• Login
  • Register
Minggu, 25 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Sejarah Awal Mula Ibadah Shalat Disyariatkan

Kata shalat terambil dari Bahasa Arab yaitu “shalla-yushalli-sholatan” yang inti dari kata tersebut untuk berdoa kepada Allah Swt

Khairul Atfal Khairul Atfal
05/10/2021
in Hikmah
0
Shalat

Shalat

1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kata shalat sudah tidak asing lagi di telinga. Karena kita tahu bahwa seseorang yang beragama Islam, baligh dan mempunyai akal tidak akan lepas dari shalat. Bukan hanya itu, shalat juga termasuk rukun Islam yang kedua setelah membaca syahadat. Kata shalat terambil dari Bahasa Arab yaitu “shalla-yushalli-sholatan” yang inti dari kata tersebut untuk berdoa kepada Allah Swt. Kenapa demikian? Karena di dalam shalat hampir atau bahkan semua bacaan isinya berupa doa, mulai dari doa iftitah sampai dengan salam semuanya berisi doa.

Sejarah awal disyariatkannya shalat dimulai saat peristiwa Isra’ dan Mi’raj Rasulullah SAW. Isra’ dan Mi’raj sendiri merupakan hadiah yang Allah berikan kepada Rasulullah SAW, setelah mengalami peristiwa meninggalnya dua orang yang sangat berjasa kepada beliau, yaitu Abu Thalib yang statusnya bukan hanya sebagai paman saja melainkan juga sebagai pelindung saat Rasulullah melakukan dakwahnya.

Setelah itu disusul dengan meninggalnya istri tercinta, yaitu Sayyidah Khadijah yang selalu ada saat beliau membutuhkan sandaran. Peristiwa tersebut dinamai tahun “’amul huzni” pada tahun 617 M. Setelah terjadinya peristiwa itu tepatnya pada tahun 620-621 M Allah memerintahkan Malaikat Jibril untuk menjemput Rasulullah Saw saat beliau menginap di rumah Ummu Hani’. Dalam sebagian kisah disebutkan bahwa saat Malaikat Jibril datang untuk membawa beliau atap ke rumah Ummu Hani’ terbuka dan tertutup dengan sendirinya.

Pertama, Malaikat Jibril membawa Rasulullah Saw ke Masjidil Haram lalu membaringkan beliau di atas Hijr Isma’il dalam keadaan masih mengantuk. Di sini terjadilah peristiwa pembelahan dada Rasulullah Saw untuk pertama kalinya. Pembelahan tidak hanya dilakukan oleh Malaikat Jibril sendiri melainkan dibantu oleh Malaikat Mikail dan malaikat-malaikat yang lainnya.

Rasulullah SAW dibelah dadanya mulai dari lubang leher sampai di bagian perut paling bawah lalu para malaikat mengeluarkan hati beliau dengan cara yang halus. Setelah itu mereka membasuh hati beliau dengan air zamzam sebanyak 3x dan kemudian diisi dengan kedermawanan, pengetahuan, keyakinan dan keimanan.

Baca Juga:

Meneladani Noble Silence dalam Kisah Bunda Maria dan Sayyida Maryam menurut Al-Kitab dan Al-Qur’an

Menyusui Anak dalam Pandangan Islam

KB dalam Pandangan Islam

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

Setelah peristiwa itu, Rasulullah Saw dipersilahkan untuk menaiki Buroq dengan Malaikat Jibril di sisi kanan dan Malaikat Mikail di sisi kiri beliau. Saat melakukan perjalanan mereka hanya berhenti empat kali, dan di setiap tempat yang disinggahi, Rasulullah Saw melakukan shalat dua rakaat atas perintah Malaikat Jibril dari Allah Swt. Yang pertama di Thaibah, tempat Rasulullah Saw hijrah. Kedua di Kota Madyan, tepatnya di pohon Nabi Musa As. Ketiga di Thur Sina’, dimana Allah berbicara kepada Nabi Musa As. Keempat di Baitulahmin, tempat Nabi Isa As dilahirkan.

Sesampainya di Baital Maqdis, Rasulullah Saw bersama Malaikat Jibril sama-sama melakukan shalat dua rakaat. Tidak lama kemudian banyak orang berdatangan lalu mengumandangkan adzan, dan shalat berjamaah dengan Rasulullah Saw sebagai imam. Setelah semuanya bubar Malaikat Jibril memberi tahu Rasulullah Saw bahwa orang-orang yang shalat di belakang beliau (makmum) ialah nabi-nabi yang Allah Swt utus.

Saat Rasulullah Saw keluar dari Baital Maqdis beliau merasa haus sehingga Malaikat Jibril memberikan wadah yang berisi susu, wadah yang berisi khamr dan wadah yang berisi air. Rasulullah Saw memilih wadah yang berisi susu. Malaikat Jibril berkata “Engkau memilih pilihan yang benar. Jika saja engkau memilih air, maka umat engkau akan tenggelam. Dan jika engkau memilih khamr, maka umat engkau akan sesat dan sedikit yang beriman.

Setelah beliau melakukan Isra’, barulah beliau melakukan Mi’raj bersama dengan Malaikat Jibril ke Sidratul Muntaha. Setiap mereka sampai di batas langit, Malaikat Jibril meminta malaikat penjaga langit untuk membukakan pintu untuk mereka, dan di tiap-tiap langit Rasulullah Saw bertemu dengan nabi-nabi sebelumnya serta mendoakan beliau dengan kebaikan

Sampai di tempat dimana Malaikat Jibril tidak bisa lagi menemani Rasulullah Saw untuk melanjutkan perjalanan, Rasulullah berkata “Apakah seorang kekasih akan meninggalkan kekasihnya disini?”. Malaikat Jibril menjawab “Ini adalah tempatku. Jika saja aku maju sedikit, maka aku akan terbakar karena cahaya. Tidak ada untuk kita kecuali tempat yang diketahui.

Maka dari sini silahkan engkau maju sendiri”. Lalu Rasulullah pun berjalan sendiri sampai beliau bertemu dengan Allah Swt. Pada saat beliau sampai, Allah megucapkan salam kepada Rasulullah Saw “Attahiyyatul mubarokatus shalawatu al-thoyyibatu lillah. Assalamu ‘alaika ayyuhan nabiyyu warohmatullahi wabarokatuh“. Pada saat itu Rasulullah tidak lupa kepada semua umatnya dan akhirnya beliau mengatakan “Assalamu ‘alaina wa’ala ibadillahi as-sholihin”.

Dari sinilah awal mula disyariatkannya shalat untuk umat Rasulullah Saw. Pertama kali Allah mensyariatkan shalat sebanyak 50x dalam sehari. Akan tetapi Nabi Musa menyuruh Rasulullah Saw untuk meminta keringanan kepada Allah. Akhirnya Rasulullah kembali ke Allah untuk meminta keringanan. Sampai akhirnya shalat yang awalnya 50x menjadi 5x dalam sehari.

Akan tetapi Nabi Musa masih menyuruh Rasulullah Saw untuk meminta keringanan lagi, namun Rasulullah enggan dan berkata “Saya telah bolak-balik untuk meminta keringanan sampai saya merasa malu”. Dan akhir dari keputusan itu, shalat yang awalnya 50x dalam sehari semalam ditetapkan menjadi sebanyak 5x. []

Tags: islamIsra mi'rajNabi Muhammad SAWsejarahshalat
Khairul Atfal

Khairul Atfal

Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya dari Sumenep yang kadang-kadang suka baca dan suka nulis.

Terkait Posts

Meneladani Noble Silence

Meneladani Noble Silence dalam Kisah Bunda Maria dan Sayyida Maryam menurut Al-Kitab dan Al-Qur’an

24 Mei 2025
ihdâd

Ihdâd: Pengertian dan Dasar Hukum

24 Mei 2025
Filosofi Santri

Filosofi Santri sebagai Pewaris Ulama: Implementasi Nilai Islam dalam Kehidupan Sosial

23 Mei 2025
KB perempuan

Benarkah KB Hanya untuk Perempuan?

23 Mei 2025
KB dan Politik

KB dan Politik Negara

22 Mei 2025
KB Modern

5 Jenis KB Modern

22 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan

    Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Tegaskan Eksistensi Keulamaan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Melihat Lebih Dekat Dampak dari Pernikahan Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meneladani Noble Silence dalam Kisah Bunda Maria dan Sayyida Maryam menurut Al-Kitab dan Al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hidup Minimalis juga Bagian dari Laku Tasawuf Lho!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menjadi Perempuan dengan Leluka yang Tak Kutukar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Melihat Lebih Dekat Dampak dari Pernikahan Anak
  • Tantangan Difabel: Aku Tidak Berbeda, Hanya Hidup dengan Cara yang Berbeda
  • Menjadi Perempuan dengan Leluka yang Tak Kutukar
  • Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Tegaskan Eksistensi Keulamaan Perempuan
  • Meneladani Noble Silence dalam Kisah Bunda Maria dan Sayyida Maryam menurut Al-Kitab dan Al-Qur’an

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version