• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Negeri Zamrud Khatulistiwa dan Tantangan Keberagaman Indonesia

Gus Dur: kemajemukan merupakan anugerah yang Allah bekalkan kepada manusia supaya saling mengenal. Bukan malah saling mencela dan menjatuhkan

Muhammad Nasruddin Muhammad Nasruddin
20/09/2023
in Publik
0
Keberagaman Indonesia

Keberagaman Indonesia

716
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Siapa yang tak kenal dengan Indonesia. Negeri zamrud khatulistiwa yang kaya akan pesonanya. Panorama alam yang indah bak surga dunia. Maupun keberagaman budaya yang bukan lagi konon katanya. Indonesia adalah negeri multikultural dengan corak budaya yang beragam.

Bicara soal budaya di Indonesia, saya jadi teringat dengan video “Wonderland Indonesia” yang diproduksi oleh Alffy Ref kemarin. Sebuah video series yang menampilkan keberagaman dan keindahan alam Indonesia dengan visualisasi yang ciamik.

Video tersebut menggambarkan unsur-unsur lokalitas masyarakat Indonesia seperti lagu daerah, pakaian adat, musik tradisional yang ia konsep secara lebih modern. Tentu hal tersebut perlu kita apresiasi. Dan selayaknya menjadi inspirasi bagi generasi muda di tengah gempuran budaya modernitas yang semakin melunturkan jati diri bangsa.

Video yang digubah Alffy Ref tersebut tentu hanya menampilkan sebagai kecil dari keberagaman Indonesia. Berdasarkan sensus BPS tahun 2010, terdapat 1340 suku bangsa yang menetap di Indonesia.

Tentu dari jumlah yang tidak sedikit tersebut pasti melahirkan kebudayaan yang bermacam-macam pula. Bayangkan saja jika satu suku bangsa memiliki tujuh kebudayaan, maka berapa kebudayaan yang ada di Indonesia? Tentu banyak bukan.

Baca Juga:

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

Kontekstualisasi Ajaran Islam terhadap Hari Raya Waisak

Pesan Toleransi dari Perjalanan Suci Para Biksu Thudong di Cirebon

Temu Keberagaman 2025: Harmoni dalam Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Oh iya, selain itu Indonesia juga memiliki enam agama yang diresmikan negara. Mulai agama Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Buddha, hingga Konghuchu. Namun perlu kita ketahui pula bahwa masih banyak masyarakat Indonesia yang menganut kepercayaan lokal.

Dan demikian merupakan sebuah kebebasan masyarakat untuk menganut agama atau kepercayaan yang mereka yakini. Hal ini karena negara melalui UUD 1945 Pasal 29 telah menjamin kemerdekaan bagi masyarakat Indonesia untuk memeluk agama dan beribadah sesuai ajaran agamanya masing-masing.

Kemerdekaan Indonesia dan Hak Kebebasan Beragama

Baru selang beberapa waktu yang lalu Indonesia tengah merayakan kemerdekaannya yang ke-78. Namun apa iya, Indonesia telah merdeka dengan sebenar-benarnya? Apakah masyarakat Indonesia sudah merasa aman dalam menjalankan aktivitas ibadahnya? Atau masih adakah masyarakat yang terdeskriminasi hanya karena berbeda agama?

Kemerdekaan memang tidak hanya soal agama, namun sebuah kesadaran universal di mana setiap individu merasa tidak terkekang dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Namun sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai relijiusitas dan spiritualitas, kebebasan beragama menjadi salah satu parameter dalam menakar kemerdekaan.

Relasi sosial antar umat lintas iman di Indonesia masih terlihat pasang surut akhir-akhir ini. Setara Institute dalam laporannya menjelaskan bahwa selama tahun 2022 kasus pelanggaran kebebasan beragama masih tinggi.

Sebelumnya kasus pelanggaran kebebasan beragama yang tercatat sebanyak 171 kasus meningkat menjadi 175 kasus. Namun luasnya wilayah Indonesia tentu laporan tersebut belum menunjukkan jumlah kasus yang terjadi di lapangan secara real time. Sebuah fenomena gunung es di mana kasus yang terjadi di lapangan belum sepenuhnya nampak ke permukaan.

Indonesia dan Tantangan Intoleransi Beragama

Keberagaman budaya di Indonesia merupakan aset bangsa. Namun di sisi lain dapat menjadi senjata perusak bagi integritas bangsa sendiri. Seperti halnya kasus intoleransi di Indonesia semakin hari semakin menjadi-jadi.

Dari sekian banyak unsur kemajemukan bangsa, agama memiliki potensi terbesar yang melatarbelakangi terjadinya intoleransi di Indonesia. Tidak hanya pada lintas agama, bahkan dalam satu agama pun hanya karena berbeda aliran juga bisa memicu terjadinya intoleran.

Kasus Poso 1998, Kasus Sampang 2012, maupun segregasi cebong-kampret dalam kontestasi politik 2019 kemarin cukup menjadi refleksi bagi kita. Di mana agama kerap kali dipolitisir hanya untuk kepentingan praktis.

Beberapa kasus tersebut mengingatkan kepada kita bahwa rasa ego dan fanatisme yang berlebihan hanya akan membuat kekacauan. Akibatnya betapa banyak nyawa yang terenggut karena tragedi yang tidak manusiawi tersebut. Betapa banyak darah yang tumpah hanya karena mengikuti keegoisan dan hasrat yang tidak rasional.

Di samping itu munculnya aliran Islam radikal atau garis keras yang dikit-dikit berteriak jihad, membid’ahkan sana-sini seperti ingin menang sendiri dan sangat getol dalam mengusung paham khilafah – yang katanya – demi menjaga kemurnian agama Islam justru malah memperburuk citra Islam itu sendiri.

Agama Islam pun terkesan kasar dan kejam. Citra itupun kemudian memunculkan islamofhobia di mana Islam dianggap sebagai agama teror. Akibatnya masyarakat muslim yang tinggal di belahan negara lain malah terdiskriminasi. Hak-hak mereka sebagai warga negara tercerabut hanya karena mereka menjadi seorang muslim.

Padahal, jika diselami lebih dalam lagi, Islam adalah agama yang rahmah, ramah, dan tidak suka marah-marah. Islam merupakan agama yang menjunjung kebaikan universal tanpa mengabaikan hak-hak kemanusiaan. Oleh karena itu, diperlukan tindakan lebih lanjut supaya tercipta harmonisasi di tengah keberagaman masyarakat. Tentu hal tersebut tidak boleh kita abaikan begitu saja karena dapat mengancam integritas bangsa.

Meneladani Gus Dur

Sebenarnya untuk mengatasi kasus intoleransi kita perlu mencari akar permasalahannya. “Kemajemukan harus bisa diterima, tanpa ada perbedaan”. Begitulah Gus Dur menerangkan.

Jika kita cermati lebih dalam lagi, Beliau, sang bapak pluralisme telah memberikan nasihat kepada penerus bangsa supaya menyikapi kemajemukan dengan bijaksana. Hal tersebut merupakan mental model yang perlu masyarakat Indonesia miliki.

Dalam teori iceberg dan “U” Analysis, menerangkan bahwa mental model menempati urutan terdalam yang memengaruhi terjadinya suatu peristiwa dalam masyarakat. Adanya intoleransi merupakan konstruksi dari paradigma, cara pandang, dan perspektif yang salah dalam memahami sebuah perbedaan.

Oleh karena itu penting bagi seluruh pemangku kepentingan untuk mengubah paradigma bias yang telah berkembang di masyarakat (rethinking). Tentu mengubah suatu hal yang telanjur mengakar bukan perkara yang mudah. Kita membutuhkan kolaborasi yang sistemik dan berkelanjutan dalam menyamakan sebuah sudut pandang, khususnya tentang keberagaman.

Pada dasarnya, permusuhan terjadi karena adanya pola pikir yang salah mengenai suatu perbedaan. Sifat egois, etnosentrisme, maupun fanatisme yang berlebihan adalah pemicu terjadinya kesalahan berpikir.

Tidak jarang muncul kelompok yang sering menyalahkan kelompok lain dan menganggap kelompoknya paling benar. Padahal menurut Gus Dur, kemajemukan merupakan anugerah yang Allah bekalkan kepada manusia supaya saling mengenal. Bukan malah saling mencela dan menjatuhkan.

Maka sudah saatnya generasi muda bangkit dari zona nyaman. Memperkuat benteng pertahanan supaya lawan tak mudah menyerang. Berwawasan luas saat menghadapi hal yang terlihat kontras. Serta menghayati kembali nilai-nilai Pancasila sebagai wawasan kebangsaan untuk meng-counter segala bentuk intoleransi untuk menjaga keberagaman Indonesia. []

Tags: bhineka tunggal Ikagus durHak Kebebasan BeragamaKeberagaman IndonesiaPerdamaiantoleransi
Muhammad Nasruddin

Muhammad Nasruddin

Alumni Akademi Mubadalah Muda '23. Dapat disapa melalui akun Instagram @muhnasruddin_

Terkait Posts

Peran Aisyiyah

Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

20 Mei 2025
Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas

Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

20 Mei 2025
Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menyusui Anak dalam Pandangan Islam
  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version