Mubadalah.id – Setiap akhir pekan, saya menghabiskan waktu untuk me time. Salah satunya dengan menonton film. Kebiasaan satu ini cukup efektif tidak hanya untuk menghibur diri, melainkan dapat meningkatkan energi dan memberikan waktu untuk berefleksi. Apalagi industri film saat ini mengalami kemajuan dalam segi substansi. Banyak film yang mengandung pesan moral yang bagus serta mengangkat isu-isu yang sedang masyarakat dunia hadapi. Seperti peran ibu, kesetaraan gender, kesehatan mental, perdamaian, dan lainnya. Salah satu film yang menarik perhatian saya adalah Laal Singh Chadda.
Film ini menempati urutan ke-4 dalam 10 film teratas di Indonesia versi Netflix. Judul film ini diambil dari nama pemeran utama yang akrab dipanggil Laal, diperankan oleh Aamir Khan. Ia seorang anak laki-laki optimis yang tumbuh dan terdidik dari seorang ibu yang gigih dan penuh semangat.
Meskipun ia terlahir dengan kondisi kecerdasan intelektual yang lebih rendah dari anak seusianya, kecerdasan lainnya seperti emosi dan spiritual yang ia miliki cukup besar. Hal ini terpotret pada scene saat Laal masuk tentara angkatan darat dan ia bertugas untuk menjaga wilayah perbatasan India dan Pakistan.
Seperti yang kita ketahui, hubungan bilateral antara India dan Pakistan tidak cukup baik karena perbedaan agama yang dianut penduduk mayoritasnya di masing-masing negara. Berdasarkan catatan Wikipedia, 79.8% masyarakat India menganut agama Hindu, sedangkan Muslim hanya 14.2%. Berbanding terbalik dengan Pakistan yang 97% penduduknya menganut agama Islam, dan hanya 1.6% pemeluk agama Hindu dan Kristen.
Menepis Prasangka
Tak ayal kasus intoleransi dan hate speech atau narasi kebencian merebak di masyarakat dua negara tersebut. Namun, Laal sebagai representasi kelompok mayoritas India justru bersikap sebaliknya. Saat ia sedang berperang, hatinya menolak untuk membunuh sesama manusia. Alih-alih menembak, ia justru menolong teman-temannya yang terluka. Membawa mereka ke tempat aman, menjauh dari titik peperangan. Bahkan, ia juga tak pandang bulu menyelamatkan nyawa orang yang menganggapnya musuh, bernama Mohammad.
Kejadian tersebut tentunya sangat mengejutkan, terlebih bagi Mohammad. Tak hanya itu, singkat cerita, mereka justru menjadi rekan kerja. Laal menjadi produsen, dan Mohammad sebagai manajer pemasaran. Bisnis mereka berkembang pesat. Menjadi salah satu perusahaan terbesar di India. Hubungan baik antara Laal dan Mohammad ini menjadi angin segar untuk menepis prasangka buruk terhadap orang-orang dengan latar belakang yang berbeda. Apalagi jika mengatas namakan agama sebagai pembenaran.
Doktrin agama yang menganggap orang yang berbeda keyakinan adalah suatu ancaman dan harus diberantas, senyatanya masih seringkali disebarkan melalui pendidikan atau dakwah tokoh agama yang tidak bertanggung jawab.
Pemeran Mohammad menjadi representasi dari salah satu orang yang terdoktrin. Tetapi, ia akhirnya sadar akan kekeliruan pemahaman tersebut semenjak berinteraksi dan menjalin hubungan baik dengan Laal. Keduanya menjadi teman baik. Akhirnya, melahirkan pemahaman baru bahwa perbedaan bukanlah suatu hal yang salah, menyeramkan, apalagi sebuah ancaman. Terbukti, mereka bisa hidup rukun dan sejahtera berdampingan dengan perbedaan.
Dukungan dan Peran Ibu
Selain itu, pemahaman Laal akan Tuhan juga berhasil menyentuh hati Mohammad, bahwa Tuhan ada di hati setiap manusia. Bukan untuk memicu perpecahan atau peperangan, melainkan menumbuhkan jiwa kemanusiaan. Menariknya, pemahaman itu datang dari peran ibu Laal.
Ibu Laal merupakan orang tua tunggal yang memiliki karakter dengan peran ibu yang pintar dan pekerja keras. Ia mendidik Laal untuk memiliki kepercayaan diri dan kemandirian di tengah keterbatasan yang ia miliki. Ia juga meyakinkan Laal bahwa ia sama seperti anak-anak lainnya.
Saat dewasa, ibu Laal juga selalu mengarahkan dan mendukung apapun yang ia lakukan. Walhasil, segala pencapaian yang diterima Laal seperti bisa bersekolah hingga perguruan tinggi, masuk Angkatan Darat, menerima penghargaan dari negara, menjalankan bisnis, semuanya tak luput dari peran ibunya yang suportif.
Mengingat ibu adalah orang terdekat bagi anak, tentunya peran ibu memiliki pengaruh yang besar dalam tumbuh kembang anak, termasuk dalam membentuk karakternya. Pendidikan karakter baiknya dilakukan se-dini mungkin. Dilansir dari artikel Halodoc, anak pada rentang usia 0-6 tahun berkembang 80% lebih cepat, sehingga sangat baik untuk menanamkan nilai-nilai yang baik seperti sikap menghormati dan mengasihi.
Itulah yang ibu Laal terapkan padanya, lantas menjadikan Laal seorang laki-laki yang mandiri, percaya diri, pengasih, dan menghormati sesamanya. Berbuat baik tanpa memandang latar belakang seseorang.
Dari film Laal Singh Chadda, tidak hanya sebuah pesan damai yang berhasil ia sampaikan, tetapi pesan betapa pentingnya peran ibu dalam membentuk karakter anak juga sangat apik ditampilkan. Meskipun pada dasarnya film ini bergenre komedi romantis, tetapi mengandung pesan-pesan yang sungguh bermakna. Recommended to watch! []