• Login
  • Register
Kamis, 3 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Perempuan Dianggap Remeh, Nyatanya Menjadi Generasi Sandwich

Kehidupan perempuan yang kerap kali dianggap remeh, ternyata mengalami pergulatan keras sebagai generasi sandwich.

Indah Fatmawati Indah Fatmawati
21/11/2024
in Personal
0
Generasi Sandwich

Generasi Sandwich

824
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Kehidupan perempuan yang kerap kali dianggap remeh, ternyata mengalami pergulatan keras sebagai generasi sandwich. Perempuan harusnya saling mendukung untuk bisa terus bersama-sama memberdayakan diri.

Mubadalah.id – Rasanya tak ada habisnya jika obrolannya adalah tentang kehidupan perempuan. Mulai dari ketidakadilan, peminggiran, steorotip negatif, sampai pada tindakan kekerasan baik fisik maupun seksual yang kerap kali mendudukkanya sebagai korban. Perempuan kerap kali diremehkan.

Dalam beberapa bidang, baik pendidikan, ekonomi maupun politik, isu terkait perempuan juga belum sepenuhnya rampung. Masih banyak pekerjaan rumah terkait dengan perempuan yang masih saja meninggalkan sisa. Terlebih beban-beban ganda yang mesti perempuan tanggung ketika mereka menempati posisi yang ada pada ruang-ruang publik.

Tidak hanya harus mengalami itu semua. Banyak juga perempuan di luar sana yang harus menjadi generasi sandwich untuk keluarganya. Memerah keringat setiap hari, menahan setiap ambisi pribadi untuk bisa terus memberi support pada keluarga, adalah hal-hal yang menghiasi hidup para generasi sandwich.

Ada yang mengatakan, perempuan tinggal duduk manis di rumah, berdandan cantik dan tinggal menerima gaji dari suami. Nyatanya hidup perempuan tidak semudah dan seremeh itu.

Banyaknya Jumlah Perempuan yang Menjadi Generasi Sandwich untuk Keluarganya

Jika kita melihat dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021. Terdapat pekerja perempuan sebanyak 39,52% atau 51,79 juta penduduk usia 15 tahun ke atas. Angka tersebut bertambah 1,09 juta orang dari tahun sebelumnya yang sebanyak 50,7 juta orang.

Baca Juga:

Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

Boys Don’t Cry: Membongkar Kesalingan, Menyadari Laki-laki Juga Manusia

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

Artinya banyak perempuan pada rentang usia yang cukup muda tapi sudah bekerja. Padahal pada usia-usia tersebut seharusnya ia masih menempuh Pendidikan tinggi, atau mengekplorasi menggali potensi diri.

Hal ini menunjukkan bahwa, perempuan yang bekerja karena menjadi generasi sandwich dalam keluarga lebih besar daripada yang bekerja karena passion saja. Angka pekerja perempuan pada 2021 naik 1,05 poin dibanding tahun sebelumnya sebesar 27,55%.

Banyaknya pekerja perempuan sebagaimana data yang ada, menggambarkan bahwa banyak perempuan Indonesia yang merupakan generasi sandwich, dan harus menanggung keluarga. Gambaran demikian menunjukkan bahwa banyak perempuan yang harus struggle dengan hidupnya.

Empati dan Budaya Kebersamaan untuk Berdaya Bersama

Beratnya kehidupan perempuan yang menjadi generasi sandwich untuk keluarganya seharusnya mendapatkan empati dari sekitarnya. Bukan untuk mengemis belas kasihan, namun adanya rasa empati yang ada akan mampu menciptakan sikap saling menghargai.

Tidak semua perempuan pantas mendapatkan justifikasi menjadi perawan tua jika ia belum menikah di usia 30-an. Kurangnya kesadaran masyarakat akan adanya sikap menghargai terhadap keputusan masing-masing orang seakan harus kita pukul rata dengan pakem patriarki yang kerap kali memberi batasan dan standar usia penikahan bagi perempuan.

Padahal jelas banyak yang para generasi sandwich ini yang harus mereka pertimbangkan. Salah satu contohnya, persoalan finansial yang belum matang, mental health yang harus senantiasa terawat. Maka wajar jika sekian hal yang saya sebutkan ini menjadi pertimbangan sebelum memilih melanjutkan hidup ke jenjang pernikahan.

Para perempuan harus memiliki budaya kebersamaan. Membangun budaya sisterhood, bersama-sama saling memahami, tidak saling menjustifikasi. Kepekaan tersebut pada nantinya akan membawa kita pada iklim perdamaian karena tidak adanya ketimpangan dan peminggiran peran perempuan.

Kehidupan perempuan yang kerap kali dianggap remeh, ternyata mengalami pergulatan keras sebagai generasi sandwich. Perempuan harusnya saling mendukung untuk bisa terus bersama-sama memberdayakan diri. Mulai hari ini, hingga esok lusa dan nanti. []

 

 

 

 

 

 

 

Tags: Anak MudaGenerasi SandwichkeluargaRelasiremajastigma
Indah Fatmawati

Indah Fatmawati

Sebagai pembelajar, tertarik dengan isu-isu gender dan Hukum Keluarga Islam

Terkait Posts

Ruang Aman, Dunia Digital

Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

3 Juli 2025
Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Tradisi Ngamplop

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

29 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Konten Kesedihan

    Fokus Potensi, Difabel Bukan Objek Konten Kesedihan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Cara Pandang terhadap Orang yang Berbeda Keyakinan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perceraian Begitu Mudah untuk Suami?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Komitmen Disabilitas untuk Isu Iklim
  • Merencanakan Anak, Merawat Kemanusiaan: KB sebagai Tanggung Jawab Bersama
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara
  • Bisnis Mentoring Poligami: Menjual Narasi Patriarkis atas Nama Agama
  • Laki-laki Juga Bisa Jadi Penjaga Ruang Aman di Dunia Digital

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID