Mubadalah.id – Semua pengalaman perempuan pada masa Nabi Muhammad Saw, jika dieksplorasi lebih lanjut bisa menjadi fiqh tersendiri yang lebih menyuarakan jati diri dan karakter perempuan.
Bagi yang ingin mengetahui teks-teks Hadis dengan tema-tema ini bisa membaca kitab Tahrir al-Mar’ah fi Ashr ar-Risalah karya Syekh Abd al-Halim Muhammad Abu Syuqqah (1925-1995).
Tema-tema dalam kitab ini merujuk pada 2.697 teks Hadits, yang 78%-nya adalah dari Shahih Bukhari dan Muslim. Sisanya, dari Kitab Sunan yang Empat (8%), dan kitab-kitab Hadits yang lain (14%).
Dengan pendekatan ini, jika kita kembangkan bisa memiliki berbagai kesimpulan hukum, ajaran, dan akhlak, yang kita ambi dari pengalaman para perempuan pada masa Nabi SAW.
Mereka terlibat aktif dalam dakwah sejak awal kenabian, ikut hijrah dan jihad, bekerja dan berjuang. Kemudian melamar dan menawarkan pada laki-laki, bertanya, mengadu, memprotes. Bahkan datang berkelompok yang untuk masa sekarang bisa sebagai demonstrasi.
Begitu pun pengalaman-pengalaman mereka bekerja di dalam rumah, dilamar dan dinikahi, diajak bicara dan diajak terlibat dalam pembicaraan isu-isu keluarga dan juga publik.
Serta banyak lagi isu-isu lain yang bisa kita simpulkan dari pengalaman-pengalaman perempuan masa Nabi SAW yang terekam dalam kitab-kitab Hadis.
Pendekatan praktis di atas lebih menjanjikan untuk membuahkan penguatan posisi perempuan sebagai subjek dalam proses perujukan dan pemaknaan sumber-sumber pengetahuan Islam.
Selama ini kajian Hadis oleh berbagai kalangan. Termasuk dalam hal isu-isu gender, lebih banyak pada ujian validasi jalur periwayatan orang-orang yang bertanggung jawab atas munculnya redaksi teks Hadis.
Kajian ini biasa kita sebut dengan kritik sanad Hadis, atau takhrij wa naqd al-Hadits. Kajian periwayatan sudah hampir sulit generasi sekarang lakukan. Karena hampir semua persoalan sudah kita kaji, kecuali jika kriteria penerimaan bisa mereka diskusikan ulang. []