• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Proses Perempuan, dan Titik Berangkat yang Berbeda

Ada perempuan yang menjadikan skill tertentu sebagai alat untuk meraih kebebasan. Seperti bisa naik motor, atau mengendarai mobil

Zahra Amin Zahra Amin
08/12/2023
in Personal
0
Proses Perempuan

Proses Perempuan

882
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

“Mbak Zahra, saat naik pesawat aku pernah ketiduran, dan bermimpi suamiku meninggal dunia. Lalu hal pertama yang aku pikirkan pertama kali adalah aku harus bisa menyetir mobil sendiri.”

Mubadalah.id – Demikian yang sahabatku katakan ketika kami sedang berbincang santai saat menuju kota K untuk keperluan pekerjaan. Aku yang sedang fokus menyetir mobil spontan menoleh padanya, memastikan bahwa dia sedang tidak bercanda.

Bagi seorang perempuan memiliki keterampilan untuk mandiri itu penting. Meski proses bagi setiap perempuan itu berbeda. Tetapi aku mengapresiasi keputusan-keputusan dalam hidupnya yang menurutku tak mudah. Sebab memang kadang dalam memilih hidup, kita sebenarnya tidak sedang berhadapan dengan banyak pilihan. Tetapi karena tidak ada pilihan lain. Setengah terpaksa, dari pada tidak sama sekali.

Proses perempuan untuk menjadi sesuatu inilah, yang harus kita hadapi. Usaha yang perempuan lakukan dua kali lebih keras  dan cadas. Bahkan untuk sekadar bisa mendapatkan pengakuan dari orang lain. Aku sendiri masih harus berjuang agar mampu mengatasi semua hambatan-hambatan itu. Rasa tak percaya diri, gagap dan gugup berhadapan dengan sesuatu, lalu ragu dan malu yang kerap membelenggu

Pentingnya Membangun Kemandirian

Jika kembali menilik pengalamanku, atau pengalaman teman-teman perempuanku, kemandirian perempuan menjadi kunci bagaimana ia bisa memerdekakan dirinya sendiri dari segala keterbatasan yang kerap menghalangi.

Meski setiap perempuan mengalami proses yang berbeda, tetapi tantangan yang dihadapi hampir serupa. Yakni lima pengalaman biologis perempuan, antara lain menstruasi, hamil, melahirkan, nifas dan menyusui yang membutuhkan pengetahuan tersendiri.

Baca Juga:

Kontekstualisasi Ajaran Islam terhadap Hari Raya Waisak

Persoalan Gender dalam Fikih Kesaksian

Ki Hajar Dewantara: Antara Pendidikan dan Perjuangan Kelas Pekerja

Wajah Perempuan Bukan Aurat, Tapi Keadilan yang Tak Disuarakan

Belum lagi bertambah dengan lima pengalaman sosiologis perempuan, antara lain subordinasi, diskriminasi, stigma, beban ganda dan kekerasan berbasis gender. Di setiap lapisan ketidakadilan yang perempuan alami itu, perlu pengetahuan serta pengalaman yang memadai bagaimana harus menghadapinya.

Ada perempuan yang menjadikan membaca dan menulis sebagai senjata pamungkas membongkar tembok patriarki. Sebagaimana sosok Kartini, atau Jeng Yah (Dasiyah) dalam film “Gadis Kretek.” Lalu ada juga perempuan yang menjadikan skill tertentu sebagai alat untuk meraih kebebasan. Seperti bisa naik motor, atau mengendarai mobil. Karena di belahan negeri lain, masih ada negara yang melarang perempuan berkendara sendiri sebagaimana di Arab Saudi. Meski beberapa tahun belakangan larangan tersebut sudah dicabut.

Jangan Membandingkan

Seringkali ketika bertemu dengan perempuan yang kita anggap sudah sukses dalam pencapaian kariernya, kita lantas membandingkan dengan perempuan lain. Bisa orang yang kita kenal, atau orang yang terkenal sebagai public figure.

Membandingkan proses perempuan, dan pencapaian-pencapaian yang sudah dilakukan adalah bahaya laten yang harus kita hindari. Karena setiap perempuan mempunyai titik berangkat yang berbeda, dan lingkungan yang berbeda. Sehingga meski lahir dari keluarga yang sama misalkan, tetapi lingkungan pergaulan serta teman-teman di mana ia berada akan membuat perbedaan itu makin nyata.

Standar Kebahagiaan

Apakah kemerdekaan perempuan sebanding dengan nilai kebahagiaannya? Menurutku ya, karena melalui proses kemerdekaan perempuan itu telah membentangkan jalan lempang di masa depan. Kelak akan menjadi apapun perempuan, ia mampu berkontribusi terhadap sekitarnya. Tetap kritis terhadap realitas namun juga tak kehilangan jati diri.

Di sisi lain, secara kebetulan aku juga sedang membaca buku The Geography Of Bliss, yang dulu belum sempat tuntas aku baca. Buku ini ditulis apik oleh Eric Weiner yang menceritakan tentang kisah sang pelancong filosofis yang berkeliling dunia mencari negara paling membahagiakan.

Manusia yang dikepung mimpi dan ambisi tanpa henti, hanya bisa berakhir dengan kematian. Ya seketika aku merenunginya ketika menemukan satu dialog Eric dengan seorang warga Bhutan yang bernama Karma, bagaimana kita bisa tahu bahwa kita merasa bahagia?

“Anda perlu berpikir tentang kematian selama lima menit setiap hari. Hal tersebut akan menyembuhkan, membersihkan anda.”

Karena menurut Karma, rasa takut mati ini, rasa takut mati sebelum kita mencapai apa yang kita inginkan atau melihat anak-anak kita tumbuh. Hal inilah yang akan menyusahkan kita, sehingga kita harus mempersiapkan diri menghadapi saat ketika kita tidak ada lagi.

Artinya menjadikan kasih sayang terhadap sesama sebagai ambisi utama, akan membuat hidup kita menjadi lebih tenang, dan tentu juga lebih bahagia. Begitu juga dengan kehidupan seorang perempuan, istri sekaligus ibu yang kehidupannya berkelindan dengan keluarga, dan orang-orang yang kita sayangi.

Sebagaimana langkah yang diambil sahabatku dalam pembuka tulisan ini. Ia ingin menyiapkan diri agar menjadi perempuan mandiri, ketika kelak pasangan hidupnya tak lagi menyertai, ia tak perlu meratapi nasib lagi. []

Tags: GenderkeadilankebebasanKemandiriankemerdekaanKesetaraanPengalamanProses Perempuan
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Noble Silence

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

17 Mei 2025
Suami Pengangguran

Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban

16 Mei 2025
Keadilan Semu

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

15 Mei 2025
Memahami Disabilitas

Memahami Disabilitas: Lebih Dari Sekadar Tubuh

14 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

    KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Alasan KUPI Jadikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menghindari Pemukulan saat Nusyuz
  • Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version