• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Pesan KH Hasyim Asy’ari Tentang Larangan Memutus Silaturahim

KH Hasyim Asy’ari dalam kitabnya, al-Tibyan menjelaskan tentang larangan memutuskan hubungan kekeluargaan, kekerabatan dan persahabatan

Rasyida Rifa'ati Husna Rasyida Rifa'ati Husna
30/08/2024
in Hikmah
0
Memutus Silaturahim

Memutus Silaturahim

386
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Fenomena memutus silaturahim kerap kali terdengar di tengah masyarakat, terutama akhir-akhir ini, saat materialisme mendominasi. Hak untuk saling memperhatikan dan mengunjungi satu sama lain sudah terabaikan. Padahal jarak sudah bukan lagi menjadi halangan di era kemajuan teknologi informasi, sehingga seharusnya tidak ada alasan lagi untuk enggan memelihara hubungan kekerabatan karena begitu mudahnya fasilitas tersedia.

KH Hasyim Asy’ari dalam kitabnya, al-Tibyan (penjelasan mengenai larangan memutuskan hubungan kekeluargaan, kekerabatan dan persahabatan), secara khusus membahas tentang pentingnya silaturahim di tengah kemelut dan gejolak permusuhan serta persaingan hidup.

Larangan Memutus Silaturahim

Silaturahim menurut Hasyim Asy’ari, merupakan ibadah yang paling utama, sedangkan memutus silaturahim adalah perbuatan yang tercela dan keburukan yang keji. Ia menerangkan bahwa yang dimaksud dengan putus silaturahim yang diharamkan adalah memutuskan hubungan persaudaraan yang telah dibina sebelumnya. Baik dalam masalah harta, surat, atau saling mengunjungi.

Karenanya, KH Hasyim berpesan ketika tali silaturahim antara kerabat ataupun tetangga dirasa merenggang, maka tindakan yang harus dilakukan adalah segera memperbaikinya. Dalam surah an-Nisa ayat 1, Allah berfirman:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءًۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari diri yang satu (Adam) dan Dia menciptakan darinya pasangannya (Hawa). Dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.

Baca Juga:

Kisah Rumi, Aktivis, dan Suara Keledai

Hari Kemenangan dan 11 Bulan Kemudian

Doa Rasulullah dan Ulama Salih di Akhir Ramadan

Lailatul Qadar, sebagai Momentum Muhasabah Diri

Perintah Takwa

Allah menyandingkan penegasan perintah memelihara silaturahim dengan perintah takwa. Seperti halnya manusia wajib takut dan bertakwa kepada Allah, maka begitu pula halnya mereka harus takut untuk memutus ikatan kekerabatan. Sebaliknya, silaturahim dan kekerabatan harus dijaga dengan sikap sayang dan berbuat baik kepada kerabat. Perintah menjaga hubungan keluarga ini semata untuk kemaslahatan manusia. (Tafsir al-Munir 2/562)

Menurut Kyai Hasyim, sebagaimana penegasan di akhir ayat tersebut, jika seseorang memahami bahwa Allah sungguh mengawasi perbuatan-perbuatannya, mencatat, dan memberi balasan setiap perbuatan, maka ia pasti akan kembali ke dalam petunjuk serta menaati perintah-Nya, dan ia akan benar-benar takut akan siksa-Nya, serta takut terhijab dari kasih sayang-Nya. Sehingga ia akan sungguh-sungguh menjaga silaturahim dan takut untuk memutuskannya. (At-Tibyan fi al-Nahy ‘an Muqatha’ah al-Arham wa al-Aqarib wa al-Ikhwan, h. 2)

Muassis Nahdhatul Ulama’ ini juga menegaskan dengan mengutip hadist riwayat Abu Bakrah, bahwa tidak ada dosa yang lebih pantas disegerakan siksanya baik di dunia, beserta siksa yang disediakannya di akhirat nanti selain dosa durhaka, memutus hubungan silaturahmi, berkhianat, berdusta, dan berusaha keras berbuat taat sebagai pengganti bagi penyambung hubungan silaturahmi. Silaturahim merupakan bentuk ketaatan yang paling cepat diberikan ganjarannya. (HR. Abu Dawud)

Perintah Memperbaiki dan Memelihara Hubungan Kekerabatan

KH Hasyim juga mengutip dari riwayat Thabarani,

“Sesungguhnya sebuah keluarga itu meskipun buruk perangainya, jika mereka mau menyambung silaturahim, maka akan berkembang dan bertambah banyak hartanya. Tidaklah setiap anggota keluarga itu saling menyambung silaturahim kecuali mereka akan saling membutuhkan satu sama lain. Dan sesungguhnya amal anak cucu Adam (manusia) itu diangkat (dihadapkan kepada Allah ta’ala) setiap hari Kamis dan malam Jum’at. Maka (ketika amal itu diangkat) Allah tidak akan menerima amal orang yang memutus silaturahim.”

(At-Tibyan h. 6)

Dalam ayat lain, terdapat perintah Allah tentang silaturahim.

 ۖ فَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَأَصْلِحُوا۟ ذَاتَ بَيْنِكُمْ ۖ وَأَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

Bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu orang-orang mukmin. (Q.S al-Anfal: 1)

KH Hasyim menjelaskan bahwa Allah memerintahkan agar umat Islam memperbaiki hubungan sesamanya, yaitu menjalin cinta kasih dan memperkokoh kesatuan dan persaudaraan dengan menggunakan berbagai macam cara.

Menurutnya, yang paling wajib dilakukan oleh umat adalah menjaga silaturahim dengan orang-orang yang termasuk kategori mahram (orang yang haram dinikahi), antara lain saudara kandung, ayah, ibu, kakek, nenek dan terus ke atas, serta paman dan bibi. (At-Tibyan h. 13)

Artinya memang kewajiban untuk mengatur dan mengondisikan perdamaian, keharmonisan, dan kesejahteraan di mulai dari internal keluarga yang tercakup dalam bingkai mahram.

Pentingnya Silaturahim

Pendapat ini bukan kemudian dapat kita artikan bahwa hubungan yang wajib kita jaga hanya hubungan keluarga yang mahram, lantas kemudian tidak memedulikan lingkungan sosial sekitar. Karena sebagaimana telah Rasulullah sampaikan bahwa menjaga silaturahim, bertetangga yang baik, dan berbudi pekerti luhur merupakan hal yang bisa mendamaikan dunia dan memperpanjang umur.

Dengan demikian pentingnya memperbaiki serta memelihara hubungan di antara sesama agar muslimin terhindar dari bahaya yang mengancam, keretakan yang menggoyahkan umat. Silaturahim dapat mengikat mereka dalam kesatuan gerak dalam mencapai cita-cita bersama, yaitu mempertinggi kalimat Allah. Persatuan dan kesatuan ini menjadi dasar kekuatan umat dalam segala bidang.

Sebagai penutup, KH Hasyim Asy’ari menuliskan di kitabnya,

“Renungkanlah hal ini, sesungguhnya masalah hubungan persaudaraan sesama atau silaturahim ini penting sekali, karena orang orang-orang khawas terkadang lupa, apalagi orang awam.” Wallah Muwaffiq.[]

Tags: HikmahKH Hasyim Asy'ariMemutus SilaturahimNahdlatul UlamaSilaturahimUlama Nusantara
Rasyida Rifa'ati Husna

Rasyida Rifa'ati Husna

Terkait Posts

Bersyukur

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

19 Mei 2025
Pemukulan

Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

18 Mei 2025
Gizi Ibu Hamil

Memperhatikan Gizi Ibu Hamil

17 Mei 2025
Pola Relasi Suami Istri

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

17 Mei 2025
Peluang Ulama Perempuan

Peluang Ulama Perempuan Indonesia dalam Menanamkan Islam Moderat

16 Mei 2025
Nusyuz

Membaca Ulang Ayat Nusyuz dalam Perspektif Mubadalah

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

    KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi
  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version