Mubadalah.id – Beberapa hari kemarin kita baru saja memperingati Hari Pahlawan, Men. 10 November 2021 kembali mengingat betapa pada tanggal yang sama selalu diperingati sebagai hari pahlawan dikarenakan pernah terjadi pertempuran sengit melawan penjajah yang hendak kembali menginvasi negeri yang rindu hidup merdeka.
Berbicara tentang pahlawan, mereka jelas bukan orang biasa. Mereka memiliki lakon tirakat yang tidak bisa ditiru oleh orang lain, mereka semua memiliki jalan tirakat yang mungkin sama dengan yang lainnya tetapi juga tetap memiliki tirakat rahasia.
Gus Baha’ mengatakan pada zaman dulu ada wali mulamatiyah yang lakon tirakatnya adalah hanya melakukan shalat fardlu saja secara tertib dan menjauhi maksiat. Ibadah sunnah hanya menjadi sekian anjuran.
Mbah Hamid bagaimana? Beliau tirakatnya juga luar biasa, mengistiqomahkan salat Subuh berjamaah setiap hari tanpa meninggalkannya. Jelas bukan perkara mudah bagi kita.
Habib Munzir juga tirakat dengan selalu menggiatkan bersalawat seantero negeri tanpa kenal lelah dan itu jelas memerlukan keistiqomahan yang luar biasa.
Para wali sembilan, memiliki tirakat yang banyak dan semua istiqomah yang tentunya berbeda dengan laku tirakat kita dalam kekuatan munajat dan ketekunan dalam beristiqomah.
Lantas apakah kita ini enggak bisa tirakat?
Gus Baha’ mengatakan, tirakatmu dewe-dewe. Ada yang kuat puasa maka tirakatnya dengan puasa, ada yang kuat bangun malam, tirakatnya dengan solat lail, ada yang tirakatnya hanya kuat untuk tidak melakukan ghibah.
Itu semua jenis tirakat manusia untuk melancarkan hajat, untuk dimudahkan dalam segala urusan, untuk mendapatkan Ridla Allah. Semua memiliki pintu masing-masing untuk dikumpulkan sebagai laporan kepada Tuhan bahwa fulan ini dan itu sudah berusaha sebaik mungkin melakukan tirakatnya dengan cara masing-masing. Tujuannya hanya satu mendapatkan Shirathal Mustaqim dan husnul khatimah.
Anak yang shaleh atau shalihah.
Rizki yang melimpah
Ilmu yang mumpuni dan manfaat.
Semuanya akan bermuara pada tujuan akhir yaitu ketika di akhirat kita semua diberi kemudahan dan hisab yang mudah.
Jadi, jangan takut jika tirakatmu, tirakatku berbeda dengan mereka semua yang alim-alim. Sudah disediakan pintu khususnya oleh Allah. Tenang saja.
Lantas, bagaimana laku tirakat para pahlawan kita yang berjuang melawan para penjajah dulu?
Mereka sakti, wali, karomahnya luar biasa. Tetapi mereka bersatu padu dengan orang-orang biasa saja yang tirakat mereka cuma satu. Shalat khusyu’ demi kemerdekaan negeri, menahan lapar dengan bersembunyi di hutan demi bisa merebut kembali kemerdekaan tanah air serta membaca dzikir, wirid dan shalawat semoga saat mereka mati dalam keadaan berperang hanya syahid yang menjadi pahala.
Sehingga, para ulama’ yang memiliki tirakat berbeda-beda itu bersatu dengan ulama’ lain, bersatu dan bergabung dengan rakyat biasa yang tirakat cinta tanah airnya luar biasa lalu bersama bergerak turun ke lapangan untuk menghalau dan menghalangi penjajah. Tidak hanya itu, mereka juga berperang tanpa menyerah.
Mereka kemudian berhasil merebut kembali negeri ini meski tidak sedikit yang bersimbah darah dan wafat di medan pertempuran.
Laku tirakat mereka semua kemudian adalah menurunkan ego dan mau bersatu dengan yang lainnya demi kemerdekaan bangsa.
Bagaimana dengan para perempuan? Para ibu? Mereka juga Pahlawan. Nama mereka mungkin tidak sedahsyat dicatat di halaman sejarah negara tetapi selama perempuan Indonesia mau tirakat dengan cara paling sederhana dengan Istiqomah mendoakan anak-anak mereka agar menjadi generasi yang thayyibah, dan barokah terlepas dari apapun nanti masa depan anak-anak mereka akan menunjukkan hasil doanya, para perempuan itu telah melakukan laku tirakatnya yang istimewa.
Sehingga, semua adalah pahlawan tergantung dari mana sudut pandang kita melihatnya, tergantung dari hati sebelah mana kita menghargai mereka semua.
Karena mereka semua telah melakukan tirakat yang paling berat untuk mewujudkan semua itu yaitu tidak melakukan kemaksiatan.
Semoga pada hari pahlawan ini Allah memberi rizki yang melimpah kepada kita semua, sehat selalu dalam kehidupan kita. Sedikit ijazah peluas rizki dari Habib Luthfi ini mungkin bisa menyemarakkan hari pahlawan kita kali ini.
Baca surat an-naas 100 kali. Diawali dengan shalawat Allahumma Shalli’alaa Sayyidina Muhammad 100 kali, lalu ditutup dengan Allahumma Shalli’alaa Sayyidina Muhammad 100 kali juga. Jika Istiqomah melakukannya bukankah ini sudah menjadi laku tirakat kita semua. Semoga kabul ya Allah, semoga kita semua selamat dunia dan akhirat. Amin. []