya tujuan awal untuk membangun pendidikan yang berfokus pada perkembangan anak. Pendidikan yang keras, ancaman dan rasa takut semata tampaknya tidak relevan lagi saat ini. Anak yang tumbuh kini sudah hidup bersama dengan teknologi. Mereka bahkan sudah paham dengan sesuatu yang baru atau bahkan berbeda dengan pandangan orang tua nya dahulu.
Sekolah ramah anak dibangun berbeda dengan sistem sekolah dahulu. Saat ini sekolah punya tanggung jawab lebih untuk membentuk karakter anak. Kekerasan yang dilakukan dapat membunuh karakter dan rasa percaya diri anak. Walau demikian, bukan hanya usaha membangun sekolah ramah anak, tetapi juga sekolah ramah guru.
Pendidikan untuk semua generasi
Sekolah sebagai salah satu implementasi sebuah pendidikan tampaknya harus merangkul semua generasi. Perbedaan karakteristik setiap generasi pasti ditemukan, oleh karenanya perbedaan ini harus diselaraskan bersama. Sama seperti konsep sekolah ramah anak dan ramah guru yang sebelumnya kita bahas.
Anak, yang kini punya pengetahuan lebih luas namun tak terkendali terkadang menjadi tantangan tersendiri bagi guru masa kini. Mereka hidup bersamaan dengan teknologi, dan derasnya arus informasi. Hal ini terlihat dari beragam peristiwa tentang hubungan siswa dan gurunya yang terjadi di tahun ini. Banyak kisah yang pilu dan juga tragis tentang bagaimana derasnya informasi tak dapat dibendung oleh para siswa ini.
Perbedaan generasi mungkin jadi hal yang besar jika tak ada kesadaran untuk menyelaraskan. Semua generasi punya karakteristik masing-masing, kelebihan dan kekurangan juga. Generasi saat ini yang dapat anggapan sebagai gen strawberry, yang punya tampilan istimewa tetapi sangat lembek (lemah). Pendidikan yang keras dan kolot mungkin dengan mudah akan mereka tentang. Dan karena semua guru harus tetap belajar, agar bisa mewujudkan pendidikan bagi semua generasi. []











































