Mubadalah.id – Anak merupakan salah satu anugerah dan amanah yang Allah SWT berikan kepada setiap orang tua. Keduanya mempunyai tanggung jawab untuk memberikan yang terbaik dalam memberikan pola pendidikan ramah anak.
Pola pendidikan ramah anak tersebut harus mengedepankan prinsip-prinsip tidak membedakan antara anak yang satu dan lainnya. Keduanya harus dipandang secara proporsional, sesuai dengan kondisi dan tingkat kebutuhannya masing-masing.
Berikut empat pola pendidikan ramah anak seperti dikutip di dalam buku Pengasuhan Anak dalam Keluarga Islam yang ditulis Drs. Fuaduddin TM, M.Ed.
1. Pendidikan Melalui Pembiasaan
Pengasuhan dan pendidikan di lingkungan keluarga lebih diarahkan kepada penanaman nilai-nilai moral keagamaan, pembentukan sikap dan perilaku yang diperlukan agar anak-anak mampu mengembangkan dirinya secara optimal.
Penanaman nilai-nilai moral agama ada baiknya diawali dengan pengenalan simbol-simbol agama, tata cara ibadah (salat), bacaan al-Qur’an, doa-doa dan seterusnya. Orang tua diharapkan membiasakan diri melaksanakan salat, membaca al-Qur’an, dan mengucapkan kalimah thayyibah.
Pada saat salat berjamaah anak-anak belajar, mengenal dan mengamati bagaimana salat yang baik, apa yang harus dibaca, kapan dibaca, bagaimana membacanya, bagaimana menjadi makmum, imam, muazin, iqamat, salam dan seterusnya.
Karena dilakukan setiap hari, anak-anak mengalami proses internalisasi, pembiasaan dan akhirnya menjadi bagian dari hidupnya.
Ketika salat telah terbiasa dan menjadi bagian dari hidupnya, maka di mana pun mereka berada ibadah salat tidak akan ditinggalkan. Kalau tidak salat mereka merasakan ada sesuatu yang hilang dan merasa bersalah. Bagi dia, orang yang meninggalkan salat adalah orang yang tidak tahu berterima kasih kepada Tuhan Sang Pencipta.
2. Pendidikan dengan Keteladanan
Anak-anak khususnya pada usia dini selalu meniru apa yang dilakukan orang di sekitarnya. Apa yang dilakukan orang tua akan ditiru dan diikuti anak.
Metode keteladanan memerlukan sosok pribadi yang secara visual dapat dilihat, diamati, dan dirasakan sendiri oleh anak, sehingga mereka ingin menirunya.
Kalau orang tua akan mengajarkan cara makan yang baik, maka dapat melalui makan bersama, kemudian diajarkan membaca bismillahirrahminir-rahim sebelum makan, dan membaca al-hamdulillah sesudah makan, dan seterusnya.
Penanaman nilai-nilai moral, kejujuran, tolong-menolong, disiplin dan kerja keras, dapat dilakukan melalui tindakan nyata orang tua. Seperti tidak bertengkar di hadapan anak, tidak berbohong atau membohongi anak, dan sebagainya.
3. Pendidikan Melalui Nasihat dan Dialog
Penanaman nilai-nilai keimanan, moral agama atau akhlak serta pembentukan sikap dan perilaku anak merupakan proses yang sering menghadapi berbagai hambatan dan tantangan.
Terkadang anak-anak merasa jenuh, malas, tidak tertarik terhadap apa yang diajarkan, bahkan mungkin menentang dan membangkang.
Orang tua sebaiknya memberikan perhatian, melakukan dialog, dan berusaha memahami persoalan-persoalan yang dihadapi anak.
Apalagi anak yang tengah memasuki fase kanak-kanak akhir, usia antara 6 —12 tahun mereka mulai berpikir logis, kritis, membandingkan apa yang ada di rumah dengan yang mereka lihat di luar, nilai-nilai moral yang selama ini ditanamkan secara “absolut” mulai dianggap relatif, dan seterusnya.
Orang tua diharapkan mampu menjelaskan, memberikan pemahaman yang sesuai dengan tingkat berpikir mereka.
Alangkah indahnya seandainya orang tua dapat menuturkan kembali bagaimana Luqman menasihati anaknya secara bijaksana dan lemah lembut.
4. Pendidikan Melalui Pemberian Penghargaan
Menanamkan nilai-nilai moral keagamaan, sikap dan perilaku juga memerlukan pendekatan atau metode dengan memberikan penghargaan.
Penghargaan perlu diberikan kepada anak yang memang harus diberi penghargaan.
Metode ini secara tidak langsung juga menanamkan etika perlunya menghargai orang lain.
Sebagai contoh, orang tua akan lebih arif jika anaknya (perempuan atau laki-laki) yang membantu di rumah diucapkan “terima kasih”, pembantu yang menyediakan air atau makanan diucapkan terima kasih, juga istri yang menyiapkan masakan, atau sarapan apa pun bentuknya, diucapkan terima kasih. (Rul)