Mubadalah.id – Fenomena penggunaan bendera One Piece sebagai simbol protes baru-baru ini menarik perhatian publik dunia. Simbol yang awalnya hanya bagian dari cerita fiksi kini menjelma menjadi tanda perlawanan terhadap penindasan dan ketidakadilan. Hal ini menunjukkan bahwa karya budaya populer dapat melintasi batas hiburan dan bertransformasi menjadi medium perjuangan sosial yang kuat.
Di sisi lain, nilai-nilai kebebasan (hurriyyah) dan keadilan (‘adl) yang tercermin dalam simbol ini memiliki kedekatan dengan prinsip-prinsip fundamental dalam ajaran Islam. Sebagai agama yang mengusung rahmat bagi seluruh alam, Islam memberikan panduan jelas tentang pentingnya kebebasan berpikir. Yakni hak untuk melawan kezaliman, dan kewajiban menegakkan keadilan.
Artikel ini berupaya membaca pesan moral dari fenomena bendera One Piece melalui tiga sudut pandang utama: makna kebebasan, keadilan sosial, dan transformasi nilai fiksi menjadi gerakan nyata yang selaras dengan konsep jihad sosial dalam Islam.
Kebebasan sebagai Hak Asasi dan Prinsip Syariat
Bendera One Piece dalam cerita menggambarkan semangat kebebasan para kru bajak laut yang menolak tunduk kepada kekuasaan yang sewenang-wenang. Ketika simbol ini digunakan dalam aksi protes di dunia nyata, pesan yang ingin tersampaikan adalah seruan untuk melepaskan diri dari belenggu penindasan dan menuntut hak untuk bersuara. Hal ini sejatinya sejalan dengan pandangan Islam bahwa kebebasan merupakan hak mendasar yang Allah berikan kepada setiap manusia.
Al-Qur’an menegaskan dalam QS. Al-Baqarah: 256 bahwa “tidak ada paksaan dalam agama,” yang mengandung makna bahwa setiap individu berhak menentukan keyakinan dan sikapnya tanpa tekanan dari pihak manapun.
Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga mencontohkan pentingnya menghormati kebebasan berpendapat dengan mendengarkan masukan para sahabat dalam urusan sosial maupun politik. Kebebasan yang diakui Islam bukanlah kebebasan tanpa batas, tetapi kebebasan yang bertanggung jawab. Menjaga hak orang lain, mematuhi hukum syariat, dan menghindari tindakan merusak.
Dalam konteks gerakan sosial, kebebasan ini terwujud dalam upaya masyarakat menyampaikan kritik dan aspirasi tanpa takut terhadap represi. Ketika bendera One Piece dikibarkan dalam aksi protes, hal itu dapat kita maknai sebagai simbol peneguhan hak asasi yang sejalan dengan semangat kebebasan dalam Islam. Membebaskan diri dari kedzaliman, keterbelengguan, dan kebisuan yang dipaksakan oleh kekuasaan yang tidak adil.
Keadilan dan Perlawanan terhadap Kezaliman
Selain kebebasan, pesan kuat lain yang muncul dari kisah One Piece adalah perjuangan melawan ketidakadilan. Banyak alur cerita dalam karya tersebut yang menggambarkan rakyat kecil tertindas oleh penguasa yang korup dan tiran.
Tokoh utama dan kru-nya berulang kali berhadapan dengan kekuatan yang menyalahgunakan kekuasaan untuk kepentingan pribadi. Mereka berjuang membebaskan masyarakat dari penindasan, meskipun harus menghadapi bahaya besar.
Dalam Islam, menegakkan keadilan adalah perintah yang jelas dan tegas. Al-Qur’an (QS. An-Nahl: 90) menyatakan bahwa “Sesungguhnya Allah memerintahkan (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan…” yang menandakan bahwa keadilan adalah pondasi kehidupan sosial umat Islam.
Ketidakadilan, penindasan, dan eksploitasi termasuk dalam kategori munkar yang wajib kita cegah. Prinsip amar ma’ruf nahi munkar mengajarkan setiap Muslim untuk tidak diam terhadap kezaliman, melainkan berusaha mengembalikan keadaan kepada kebenaran dan keadilan.
Semangat inilah yang tampak dalam penggunaan bendera One Piece dalam gerakan sosial. Sebuah simbol bahwa masyarakat tidak ingin lagi diam menghadapi sistem yang menindas. Dalam pandangan Islam, sikap ini merupakan bentuk keberanian moral yang sejalan dengan hadis Nabi SAW:
“Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika tidak mampu, maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim).
Perlawanan terhadap ketidakadilan, baik secara lisan maupun tindakan damai, menjadi bagian dari keimanan yang hidup.
Dari Kisah Fiksi Menuju Gerakan Sosial dan Jihad Sosial
Fenomena terangkatnya bendera One Piece dalam protes nyata di dunia menunjukkan kekuatan budaya populer dalam membentuk kesadaran sosial. Simbol yang awalnya hanya milik cerita fiksi bisa memicu semangat kolektif untuk melawan penindasan. Bahkan di kalangan yang tidak mengenal satu sama lain.
Transformasi nilai dari karya hiburan menjadi inspirasi perjuangan ini menunjukkan bahwa pesan moral dapat datang dari berbagai medium, selama tujuannya untuk kebaikan dan kemaslahatan.
Dalam Islam, konsep jihad sering kita salahpahami hanya sebagai peperangan fisik. Padahal, jihad memiliki makna yang lebih luas: perjuangan sungguh-sungguh untuk menegakkan kebenaran, memperbaiki diri, dan mengubah kondisi sosial menuju yang lebih baik. Jihad bisa berupa upaya pendidikan, dakwah, advokasi hak-hak masyarakat, atau gerakan damai melawan penindasan.
Mengibarkan bendera One Piece dalam aksi sosial dapat kita pandang sebagai bentuk jihad sosial. Sebuah perjuangan non-kekerasan untuk menegakkan nilai kebebasan dan keadilan yang sejalan dengan ajaran Islam.
Nabi Muhammad SAW sendiri pernah menyebut bahwa “Jihad yang paling utama adalah berkata benar di hadapan penguasa yang zalim.” (HR. Abu Dawud). Hal ini menegaskan bahwa keberanian melawan ketidakadilan, meskipun dengan simbol atau suara, adalah bagian dari jihad yang mulia.
Kisah One Piece mungkin diciptakan sebagai hiburan, namun nilai yang terkandung di dalamnya memiliki relevansi yang luas bagi perjuangan sosial manusia. Fenomena penggunaan bendera One Piece sebagai simbol protes menunjukkan bahwa pesan kebebasan dan keadilan dapat menembus batas fiksi dan menjadi inspirasi nyata.
Dalam kacamata Islam, perjuangan tersebut bukan hanya sah, tetapi juga sejalan dengan prinsip syariat. Menghormati kebebasan manusia, menegakkan keadilan, dan berjuang melawan kezaliman melalui cara yang damai dan bermartabat.
Melalui pemahaman ini, umat Islam dapat melihat bahwa gerakan sosial yang berlandaskan nilai kebenaran dan keadilan, meski terinspirasi dari simbol budaya populer, tetap dapat menjadi sarana untuk menunaikan misi Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam. []