Mubadalah.id – Puisi hari raya mungkin tak banyak dituliskan. Padahal, hari raya adalah momen terbaik untuk mengkristalkan peristiwa dalam kata-kata.
Banyak orang senang dengan puisi tentang tema-tema tertentu yang popular. Jika Anda senang dengan puisi tentang hari raya yang sufistik bisa berkunjung ke Kitab “Latha’if al-Ma’arif” karya Imam Ibn Rajab (w. 795 H).
Salah satu ungkapan sufistik dalam puisi hari raya yang terdapat dalam Kitab tersebut adalah:
“Berhari raya yang penuh suka cita itu ketika kita selalu bersama-Nya. Tidak penting susah atau gembira, berbaju baru atau lusuh, jika kita selalu mengingat-Nya, kita sesungguhnya sedang ber-hari raya”.
Sementara yang berbentuk gubahan puitik dalam puisi hari raya adalah:
ليس العيد لمن لبس الجديد،
إنما العيد لمن طاعاته وتقواه تزيد
Berhari raya itu bukan dengan baju-baju baru lalu bergembira,
Melainkan dengan tambahnya ketaatan, taqwa, dan setia.
Puisi lain:
ليس العيد لمن تجمل باللباس والركوب،
إنما العيد لمن غفرت له الذنوب
Hari raya itu bukan bagi yang memperindah diri dengan baju dan kendaraan,
Melainkan mereka yang mendapat ampunan
Puisi lain tentang malah hari raya yang digubah salah satu ulama sufi:
بحرمة غربتي كم ذا الصدود
ألا تعطف علي ألا تجود
سرور العيد قد عم النواحي
وحزني في ازدياد لا يبيد
فإن كنت اقترفت خلال سوء
فعذري في الهوى ألا أعود
Aku memang terasing dari-Mu,
sehingga tertutup semua pintu
Tapi, tidakkah engkau mengasihi diriku
dan mau berbagi rindu?
Kegembiraan hari raya telah membahana ke segala penjuru
Tetapi sedihku justru bertambah,
dan suaranya masih nyaring menderu
Aku akui telah berdosa pada-Mu
pada saat-saat salah dan khilafku
Maafkan nafsuku, janjiku
kan selalu setia pada-Mu.
Puisi lain:
للناس عشر وعيد
وأنا فقير وحيد
يا غايتي ومنايا
قد لذ لي ما تريد
Mereka punya hari-hari raya dengan suka cita
Aku miskin dan sendiri, tidak memiliki itu semua
Duhai tujuan hidup dan matiku
Suka citaku ketika memenuhi semua kehendak-Mu
Imam al-Syibli (Dulaf bin Jahdar, w. 334 H/946 M) juga menggubah sebuah bait syi’ir serupa:
إذا ما كنت لي عيدا
فما أصنع بالعيد
جرى حبك في قلبي
كجري الماء في العود
Andai aku berjumpa dengan hari rayaku
Apakah yang bisa kuperbuat untuknya saat itu?
Cukuplah cinta-Mu yang mengalir dalam hatiku
Laksana air yang mengalir dalam batang kayu
Bagi orang-orang yang beriman, kata Ibn Rajab, setiap hari adalah hari raya, ketika bisa beribadah, bertakwa, dan sadar dengan kehadiran Allah Swt. Sebagaimana di surga kelak, setiap hari adalah hari raya, karena selalu berjumpa dan bercengkerama dengan Allah Swt. (Faqih)
Sumber: Kitab “Latha’if al-Ma’arf fima li Mawasi al-‘Am min al-Wazha’if” karya Imam al-Hafiz Zayn al-Din Abi al-Faraj ‘Abdurrahman ibn Ahmad ibn Rajab al-Hanbali al-Dimasyqi (736-795 H).
Demikian puisi hari raya yang puitis. Semoga bisa menjadi inspirasi bagi sidang pembaca yang gemar menulis. Aamiin.[]