Mubadalah.id – Setidak terdapat 3 pola pendidikan anak ala Rasulullah SAW. Pasalnya, anak merupakan salah satu anugerah dan amanah yang Allah SWT berikan kepada setiap orang tua. Keduanya mempunyai tanggung jawab untuk memberikan yang terbaik dalam pendidikan, pengasuhan, perawatan, dan perlindungan.
Dalam mendidik anak, orang tua sebaiknya dapat menerapkan pola pendidikan anak ala Rasulullah Saw.
3 Pola Pendidikan Anak Ala Rasulullah
Berikut tiga pola pendidikan anak ala Rasulullah Saw, seperti terdapat dalam buku Parenting With Love, karya dari Maria Ulfah Anshor.
1. Penyabar dan Tidak Pemarah
Menurut Rasulullah Saw sifat penyabar dan tidak pemarah merupakan sifat yang dicintai oleh Allah Swt.
Penggambaran tentang kedua sifat ini termaktub dalam kisah riwayat dari Abdullah ibn Thahir, “Pada suatu hari, saya bersama Al-Ma’mun (Khalifah Bani Abbasiyyah), lalu beliau memanggil pelayannya, ‘Ghulam’ tetapi panggilannya tidak dijawab.
‘Ghulam’ panggilan kedua kalinya pun tidak mendapatkan jawaban, lalu panggilan yang ketiga, barulah seorang pelayan laki-laki muda keluar sambil berkata, “Apakah seorang pelayan tidak berhak makan dan minum? Bukankah saya baru saja melayani Anda, kenapa dipanggil-panggil lagi?”
Mendengar perkataan pelayannya itu, Al-Ma’mun lama tertunduk. Saya curiga jangan-jangan Al-Ma’mun akan menyuruh saya untuk memenggal leher pelayannya itu.
Kemudian, dia mengangkat kepalanya dan memandang saya, ‘Wahai Abdullah’ Jika ada majikan yang baik, justru pelayannya yang buruk. Tapi, saya tidak mau berperilaku buruk untuk memperbaiki perilaku pembantu saya.”
2. Lemah Lembut dan Menghindari Kekerasan
Inilah tipe kedua pola pendidikan ala Rasulullah. Dalam menjelaskan sifat lemah lembut dan menghindari kekerasan, Rasulullah Saw. bersabda;
“Allah itu Mahalembut (Lathif), dan Dia mencintai kelembutan. Allah anugerahkan kepada kelembutan apa yang tidak ada kepadanya kekerasan dan kepada selainnya” (HR Muslim dari Aisyah r.a.)
Dalam riwayat lain Nabi Saw. menjelaskan dalam sabdanya;
“Tidaklah kelembutan itu terdapat pada sesuatu, melainkan akan membuatnya indah, dan ketiadaannya dari sesuatu akan menyebabkannya menjadi buruk.” (HR Muslim)
Sifat-sifat yang demikian juga telah terangkum dalam pendapat oleh para ulama terdahulu dalam pergaulan mereka.
Peristiwa yang biasa menggambarkan sifat lemah lembut, antara lain yang dialami oleh budak lelaki Imam Zainal Abidin (cicit Ali r.a).
Pada suatu hari, budak itu menuangkan air minum ke gelas Imam Zainal Abidin dari poci yang terbuat dari porselin.
Tiba-tiba poci itu jatuh dan mengenai kaki sang Imam hingga berdarah.
Buru-buru pelayan itu berkata, “Wahai Tuan, Allah Swt telah berfirman, Dan mereka itu adalah orang-orang yang bisa menahan kemarahan.”
Mendengar itu, Imam Zainal Abidin berkata, “Ya, saya tahan kemarahan saya.”
“Dan (juga) pemaaf kepada manusia,” ucap budak itu membaca lanjutan firman Allah tadi.
“Ya, saya pun telah memaafkan kamu,” kata Imam Zainal Abidin.
“Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan,” lanjut budak itu menyempurnakan bunyi firman Allah tersebut.
“Sudah, kamu saya merdekakan karena Allah,” kata Imam Zainal Abidin.
3. Penuh Kasih Sayang
Ini adalah pola ketiga dalam pendidikan ala Rasulullah. Sikap penuh kasih dan sayang yang dimiliki Rasulullah Saw terdapat dalam sabdanya;
Sulaiman Malik bin Al-Huwairits menceritakan bahwa dia pernah tinggal (untuk nyantri) bersama Rasulullah Saw, dengan teman-teman sebayanya selama dua puluh malam. “Kami dapati beliau sebagai seorang yang sangat penyayang dan pengasih,” cerita Al-Huwairits.
“Setelah melihat bahwa kami sudah rindu kepada keluarga, beliau bertanya tentang siapa saja orang-orang yang kami tinggalkan di rumah. Kami pun memberitahukannya, sehingga kami diperintahkan agar pulang.”
Beliau menasihati, “Pulanglah kepada keluarga kalian, tinggallah bersama mereka, ajari mereka, berbuatlah baik kepada mereka, dan shalatlah kamu seperti ini pada waktu demikian, shalatlah begini pada waktu demikian “Jika tiba waktu shalat, salah seorang harus azan dan yang paling tua menjadi imam.”
Dalam hadis lain Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya setiap pohon itu berbuah. Buah hati adalah anak. Allah tidak akan menyayangi orang yang tidak sayang kepada anaknya. Demi Zat yang jiwaku ada dalam kekuasaan-Nya, tidak akan masuk surga kecuali orang yang bersifat penyayang.”
Seorang sahabat berkata, “Wahai Rasulullah setiap kita bisa menyayangi.”
Rasulullah Saw menjawab, “Kasih sayang itu bukan (terbatas) seorang menyayangi kawannya, namun kasih sayang untuk semua manusia.”
Memilih yang termudah di antara dua perkara selagi tidak berdosa.
Aisyah r.a berkata, “Tidaklah dihadapkan kepada Rasulullah Saw. dua perkara, melainkan akan dipilihnya perkara yang paling mudah selama hal itu tidak berdosa. Jika berdosa, beliau adalah orang yang paling awal meninggalkannya. Dan, beliau tidak menaruh dendam terhadap dirinya kecuali jika dirinya melanggar larangan Allah. Maka, beliau akan menghukum dirinya karena Allah.” (Rul)