“Mau ke psikiater?! Dia gila, ya?”
“Kurang dekat sama Tuhan, sih. Jadinya stress, kan.”
“Masak gitu aja harus ke psikiater. Lebay banget, deh!”
Mubadalah.id – Hai, teman-teman. Seberapa sering kita mendengar stigma negatif di atas, yang tertuju pada klien psikiater? Stigma yang menganggap bahwa seseorang datang ke psikiater adalah orang gila. Lebih parahnya, kerap dikait-kaitkan dengan agama dan Tuhan.
Pemahaman yang salah kaprah ini sudah berlapis dan mengakar. Stigma negatif yang hadir dari masyarakat merupakan hasil pemikiran terstruktur, tanpa mau tahu alasan seseorang datang ke psikiater. Seakan-akan, semua dipukul rata bahwa orang datang ke psikiater sudah pasti gila dan sudah pasti jauh dari Tuhan. Bahkan sampai sekarang, di sekitar kita, pemikiran tersebut masih saja wira-wiri kita dengar.
Mengapa Stigma Negatif Masih Terjadi?
Beberapa orang dengan pemahaman dan lingkungan yang beragam, dapat menghasilkan buah pikir tidak tepat. Salah satunya, pola pikir terhadap klien psikiater. Pernah dan sering kita dengar, masyarakat memberikan stigma negatif terhadap klien psikiater karena melihat kejadian secara umum. Stigma negatif terjadi hanya karena masyarakat mendengar, bahwa orang yang memiliki gangguan jiwa dibawa ke psikiater.
Sebenarnya hanya satu permasalahan kesehatan mental tersebut, tapi menjadikan stigma umum bagi orang yang datang ke psikiater. Beberapa masyarakat memaknai gangguan jiwa dengan sebutan gila. Padahal, gangguan jiwa dan gila adalah kosa kata dengan makna berbeda. Stigma gila ini kemudian diucapkan untuk semua klien psikiater.
Rangkaian pemikiran yang jatuhnya menjadi stigma buruk ini, mengakar sampai sekarang. Bahkan bisa jadi, sudah terdengar oleh anak-anak dan dewasa di sekitar kita. Makanya, masih banyak orang di samping kita yang usianya sudah dewasa, memberikan stigma tidak tepat ke klien psikiater.
Kemudian timbul pertanyaan, “Apakah orang yang memberikan stigma negatif ini tidak sadar?” Lagi-lagi, kita tidak bisa memaksakan semua orang dalam pemikiran yang sama. Stigma yang hadir dari mulut masyarakat tidak dapat kita kendalikan. Padahal, ketika klien psikiater mendengar stigma negatif, bisa jadi kesehatan mentalnya semakin padam.
Menyakitkan? Iya. Tapi, kita bisa mengolah dan memilih respon seperti apa yang akan kita berikan ke dalam diri sendiri ketika mendengar stigma negatif dari masyarakat. Kita yang bertanggung jawab atas respon dari stigma negatif, tentunya berkeinginan tidak surut semangatnya. Tapi semua, tergantung bagaimana masing-masing klien psikiater dalam memberikan tanggapan.
Keberanian Seseorang datang Ke Psikiater Pantas Mendapat Apresiasi
Kesehatan mental merupakan subjek dari kesehatan jiwa yang selayaknya dijaga. Kesehatan raga tanpa kesehatan mental, hasilnya tidak akan seimbang. Hal ini juga berlaku sebaliknya. Seseorang yang memiliki kesadaran bahwa mental adalah bagian penting kehidupan, sangat menyayangkan jika kesehatan mental ia abaikan.
Masih banyak orang yang sadar adanya perubahan kondisi tubuh karena kesehatan mental, namun tidak berani datang ke psikiater. Salah satunya disebabkan karena stigma masyarakat yang terus menjadi momok.
“Duh, takut ke psikiater. Nanti dianggap gila.”
“Kalau temanku tahu aku datang ke psikiater, nanti dianggapnya lebay.”
Kalimat di atas adalah beberapa bentuk ketakutan seseorang saat hendak berobat ke psikiater. Perlu kita ketahui, ketika kondisi tubuh mengalami gangguan yang berasal dari mental, berhak kita bawa ke psikiater. Pertama yang harus kita miliki ketika kondisi tubuh merasa terganggu karena mental adalah ‘awareness‘.
Awareness atau kesadaran bahwa keadaan mental yang menganggu aktivitas adalah kondisi yang normal. Kita bangun kesadaran, bahwa kita semua hanyalah manusia. Maka, tidak salah ketika kita merasakan kondisi mental tidak stabil, memilih datang ke psikiater.
Keberanian dan pemikiran tersebut pantas kita apresiasi. Bagaimana tidak? Seseorang datang ke psikiater berani mengambil langkah tepat di tengah stigma negatif yang suaranya terdengar jelas. Seseorang berani datang ke psikiater adalah seseorang yang luar biasa. Ia sadar bahwa apa yang dia alami adalah gejala yang harus mendapat pengobatan dan pantas untuk dipulihkan. Klien psikiater adalah orang hebat yang terus memperjuangkan kesehatan.
3T untuk Klien Psikiater
Munculnya stigma negatif dari masyarakat, membuat klien psikiater harus berjuang lebih keras untuk memberanikan diri melakukan pengobatan. Ada pola penerapan 3T yang bisa kita jadikan kunci pejuang kesehatan mental. Apa itu 3T? Tutup telinga, Tinggalkan Lingkungan Toxic, dan Teruskan Pengobatan.
1. Tutup telinga
Mendengar stigma negatif dari masyarakat memang satu hal yang menyakitkan. Tapi sadarlah, bahwa komentar masyarakat tidak dapat kita kendalikan. Berikanlah ruang untuk kita mengafirmasi diri, “Ini, lho, aku. Apapun kondisi aku, aku terima,”, “Kondisi mentalku adalah kondisi yang berhak mendapatkan perhatian. Tidak apa-apa sekarang seperti ini,” Tutup telinga erat-erat dan biarkan stigma negatif menjadi angin lalu yang tidak berguna.
2. Tinggalkan Lingkungan Toxic (Tidak Sehat)
Manusia berada dalam lingkaran kehidupan sosial. Begitu juga dengan kita, hidup berdampingan dengan masyarakat. Tapi, kita sepenuhnya berhak memilih lingkungan seperti apa yang akan kita jadikan boundaries. Ketika lingkungan di sekitar kita, dalam pertemanan misalnya, tidak mendukung dan memberikan stigma negatif, maka lebih baik tinggalkan.
Coba bayangkan, kita punya dua pilihan, “Aku tetap tinggal di sini bersama teman-teman, tapi mentalku semakin terganggu,” atau “Aku pergi dari sini dan kehilangan teman-teman, tapi mentalku lebih aman,” cobalah pilih kalimat yang kedua. Kita meninggalkan lingkungan pertemanan bukan karena kita benci kepada mereka. Tapi karena kita sadar bahwa kondisi mental kita berhak mendapat perhatian penuh. Kalau bukan kita yang mendengar suara sendiri, siapa lagi?
3. Teruskan Pengobatan
Seseorang yang datang ke psikiater, mayoritas mendapatkan pendampingan sekaligus pengobatan. Ketika kita sudah melakukan poin satu dan dua, maka tugas kita adalah meneruskan pengobatan, sebaik-baiknya. Tentu, psikiater adalah orang yang lebih ahli memahami kondisi mental kita daripada orang-orang yang memberikan stigma negatif dan orang-orang yang toxic. Berikan energi kita untuk menyehatkan mental diri sendiri. Jangan lelah, ya. Kita semua yang datang ke psikiater adalah manusia berharga. []