• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Penyematan Nama Anak, Muhammad atau Ahmad?

Rasululllah saw. mengajarkan kepada umatnya untuk menamakan anak dengan nama yang bagus. Sebagaimana disampaikan dalam kitab Sahih Ibnu Hibban. Selengkapnya, baca tulisan di bawah ini!

Moh Soleh Shofier Moh Soleh Shofier
29/07/2021
in Hikmah
0
Nama

Nama

2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Lumrah kiranya soal penyematan nama kepada anak bagi orang tua adalah sebagian dari kewajibannya. Salah satu hak bagi anak adalah disematkan dengan nama yang baik-baik. Nama juga merupakan hal yang menjadi motivasi bagi orang tua yang mengharapkan anaknya menjadi apa kelak kalau sudah besar.

Rasululllah saw. mengajarkan kepada umatnya untuk menamakan anak dengan nama yang bagus. Sebagaimana disampaikan dalam kitab Sahih Ibnu Hibban [135/13] Dari Abu Darda’ Nabi pernah bersabda;
عن النبي صلى الله عليه وسلم، قال: ” «إنَّكُمْ تُدْعَوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَسْمَائِكُمْ وَأَسْمَاءِ آبَائِكُمْ فَحَسِّنُوا أَسْمَاءَكُمْ
“Sesungguhnya kalian kelak di hari kiamat akan dipanggil dengan nama kalian dan nama bapak kalian maka hendaklah perbagus nama-nama kalian.” [H.R. Ibnu Hibban]

Imam Sya’rani salah satu sufi agung di tahun sepuluh Hijriah pernah mengungkapkan, bahwa ia saat memanggil seseorang lebih mengagungkan orang-orang yang bernama semisal nama-nama Allah swt. Atau nama-nama Rasul dan Nabi atau nama-nama para pembesar waliyullah dan para imam mazhab dari pada nama-nama selain itu sebagaimana disebutkan dalam kitab Al-‘uhud yang dinukil oleh Syeh Sulaiman Al-Bujairami dalam kitabnya Hasyiah Al-Bujairami Ala Al-Khatib [342/4.

Sementara hukum memberi nama pada seseorang sendiri, ulama masih berselisih pendapat, tergantung nama apa yang akan disematkan. Dalam kitab Hasyiah Al-Bujairami Ala Al-Khatib [342/4], Syeh Sulaiman Al-Bujairami, mengatakan bahwa hukum pemberian nama adakalanya sunnah seperti nama-nama yang bagus, adakalanya dimakruhkan seperti memberikan nama dengan nama-nama yang buruk semisal nama setan dll dan adakalanya hukum memberi nama diharamkan seperti menamakan seseorang dengan nama Abdunnar, Abdul Ka’bah dan Abdul Aly.

Konsekuwensi bagi nama-nama yang diharamkan untuk disematkan kepada seseorang yaitu wajib dirubah sementara kalau yang makruh hanya disunnahkan untuk dirubah menjadi yang baik. Adapun nama-nama yang paling disunnahkan untuk disematkan antara lain adalah nama Abdullah dan Abdurrahman lalu Muhammad dan Ahmad sebagaimana ditegaskan oleh Syeh Sulaiman Al-Bujairami.

Baca Juga:

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

Akan tetapi, antara nama Muhammad dan Ahmad masih ada perbedaan di kalangan ulama. Apakah yang lebih utama adalah nama Muhammad atau Ahmad? Imam Abul Azaim Sulthan bin Ahmad bin Salamah bin Ismail Al-Mazahiy, mengatakan Muhammad adalah nama yang paling utama untuk disematkan kepada seseorang, baik dinisbatkan kepada penduduk langit maupun penduduk bumi karena ia merupakan nama yang masyhur sebagaimana disebutkan dalam kitab Hasyiah Al-Bujairami Ala Al-Khatib [343/4].

Sedangkan Imam Al-Sya’arani pernah menyebutkan dalam kitab Al-‘Uhud, sebagaimana dikutip pula oleh Syekh Sulaiman Al-Bujairami. Syeh Aly AL-khawwas bertutur pada Imam Sya’rani, “Aku lebih suka manusia menamakan anaknya dengan nama Ahmad bukan Muhammad” Lalu setelah ditanyakan alasannya, Syeh Aly Al-Khawwas mengatakan, “karena orang-orang banyak salah menyebutkan nama Muhammad. Penduduk Al-Aryaf menyebut Muhammad dengan sebutan mehemmed dengan dibaca kasrah pada huruf mim dan ha’-nya.

Sementara penduduk Al-Hadarah menyebut Muhammad dengan sebutana Mahammmad dengan dibaca fatha pada huruf mim yang pertama. Padahal, kedua penyebutan seperti di atas ini merupakan kesalahan menurut beliau karena yang benar adalah Muhammad.

Dari dua pendapat di atas ada yang berusaha mementahkan, Gurunya syeh Sulaiman Al-Bujairami saat ditanyakan oleh seseorang tentang nama Muhammad dan Ahmad yang paling utama? Beliau menjawab, bahwa nama yang paling utama adalah Ahmad kalau dinisbatkan kepada pada penduduk langit. Sementara kalau dinisbatkan kepada penduduk bumi maka yang paling utama adalah Muhammad karena Muhammad sangat populer di kalangan penduduk bumi dari pada nama Ahmad.

Seluruh pendapat yang berbeda tersebut sebenarnya ada kesamaan bahwa menggunakan nama Muhammad atau Ahmad sama-sama disunnahkan karena sama-sama baik dan merupakan nama Nabi Agung segenap umat manusia yaitu Nabi Muhammad saw. Hanya saja, yang menjadi ajang perdebatan adalah nilai ke-afdhalan dari kedua nama tersebut. Wallahu A’lam. []

Tags: HikmahislamkeluargaNamaorang tuaPemberian Nama AnakTradisi
Moh Soleh Shofier

Moh Soleh Shofier

Dari Sampang Madura

Terkait Posts

Bersyukur

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

19 Mei 2025
Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Peluang Ulama Perempuan

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

16 Mei 2025
Nusyuz

Membaca Ulang Ayat Nusyuz dalam Perspektif Mubadalah

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version