• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Pandangan Fikih Klasik Terhadap Anak yang Bekerja

Dalam beberapa kitab fikih, menurut Dr. Faqihuddin Abdul Kodir dalam buku Fikih Hak Anak menjelaskan, seorang ayah boleh mengajak anaknya yang sudah mampu, walau belum dewasa untuk bekerja bersamanya atau bekerja dengan orang lain.

Redaksi Redaksi
26/10/2022
in Hikmah, Pernak-pernik
0
fikih klasik

anak tidak wajib bekerja

527
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Dalam fikih klasik telah banyak dijelaskan bahwa nafkah merupakan hak dan kewajiban kedua orang tua kepada anak-anaknya. Karena itu, dalam fikih klasik anak tidak wajib bekerja untuk mencari nafkah.

Namun bagaimana jika dalam realitas kehidupan masyarakat banyak anak yang belum dewasa, tetapi secara fisik telah mampu bekerja dan bisa menghasilkan uang dari keringatnya.

Dalam beberapa kitab fikih, menurut Dr. Faqihuddin Abdul Kodir dalam buku Fikih Hak Anak menjelaskan, seorang ayah boleh mengajak anaknya yang sudah mampu, walau belum dewasa untuk bekerja bersamanya atau bekerja dengan orang lain.

Ketika demikian, kewajiban nafkah beralih, yang awalnya dari harta ayahnya, menjadi dari harta hasil kerjanya sendiri.

Muhammad al-Khathib al-Syirbini (w. 977 H/1570 M), seorang ulama mazhab Syafi’i, misalnya, menyatakan,

Baca Juga:

Vasektomi Sebagai Solusi Kemiskinan, Benarkah Demikian?

Peran Penting Ayah di Masa Ibu Menyusui

Bekerja adalah Ibadah

Perempuan Bekerja, Mengapa Tidak?

“Seorang wali (ayah atau yang lain) boleh meminta anaknya yang belum dewasa, apabila ia sudah mampu bekerja, untuk bekerja mencari nafkah bagi memenuhi kebutuhannya sendiri. Jika ia tidak mau, atau bekerja lalu keluar, maka nafkahnya kembali wajib bagi ayah atau walinya.”

Tetapi al-Syirbini juga melarang mempekerjakan anak pada kerja-kerja yang terlarang, yang tidak mampu melakukannya, atau memberatkan kondisi fisiknya.

Jadi, sekalipun fikih menempatkan nafkah sebagai hak anak ke atas pundak kedua orang tua atau keluarga, tetapi ia juga membolehkan anak untuk bekerja, baik untuk nafkah ia sendiri atau anggota keluarga lain.

Kebolehan ini, sebagaimana al-Khathib al-Syirbini sebutkan di atas, tentu saja harus dengan pertimbangan berbagai syarat.

Utamanya adalah kemampuan seseorang di usia anak secara fisik, namun pekerjaannya tidak memberatkan dan tidak merupakan pekerjaan yang haram. (Rul)

Tags: anakbekerjaDr. Faqihuddin Abdul KodirfikihHak anakklasiktidak wajibulama KUPI
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

KB

KB dalam Pandangan Riffat Hassan

20 Mei 2025
KB

KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

20 Mei 2025
KB dalam Islam

KB dalam Pandangan Islam

20 Mei 2025
Bersyukur

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

19 Mei 2025
Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version