• Login
  • Register
Selasa, 20 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Peran Gerakan Perempuan NU

Fatikha Yuliana Fatikha Yuliana
30/01/2019
in Kolom
0
Deklarasi Anti Hoaks

Deklarasi Anti Hoaks

28
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.Id- Demikian penjelasan terkait peran gerakan perempuan NU. Nahdlatul Ulama (NU) adalah salah satu organisasi keagamaan terbesar di Indonesia. Organisasi ini pada mulanya hanya beranggotakan kaum laki-laki.

Namun dalam Kongres NU ke-13 tahun 1938 di Menes, Banten, Ny. Djunaisih sebagai perintis organisasi Muslimat NU menyampaikan gagasan bahwa, “dalam Islam tidak hanya laki-laki saja yang harus dididik berkenaan dengan ilmu agama melainkan perempuan juga wajib dan harus selaras mendapat didikan dengan tuntutan dan kehendak agama Islam”.

Gagasan tersebut merupakan cikal bakal lahirnya Muslimat NU. Gerakan yang dirintis ini pun memang mendapat pengaruh budaya dan tradisi patriarki.

Namun pada masa itu kaum perempuan berhasil menyuarakan pentingnya perempuan berperan aktif dalam organisasi tidak semata hanya dalam wilayah domestik saja.

Dalam dua dasawarsa, NU sebagai organisasi masyarakat yang berakar dari pesantren, kerap disebut sebagai subkultur feodal di Indonesia. Ini menjadi dalih untuk meminggirkan peran NU dari peta politik Orde Baru dan sejarah. NU juga digambarkan sebagai kaum kusam yang ditinggalkan modernisme Indonesia.

Baca Juga:

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

Membantah Ijma’ yang Melarang Perempuan Jadi Pemimpin

Tafsir Hadits Perempuan Tidak Boleh Jadi Pemimpin Negara

Anggapan penihilan peran NU juga terjadi dalam wacana gerakan kesetaraan gender dan feminisme di Indonesia. Anggapan ini diperkuat karena telambatnya pembentukan organisaasi perempuan, seperti Muslimat NU, Fatayat NU, Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (IPPNU), dan Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Puteri (Kopri).

NU sebagai basis organisasi yang berakar pesantren dianggap sebagai subkultur yang sangat kuat dalam mempertahankan tradisi patriarki.

Meskipun pembentukan sayap perempuan dalam badan otonom dan organisasi di NU tergolong lambat, namun jika dilihat dari sejarah, justru secara kultural, pesantren telah mulai membantu sejak lama dalam menyelaraskan gerakan kesetaraan gender. Terbukti dengan salah satu sumbangsih ulama terhadap akselerasi gerakan feminisme di pesantren adalah berdirinya pondok pesantren khusus puteri pada tahun 1917.

Dikutip dari NU Online, Nyai Aisyah Hamid Baidowi pernah mengungkapkan, “kalangan pesantren turut mendorong kemapanan feminisme di Indonesia, baik melalui gerakan afirmatif yang melahirkan sejumlah regulasi pro perempuan, maupun secara kultural, mengubah peran nyai dari sekadar pendamping kiai  menjadi sosok pemimpin”.

Muslimat NU adalah wadah manifestasi pergerakan perempuan dalam tubuh organisasi NU. Latar belakang sosial, pendidikan, ekonomi, dan politik telah memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perubahan arah perjuangan kaum perempuan.

Dalam prosesnya, kelahiran badan otonom Muslimat NU dalam tubuh organisasi NU tidak semata hanya campur tangan kaum perempuan. Para kiai juga ikut berperan dalam mewujudkan badan otonom Muslimat NU, yang menunjukkan bahwa keadilan dan kesetaraan gender antara perempuan dan laki-laki akan terwujud dengan kerjasama di antara kedua pihak baik perempuan dan laki-laki.

Gerakan perempuan seperti Muslimat dan Fatayat NU memiliki posisi yang sangat strategis sebagai pelaku perubahan. Perempuan juga harus mampu mengelola potensi yang dimilkinya sehingga posisi tawar perempuan akan mampu memengaruhi kebijakan negara atas ketidakadilan pada perempuan.

Gerakan perempuan sangat dibutuhkan untuk melakukan perombakan perspektif politik yang berwajah laki-laki menjadi politik adil gender. Sehingga tidak lagi male perspective dan male design dalam perpolitikan Indonesia, sebab hal itu akan melumpuhkan gerakan perempuan.[]

Tags: fatayatgerakanIPPNUKopriMuslimatNUPatriarkhiperempuanperjuanganpesantren
Fatikha Yuliana

Fatikha Yuliana

Fatikha Yuliana, terlahir di Indramayu. Alumni Ponpes Putri Al-Istiqomah Buntet Pesantren Cirebon. Berkuliah di Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon. Jatuh cinta pada kopi dan pantai.

Terkait Posts

Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version