Mubadalah.id – Yayasan Fahmina kembali menunjukkan komitmennya sebagai lembaga sosial kemasyarakatan yang konsisten berpihak pada kelompok lemah atau mustadafin. Sejak awal berdiri, lembaga ini menaruh perhatian besar pada kelompok yang sering terpinggirkan. Tahun 2025, langkah konkret mereka makin terlihat dengan menghadirkan fasilitas ramah disabilitas di lingkungan yayasan.
Ketua Yayasan Fahmina, Marzuki Rais, menegaskan bahwa komitmen ini berangkat dari kesadaran mendasar tentang martabat manusia.
“Disabilitas dalam masyarakat kita masih sering dipandang sebelah mata. Mereka distigma sebagai orang lemah, tidak mampu, bahkan ada yang menganggapnya sebagai kutukan. Padahal Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk yang mulia, walaqod karromna bani adam,” ujarnya, pada Selasa 30 September 2025.
Bagi Marzuki, pandangan semacam itu harus diluruskan. Fahmina merasa terpanggil untuk melakukan advokasi agar penyandang disabilitas mendapatkan hak dan aksesibilitas yang sama dalam berbagai aspek kehidupan.
“Mereka juga berhak atas akomodasi yang layak. Jika akses itu diberikan, mereka bisa berpartisipasi penuh dalam kehidupan sosial, dan stigma perlahan akan terkikis,” tambahnya.
Dari Kursi Roda hingga Infrastruktur Ramah Difabel
Upaya ini sesungguhnya bukan hal baru bagi Fahmina. Sejak 2005, lembaga ini pernah terlibat dalam pembagian kursi roda bagi penyandang disabilitas daksa di Kabupaten Cirebon. Namun baru pada 2025, komitmen itu diwujudkan lebih sistematis dengan pembangunan fasilitas khusus.
Sebelum memutuskan jenis akomodasi yang diperlukan, Fahmina melibatkan berbagai pihak untuk memberikan masukan. Mereka mengundang Nurul dari SAPDA (Sentra Advokasi Perempuan, Difabel, dan Anak) Yogyakarta sebagai konsultan. Dari diskusi itu, lahirlah berbagai rekomendasi fasilitas yang akhirnya kami terapkan.
Respons yang datang pun positif. “Ada yang mengatakan, bahkan gedung-gedung lembaga negara saja belum semua menyediakan akomodasi ramah disabilitas seperti yang Fahmina lakukan,” kata Marzuki.
Dampak awal dari langkah ini sudah mulai terlihat. Beberapa lembaga lain di Cirebon mulai terinspirasi untuk menghadirkan fasilitas serupa.
Fasilitas Ramah Disabilitas yang Fahmina Sediakan
Bendahara Yayasan Fahmina, Syatori, merinci sejumlah fasilitas yang sudah Fahmina bangun. Di antanya toilet khusus disabilitas untuk laki-laki dan perempuan kini tersedia.
Lalu lalur akses menuju gedung-gedung penting, seperti Gedung Pengurus Yayasan dan Gedung ISIF, dilengkapi dengan ramp serta pegangan rambat (handrail). Bahkan untuk tuna netra, guiding block atau jalur pemandu juga kami sediakan.
Selain infrastruktur, sejumlah alat bantu disiapkan untuk mendukung kebutuhan dasar penyandang disabilitas, seperti kursi roda, tongkat tuna netra, crutch (kruk ketiak), shower chair lipat, hingga walker (alat bantu jalan).
“Kami berupaya sedikit demi sedikit, setiap kali membangun atau memperbaiki ruangan, selalu ada perhatian agar ramah difabel,” jelas Syatori.
Meski sudah melangkah jauh, bukan berarti tanpa hambatan. Menurut Syatori, tantangan terbesar sebenarnya bukan pada teknis pembangunan, melainkan pada cara pandang masyarakat.
“Banyak orang menganggap penyediaan akomodasi ramah disabilitas itu memberatkan karena butuh biaya tambahan. Padahal sebenarnya sama saja dengan penyediaan fasilitas umum lainnya,” ujarnya.
Karena baru tiga bulan berjalan, pihak yayasan mengakui belum ada pengalaman langsung dari penyandang disabilitas yang memanfaatkan fasilitas tersebut. Namun mereka optimistis manfaat besar akan terasa dalam waktu dekat.
Ke depan, Marzuki Rais menegaskan bahwa Fahmina tidak hanya berhenti pada pembangunan fisik. Sosialisasi dan advokasi akan terus kita galakkan, termasuk dengan melibatkan ulama perempuan untuk menyuarakan hak-hak teman-teman disabilitas.
“Disabilitas bukan beban masyarakat. Pada hakikatnya, mereka punya kemuliaan dan hak yang sama dengan manusia lainnya. Maka pemerintah dan lembaga-lembaga lain selayaknya memberikan fasilitas yang mereka butuhkan. Yang kami inginkan bukan belas kasihan, tapi penghormatan atas hak yang setara,” tutup Marzuki. []